Li Lei terkekeh.
Xia Ling memelototinya karena caranya tertawa, sementara lengannya semakin erat menutupi dadanya.
"Kau bisa bersantai, Gadis Cantik." Pria itu duduk dengan santai di samping perapian tanpa benar-benar memandang ke arah Xia Ling. Ia sebaliknya berkonsentrasi mengeringkan bajunya yang basah kuyup. Kemejanya cepat kering karena terbuat dari sutra asli. "Buka bajumu yang basah," Dia melemparkan kemeja itu ke arahnya, "Dan pakai ini sebagai gantinya."
Xia Ling terkejut dengan kebaikan yang ditunjukannya.
"Berhentilah melamun, kecuali kau menikmati berdiri setengah telanjang di depanku." Li Lei berkomentar. Xia Ling tidak tahu apakah laki-laki itu sedang bercanda atau tidak.
"Dasar tak tahu malu ..." Bentak Xia Ling. Lalu matanya tertuju pada api yang menerangi bagian atas tubuhnya, dan gelombang rasa malu tiba-tiba menyapu dirinya. Ia meraihnya kemeja dan pergi.
Xia Ling bisa mendengar tawa pria itu di belakangnya.
Xia Ling memunggunginya saat mulai mengganti baju, masih menahan kemarahannya. Ia melepas kardigan luarnya dengan cepat. Namun, ujung jarinya melambat ketika mendekati gaunnya dan akhirnya membeku, tidak bisa melanjutkan.
"Kau bisa melepas bajumu." Li Lei berkata pelan. "Postur tubuhku lebih tinggi darimu, jadi kemeja itu akan menjadi terlalu besar saat kau pakai, jika kau khawatir akan memperlihatkan tubuhmu."
Li lei benar, kemejanya mencapai bagian tengah pahanya. Jadi, tidaklah mungkin memperlihatkan tubuhnya pada siapapun. Tetapi, pikirannya tanpa sadar kembali ke penjara yang ia tinggali selama setahun karena Pei Ziheng. Sepanjang tahun itu, ia tidak mendapatkan pakaian yang pantas untuk menutupi dirinya sendiri, dan sekarang pakaian yang tidak lengkap membuat rasa trauma itu kembali lagi.
Terutama di depan pria.
"Tidak apa-apa, semua baik-baik saja." Ia berusaha berpura-pura.
Li Lei menatapnya dengan penuh arti. Ia adalah cucu keluarga Li dan hidupnya berkelimpahan sejak ia dilahirkan. Dalam dua puluh tahun lebih keberadaannya di dunia ini, ia telah menemui banyak wanita yang ingin tidur bersamanya. Sementara Xia Ling, yang basah kuyup dari ujung kepala sampai ke ujung kaki dan memiliki kesempatan untuk merayunya, terbungkus seperti pangsit. Ia seolah-olah takut Li Lei akan mengambil keuntungan darinya ... betapa menarik.
Bibirnya melengkung membentuk senyuman misterius.
Tiba-tiba, Xia Ling hanya bisa merasakan bahunya berdenyut kesakitan sementara sisa lengannya menjadi mati rasa. Meskipun demikian, ia terus berjuang mengenakan kemejanya yang kering, bahkan mengancingkannya sampai selesai. Ia lalu menyeret bajunya yang basah ke tempat perapian.
Cahaya api menari-nari di wajah Li Lei, menerangi wajahnya.
"Terima kasih." Xia Ling berkata dengan sopan.
Li Lei menatapnya dari samping, mempertimbangkan sesuatu. "Kemarilah," katanya, sambil memberi isyarat pada Xia Ling untuk mendekat.
"Kenapa?" Gadis itu kebingungan.
"Kemari." Li Lei mengulangi. Ia mengatakannya sambil tersenyum, tetapi entah mengapa, kata-katanya masih memiliki semacam otoritas yang hanya dimiliki oleh orang yang sangat berkuasa dalam masyarakat.
Xia Ling berhenti sejenak, berpikir. Karena tidak ingin membuat masalah, ia mengikuti instruksi Li Lei dengan enggan.
"Duduk." Pria itu memerintahkan.
Xia Ling duduk, tetapi sebelum bisa bereaksi, Li Lei menarik Xia Ling ke dadanya.
"Apa yang sedang anda lakukan?!" Xia Ling tampak terguncang, dan secara spontan mendorongnya. Dia ... beraninya dia begitu santai, dengan satu tangan di pinggang Xia Ling dan yang lain membuka kancing di bajunya?
"Menurutlah, jangan bergerak," Jawab Li Lei dengan tenang. Ia dengan mudah menepis dorongan gadis itu dan mendorong lengan Xia Ling ke belakang. Tangan yang sebelumnya diletakkan di pinggang Xia Ling sekarang memenjarakan pergelangan tangan gadis itu ke bawah, dan betapa keras gadis itu mencoba, ia tak bisa melepaskan diri dari genggaman besinya.
"Li Lei, lepaskan aku." Gadis itu mengancam, mendongak untuk memelototinya.
Li Lei menundukkan kepala untuk melihat si gadis. Pandangan matanya tidak terbaca, tidak ada yang tahu apa yang ia pikirkan. Xia Ling hanya bisa melihat dirinya yang pucat dan panik tercermin di bola mata Li Lei, dan tanpa sadar, ia mulai tenang.
Li Lei akhirnya menyeringai dan berkata dengan nada lembut, "Jangan terlihat begitu ketakutan, aku hanya ingin membantumu mengenakan ulang kancing-kancing baju yang kau kenakan. Kau salah pakai sebelumnya." Tatapannya menyusuri tubuh Xia Ling, mulai dari wajahnya dan perlahan-lahan turun, dan Xia Ling memperhatikan pandangan Li Lei berhenti sejenak di dadanya. "Aku akui, sosokmu sangat manis, dan wajahmu adalah tipeku ..."
Xia Ling seketika menegang.
Saat Li Lei merasakan ketidaknyamanan Xia Ling, ia menepuk punggung gadis itu seolah-olah menghibur. "Jangan takut, aku tidak tertarik melakukan apapun terhadapmu. Meskipun aku sedikit tersinggung dengan ketakutanmu padaku."
Li Lei masih memasang ulang kancing kemeja yang dipakai Xia Ling seraya mengatakan hal ini. Xia Ling hampir bergidik merasakan kehangatan yang berasal dari ujung-ujung jarinya. Waktu tampaknya berjalan lebih lambat dari biasanya, dan Xia Ling berdoa dengan sekuat tenaga supaya Li Lei segera menyelesaikan apapun yang ia lakukan, tetapi sia-sia, ia malah merasakan tindakan Li Lei melambat dengan berlalunya waktu. Di dalam hati, Xia Ling mengutuk dirinya sendiri karena telah mengenakan kancing baju tersebut dengan kacau sehingga memberikan kesempatan pada laki-laki itu untuk memanfaatkannya. Hal yang kemudian membuatnya bertanya-tanya adalah; mengapa ia mengambil kemeja itu dari Li Lei dengan mudahnya? Bagaimanapun, mereka tidak ada hubungan apa-apa. Li Lei hanyalah bosnya, dan bos mana yang memperlakukan karyawan seperti ini?
Setelah terasa seperti waktu yang sangat lama, Li Lei akhirnya memasang kancing terakhirnya, dan Xia Ling merasakan ibu jari dan telunjuk sang bos di dagunya. "Selesai." Suaranya rendah, berhembus di pipinya.
Li Lei melepaskan saat Xia Ling berusaha melarikan diri dari cengkeramannya.
Tanpa sadar, Xia Ling merangkak pergi sampai ruang geraknya cukup jauh dari Li Lei, mendesah lega. Gadis itu merasakan tetesan cairan yang mengalir ke matanya. Ketika menyentuh dahinya, Xia Ling menyadari bahwa ia telah mengeluarkan keringat dingin.
Dengan posisi duduk di samping perapian, salah satu tangan Li Lei terulur ke arah Xia Ling seraya berkata, "Aku sudah bilang, kau tidak perlu takut."
Xia Ling tahu bahwa dia bereaksi berlebihan, tetapi tidak ada yang akan memahaminya. Tidak ada yang benar-benar tahu kengerian yang dialaminya di villa Pei Ziheng. Itulah alasan mengapa ia dapat mendorong orang-orang menjauh dari kehidupannya dengan baik. Xia Ling menundukkan kepala agar ekspresinya tidak dapat ditangkap laki-laki itu.
"Yo, Er Mao." Suara Li Lei terdengar lebih ringan.
Tidak mungkin, hewan itu ada di sini?
Xia Ling menoleh, hanya untuk disambut oleh pemandangan seekor macan tutul yang tidak terlalu jauh darinya. Hewan itu tampak tangguh, tubuhnya diselimuti dengan bulu berpola mawar yang mewah. Mata perunggunya mengarah pada mereka berdua dalam diam. Hewan itu pasti datang karena badai. Seluruh tubuhnya benar-benar basah kuyup. Tetesan air jatuh dari bulunya yang licin, menyatu dalam bentuk genangan air kecil di bawah tubuhnya.
Xia Ling bisa merasakan setiap rambut di tubuhnya berdiri. Berada begitu dekat dengan seekor makhluk buas tidak pernah membawa kabar baik bagi siapa pun.
Li Lei tampak tidak terpengaruh, ekspresinya senang saat ia membuka lengannya. "Er Mao, kemarilah."
Macan tutul itu menoleh dan memandang Li Lei, seolah memeriksa apakah pemiliknya menderita cedera baru, sebelum menyipitkan matanya dengan puas. Er Mao mengambil beberapa langkah mundur. Setelah mendapatkan momentum yang tepat, ia menerjang Li Lei.
"Oof." Li Lei terhempas ke lantai karena terjangan makhluk besar itu, tetapi nada suaranya masih tersenyum. "Er Mao, kau menjijikkan. Aku baru saja mengeringkan diriku dan sekarang aku basah lagi ... Hei, jangan keringkan dirimu padaku. Aku bilang jangan lakukan itu ..." Li Lie berguling-guling di tanah dengan macan tutul itu sekarang. Kepala macan tutul itu bersandar di dada Li Lei saat laki-laki itu menepuk bulunya. Mereka jelas terlihat senang.
Xia Ling menatap dengan heran seolah kehilangan akalnya. Macan tutul ... apakah ini benar-benar seekor macan tutul? Mengapa hewan ini tampak seperti seekor anjing besar? Satu-satunya hal yang tidak dilakukannya adalah berlari ke arah pemiliknya dengan mengibas-ngibaskan ekor...