Pei Ziheng memandang Xia Ling seolah-olah ia sedang bersikap lunak terhadap anak yang tidak bersalah.
Merasakan pandangan tertuju padanya, Xia Ling meraih ponsel dan mulai menelepon. Pei Ziheng hendak mengatakan padanya untuk tidak membuang-buang waktu, ketika ia mendengarnya berbicara di telepon, "Kakak…"
Suaranya lembut dan di ambang akan pecah.
Sang kakak merasakan tusukan di hatinya.
Kapan Xia Ling bersedia berbicara padanya dengan cara seperti ini? Xia Ling selalu menjadi anak yang mudah menangis. Ketika ia masih kecil, bahkan tusukan duri mawar bisa membuatnya meratap selama berjam-jam. Tetapi, ia hanya menangis di depan orang-orang yang dipercayainya, tidak pernah di depan orang-orang yang tidak cukup berarti baginya.
Kemudian, Xia Ling perlahan berhenti menangis di depannya, atau bahkan berbicara padanya dengan nada lembut.
Mendengar suara Xia Ling yang tidak berdaya hari ini, membuatnya terasa sakit.