Xia Ling menunduk dan merasakan kata-kata emas dengan jari putihnya.
Sudah berapa tahun berlalu…
Tahun-tahun pergolakan sudah berlalu, tetapi pertemuan pertama tetap pertemuan pertama. Itu jelas membekas di hatinya, dan ia tidak bisa melupakannya bahkan di kehidupan berikutnya.
Ia berbalik, mendongak, dan memandang sebuah bangunan kecil di dekatnya. Lantai dua adalah kantor kepala panti asuhan. Sinar matahari terpantul dari jendela bertirai yang besarnya dari lantai ke atap. Di balik jendela, terdapat sebuah ruangan yang luas dan tenang. Tidak ada seorang pun di sana.
Di dalam hatinya, muncul pria jangkung yang seindah dewa.
Pada hari itu, ia berdiri diam di balik jendela mengenakan setelan hitam ketat saat mengabaikan taman dan mengamatinya. Xia Ling dikejar oleh orang-orang dan hanya melirik pria tersebut dari kejauhan sebelum melarikan diri ke arah lain. Namun, itu adalah pandangan sekilas yang menjadi sebuah kutukan di dua kehidupan.