Chereads / Lahirnya kembali sang bintang / Chapter 38 - Persetan dengan Aturan Orang-Orang Kaya.

Chapter 38 - Persetan dengan Aturan Orang-Orang Kaya.

Xia Ling tertegun sejenak. Menyadari bahwa ia adalah bos, ia mengutuk diam-diam--bukankah seharusnya Li Lei mengantarnya pulang?

Dengan lemah ia berkata, "Katakan saja sebaiknya bagaimana."

Li Lei memutar-mutar kunci mobil di jarinya, matanya bersinar. "Datanglah ke apartemenku dan kita berkumpul bersama untuk satu malam. Aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu ke kamp pelatihan besok pagi."

Apartemennya?

Ia teringat tawaran Li Lei. Pria itu menginginkan Xia Ling untuk menjadi wanita simpanannya.

Li Lei seperti telah membaca pikirannya. "Seperti yang pernah aku katakan, aku tidak berminat memaksa siapapun. Dan dengan nyalimu, apa yang membuatmu berpikir kau bisa melawan Pei Ziheng?" ia berjalan terus tanpa peduli. "Ikuti aku setelah kau pikir baik-baik, kalau tidak, kau bisa pulang sendiri."

Saat Xia Ling menatapnya dari belakang, gambaran mata Pei Ziheng yang menyeramkan muncul di benaknya. Ia mempertimbangkan pilihannya untuk sesaat, dan memutuskan untuk menyusul Li Lei.

Kendaraan pribadi Li Lei adalah sebuah SUV. Dalam kehidupan sebelumnya, Xia Ling juga seorang pengemudi yang pengalaman, dan dengan satu pandangan ia bisa menyimpulkan kalau ...

Orang-orang di Skyart Entertainment suka mengendarai mobil sendiri. Wei Shaoyin adalah salah satunya; dan Li Lei adalah contoh lain.

Xia Ling naik ke kursi penumpang dan memasang sabuk pengaman ketika Li Lei dengan terampil mengendalikan kemudi. Mereka memasuki lalu lintas padat di jalan tol. Setengah jam kemudian, SUV melaju ke sebuah perumahan mewah yang menyenangkan, dengan area hijau yang luas dipenuhi berbagai jenis tanaman langka. Tempat itu sangat rimbun serta tenang, tidak banyak orang terlihat di sana.

Li Lei memarkirkan mobilnya ke dalam garasi, kemudian membawa Xia Ling ke lift pribadi menuju lantai atas.

Ketika mereka memasuki pintu depan, yang terlihat kemudian adalah ruang tamu berukuran sangat luas, menempati sekitar setengah dari seluruh lantai. Langit-langit membumbung sekitar lima hingga enam meter tingginya; keempat dindingnya diganti dengan panel kaca. Cahaya mentari memenuhi ruangan, meneranginya dengan indah.

Li Lei dengan santai melemparkan jaketnya ke sofa dan kemudian berkata, "Duduk."

Setelah itu, ia berbalik dan berjalan masuk.

Xia Ling berjalan ke arah sofa dan baru saja akan duduk ketika melihat seekor macan tutul. Hewan itu berbaring malas di atas karpet putih di samping sofa. Si macan memiliki bintik-bintik seperti mawar yang indah di seluruh tubuhnya dan kakinya terentang, hampir terbentang seperti karpet itu sendiri.

Ia melangkah maju dengan hati-hati.

Namun, ia tidak bisa menahan diri lalu mundur sedikit, menghela napas kecil.

Macan tutul bernama Er Mao menatapnya dengan kelopak mata yang terasa tebal, lalu menutup matanya dan terus beristirahat.

Xia Ling tidak berani bersuara lagi. Ia menahan napas dan mengambil beberapa langkah perlahan mundur dengan hati-hati, sampai ia menabrak tubuh yang kokoh di belakangnya. Ia hampir menjerit ketika dipeluk tangan seseorang. Lalu ia mendengar suara mempesona Li Lei yang dalam dari belakangnya, "Jangan takut, ini aku."

Ia menghela napas lega dan sedikit agak tenang.

Setelah tidak lagi terkejut, pikiran pertama yang muncul di benaknya adalah: Macan tutul dan pemiliknya ini pasti musuh bebuyutanku-- karena memberiku kejutan satu demi satu.

Setelah membebaskan dirinya dari pelukan Li Lei, Xia Ling berbalik untuk menatapnya, "Aku tidak mau duduk di sofa itu, apakah ada ... ruangan lain?"

Ia tertawa, matanya berkedip, "Tidak ada makan malam untukmu?"

"Hah?"

Ia berbalik, "Ayo bantu aku di dapur."

Xia Ling tertegun sejenak tetapi tetap mengikutinya ke dapur yang luas dan terang. Ia mendapat kejutan lain. Di dapur, bos Li Lei memakai celemek putih saat memegang panci di satu tangan dan sendok di tangan lain. Pria itu terlihat sangat terampil.

"Kau ... kau menyiapkan makananmu sendiri?" Xia Ling tergagap. Kejutan ini jelas lebih besar dari yang ia dapatkan ketika hampir melangkahi macan tutul tadi. Benarkah bos besar dengan latar belakang mafia sepertinya memiliki hobi memasak?

Karena mengamatinya beraksi dengan mudah, ini jelas bukan pertama kalinya ia memasak.

Li Lei tidak memedulikan ekspresi terkejut dari Xia Ling dan melemparkan sebuah tomat padanya seraya berkata, "Kupas kulitnya."

Xia Ling menangkapnya secara spontan dan menatap setengah tomat merah segar di tangannya. Karena terlalu lama, Li Lei menyuruhnya untuk cekatan. Ia tersentak kembali dari lamunannya dan mulai memotong dengan canggung. Meskipun telah hidup selama dua kali, ia tidak pernah memasak. Jadi, ia baru menyadari betapa sulitnya mengupas tomat. Setelah perjuangan panjang dan banyak jus tomat menetes di tangan dan pakaiannya, tugas itu masih belum juga diselesaikan dengan baik.

Ia melihat tomat memar yang menderita di tangannya dan berpikir serius. Bisakah ini dimakan?

"Berikan aku setelah selesai, itu akan masuk ke panci," kata Li Lei. Ketika tidak ada jawaban, ia berbalik. Ia melihat Xia Ling sedang menunduk di meja dan memegang sebuah gumpalan... sesuatu yang merah dan tidak jelas bentuknya. Tatapan si gadis terlihat bingung. Bos besar telah melihat banyak hal di dunia, dari hal yang baru hingga yang aneh. Tetapi, setelah apa yang dilihatnya, ia pun terkejut.

"Ye Xingling, apakah kau seorang perempuan?"

"Bos, Yang Mulia, jangan menyalahkan aku. Ini pertama kalinya aku masak." Xia Ling mengangkat tomat dengan tatapan polos.

Li Lei ingin menghela napas dengan kecewa saat meraih gumpalan tomat yang tidak berbentuk. Ia melemparnya dengan tepat ke dalam tong sampah. Ia kemudian mengambil tomat lain, dengan ekspresi pasrah dan melakukan pekerjaan itu sendiri, mengupas tomat sambil memerintahnya, "Cuci sayuran di wastafel. Kalau itu saja kau tidak bisa, pergi dan temani Er Mao di ruang tamu."

Li Lei berpikir sebentar dan merasa agak keterlaluan, maka ia menoleh untuk tersenyum kepada Xia Ling.

Xia Ling merasa takut dengan senyuman itu dan langsung mencuci sayuran, kekesalan muncul di benaknya: Hmph, apa hebatnya memiliki seekor binatang, tidak ada yang perlu disombongkan. Aku benar-benar tidak pernah melihat seseorang yang begitu suka pamer... Saat itu juga, ia sadar bahwa bencana telah terjadi--sayuran tadi telah di remasnya hingga hancur.

"Bos, ini ..."

"Ye Xingling, kau seharusnya menemani Er Mao."

"..." Ia bersumpah tidak akan kembali ke apartemen Li Lei lagi.

Setelah susah payah menyiapkan makan malam, ia harus mengakui bahwa keahlian masak bos besar Li benar-benar hebat. Masakannya hampir mirip seperti koki.

"Bos, kau benar-benar hebat dalam segala hal." Xia Ling memujinya dengan tulus.

Li Lei tersenyum ramah. "Setelah tinggal di sini seorang diri begitu lama, kau cenderung belajar beberapa hal, termasuk memasak."

Xia Ling mengangguk. Kenyataannya, mengendarai SUV nya sendiri saja sudah menunjukkan kemungkinan bahwa ia adalah orang yang sangat mandiri yang suka menyelesaikan pekerjaan seorang diri. Tidak terlalu mengejutkan kalau ia tidak mempekerjakan pembantu rumah tangga.

Xia Ling penasaran. Lalu bagaimana ia bisa merawat rumahnya seperti ini?

Dibandingkan dengan Pei Ziheng ... ia justru sebaliknya.

Dengan tidak sengaja, ia memikirkan lelaki licik dan menyeramkan itu - mematuhi aturan dan etika keluarga bangsawannya, mengenakan baju sutra mewah dan mantel berbulu, mempekerjakan sekelompok pembantu, dan selalu terlihat sempurna tanpa cela. Suaranya dalam, nadanya lembut, dengan tenang memberitahu Xia Ling, "Aku butuh seorang istri yang bisa menyamai status keluargaku, seorang wanita yang pantas mendapat gelar Nyonya Pei."

Rasa sakit merayap di lubuk hatinya.

Persetan dengan aturan orang-orang kaya.

Xia Ling dengan semangat memakan nasi dan menelan air mata yang hampir berlinang.

Dari sudut pandang yang tidak terlihat oleh Xia Ling, Li Lei menatapnya dengan seksama. Raut wajah pria itu tak bisa dibaca.

***