Pandangannya sekilas melewati para penonton, lalu mengarah pada baris terakhir di ruangan, sebelum tiba-tiba terhenti.
Jantungnya seperti berhenti berdetak dan menjadi kaku ketika tangannya secara tidak sadar terkepal juga. Di belakang ruangan, di tempat dekat dengan dinding di bawah bayang-bayang, tengah berdiri seorang pria. Ia mengenakan pakaian yang tidak mencolok dan kacamata hitam, diam-diam melihat ke arah panggung dan ke arahnya. Perawakannya sangat akrab, seseorang yang Xia Ling pikirkan siang dan malam. Meskipun pria itu berdiri sangat jauh dan wajahnya setengah tertutup oleh kacamata hitam yang besar, Xia Ling masih mengenalinya pada pandangan pertama.
Li Lei.
Nama ini membawa rasa sakit yang membara ke hatinya ketika berputar di benaknya.
Obrolan di sekitarnya memudar ke belakang, dan ia tidak bisa lagi mendengar ucapan selamat dan pertanyaan dari para penggemar. Ia hanya menatapnya cukup lama karena tertegun.