Deg!
Huang He mendengar detak jantungnya.
Tubuhnya juga tegang. Punggungnya merinding. Namun, dia tahu bahwa mata An Ying sedang tertuju padanya. Dia tidak boleh memperlihatkan perasaannya yang sebenarnya.
Meskipun pikirannya kacau, namun dia harus tetap tenang.
Tenang.
Tenang.
Huang He mengangguk sambil tersenyum.
"Tidak masalah!"
Dia duduk di sofa dengan nyaman.
Tian Danyue meliriknya. Dia terkekeh untuk mencairkan suasana. "Kak Ying, jadi apakah kita akan tinggal di sini? Sepertinya akan berbahaya..."
An Ying menyilangkan kakinya. "Untuk apa terburu-buru? Tidak perlu terburu-buru."
Dia bersandar di sofa. Kemudian, dia menoleh dan melambaikan tangan kepada bawahahannya. Salah satu bawahannya membawa sebuah alat elektronik. Setelah dia mengaturnya sebentar, dia menyerahkan alat itu kepada An Ying.
"Kak Ying!"