Xia Ling merasa seperti dipenjara lagi.
Ia sering mengalami mimpi buruk yang sama. Dalam mimpinya, ia berada di tempat yang gelap dan menakutkan, tempat ia berada masa-masa terakhir kehidupan masa lalunya. Ia dibelenggu ke ranjang sutra yang dingin dengan rantai emas. Kamar tidurnya dulu sunyi senyap dan kosong, seperti kamar tempat ia berada sekarang. Sehingga, setiap kali terbangun dengan menjerit dari mimpi buruknya, ia akan butuh waktu untuk menyadari dimana ia berada.
Hari ini, ia kembali terbangun dari mimpi buruknya dengan keringat dingin.
Di samping tempat tidurnya, pria tinggi dan tampan seperti dewa membungkuk untuk memandangnya lebih dekat.
"Jangan..." Ia secara naluriah menarik diri sambil bergumam.
Pei Ziheng tertegun, dan tangan yang meraih ke arah gadis di hadapannya berhenti bergerak.