Xia Ling dipaksa pulang ke rumah oleh kakaknya.
Di lounge kecil yang berada di lantai dua, ia merasa sedih. Dengan lesu, ia memegang secangkir kecil teh jahe yang dituangkan sang kakak untuknya saat cahaya bulan terpantul pada dinding luar yang tertutup tumbuhan ivy.
"Apa semua Phoenix tidak berguna?" tiba-tiba, ia mendengar suara kakaknya.
"Huh?" ia menatapnya dengan bingung.
Xia Moyan menghela napas. "Apa bagusnya Li Lei? Dia sudah mencampakkanmu dan bahkan membuat kakeknya marah padamu. Dia tidak layak untukmu." Putri dari keluarga Xia harus dihargai. Itu adalah syarat minimal yang harus dipenuhi untuk anak perempuan biasa, apalagi untuk Phoenix yang paling terhormat yang semasa hidupnya menanggung beban untuk seluruh keluarganya.
Saat ini, Xia Ling belum resmi kembali kepada keluarganya.