You're interesting and you're different. And i like that.
~Uknown~
🍉🍉🍉🍉🍉
Kali pertama Elang melihat April, itu di kelas X. Mereka berdua satu kelas. April duduk paling depan. Tepatnya, di depan meja guru. Tempat paling berbahaya dan paling tidak diinginkan oleh para siswa cowok. Sedangkan Elang duduk di kursi barisan paling belakang.
Selama mereka kelas X, April jarang sekali berbicara dengan Elang. Dan Elang juga tidak memperdulikan hal itu. Maklum murid baru.
Saat masuk kelas XI, April ternyata satu kelas lagi dengan Elang. April duduk, tiga kursi disamping Elang.
Di kelas XI, pamor Elang mulai melonjak drastis. Kepinteran yang ditunjukan Elang waktu dia kelas X, mendapat perhatian dari banyak orang.
Para guru menyukainya. Para cewek memujanya. Sedangkan para cowok kebanyakan iri dengan Elang.
Selain pintar, Elang juga ganteng. Bukan cuma itu, Elang itu ramah dan mudah diajak berteman. Karena sikap friendly-nya itu, cewek-cewek di sekolah Elang semakin mengaguminya.
Di kelas XI, Elang banyak sekali mendapat dan mendengar pernyataan cinta dari cewek-cewek di sekolahnya. Tapi semua ditolak Elang.
Di saat cewek-cewek berbondong-bondong mendekati Elang, April sama sekali tidak pernah mendekatinya. Menyapanya pun tidak pernah.
Tapi Entah kenapa, mata Elang diam-diam selalu mencari sosok cewek berambut pendek itu. Cewek yang matanya begitu bersih dan indah.
Tanpa Elang sadari, Elang selalu memperhatikan April dari jauh. Dahi gadis itu selalu berkerut jika sedang memikirkan sesuatu. Selalu menguap jika dia merasa bosan di kelas. Tidak memiliki teman dekat. Lebih suka menyendiri dan melamun. Pendiam. Dan selalu membawa bekal dari rumah.
Kelas XII, Elang tidak menyangka bahwa dia akan satu kelas lagi dengan April. Dan yang lebih membuatnya terkejut ketika dia mengetahui bahwa tempat duduk April berada tepat di depan tempat Elang duduk.
Seperti biasa, Elang diam-diam selalu memperhatikan April. Terkadang Elang sering merasa kesal pada April. Jika gadis itu tidak mengerti atau merasa bingung dengan tugas atau pelajaran, bukannya berbalik dan bertanya pada Elang, cowok terpintar di kelasnya, gadis itu malah selalu menoleh dan bertanya pada Juna. Cowok yang peringkatnya di bawah Elang. Masuk peringkat sepuluh pun tidak.
Ah, sungguh gadis yang aneh.
Elang bahkan sering berpura-pura batuk hanya untuk membuat gadis itu menoleh ke belakang, tapi, menggerakan lehernya saja tidak.
Cewek-cewek di kelas Elang sampai mati-matian mencari alasan untuk bisa mendapatkan perhatian Elang, tapi gadis ini, ahhh, beda daripada yang lain.
Tapi entah kenapa itu membuat Elang tertarik. Dan Elang bertekad untuk membuat gadis itu berteman dengannya.
Baginya, mungkin memiliki teman seperti April, hari-harinya di sekolah akan lebih menyenangkan lagi.
🍉🍉🍉🍉🍉
"Psst.. Pstt.. Psst.." Elang berbisik memanggil cewek yang duduk di depannya, sedang membelakanginya.
Siapa lagi kalau bukan April.
April sedang menggambar di bukunya ketika bisikan seseorang terdengar dari belakang dia duduk. Merasa bukan ditujukan untuk dirinya, April tidak menoleh dan meneruskan kegiatan menggambarnya.
Di depan kelas, Bu Tati, guru kimia mereka sedang menjelaskan tentang hubungan antara satuan-satuan konsentrasi.
Ahh.
Tiba-tiba April merasakan kursinya bergerak. Ada orang sedang menendang kursinya dari belakang.
"Psstt.. Psstt.."
Bisikan itu lagi, April merasa bahwa orang yang menedang kursinya adalah orang yang sama dengan orang yang sekarang sedang berbisik.
"April. Woy, April" Elang memanggil April masih dengan berbisik.
Kevin yang tempat duduknya di samping Elang, menatap temannya itu dengan tatapan bertanya.
"April" Ucap Elang masih berbisik.
April memberengut ketika mendengar, Elang, cowok terpintar dan terpopuler di kelasnya tahu namanya. April. Bahkan sekarang sedang berbicara padanya.
"April, lo ada pulpen lebih gak? Gue pinjem dong" ucap Elang dari belakang dengan suara pelan.
"Gak ada"
Jawaban April membuat Elang terdiam. Ha?? Terus yang tadi dia lihat apa dong kalau bukan pulpen?
Jelas-jelas Elang lihat sendiri dengan mata kepalanya kalau di tempat pensil April itu penuh dengan pulpen, pensil, dsb.
Kevin yang sedari tadi memperhatikan Elang, menatap Elang dengan tatapan aneh.
"Lang, kalo lo mau minjem pulpen, gue ada nih" ucap Kevin menyodorkan pulpennya.
Elang melirik Kevin dan mengambil pulpen yang diberikan Kevin, "Thanks, Kev"
Ay, Kevin.
5 menit kemudian.
"Psst.. Pstt. April"
April yang mendengar Elang berbisik memanggil namanya lagi, mulai sedikit merasa terganggu.
"Ada tipeks gak?" tanya Elang yang sedang mencondongkan tubuhnya ke arah April.
"Gak ada" jawab April tanpa menoleh.
"Gue lihat tadi ada kok di tempat pensil lo"
"Udah habis"
Ah? Habis?
Elang menggelengkan kepala kemudian tersenyum kecil.
"Lang, tipeks? gue punya. Nih" Kevin memberikan tipeksnya.
Kevin. Kevin. Kevin. Sungguh teman yang baik.
"Thanks lagi, Kev"
10 menit kemudian.
"Pssttt. Psst.. April" Elang berbisik lagi memanggil April.
Kevin yang berpikir kalau Elang ingin meminjam sesuatu lagi dari April pun angkat suara, "Lo butuh apa lagi, Lang? pinjem aja ke gue" ucap Kevin pada Elang.
Elang yang melihat Kevin berbaik hati ingin menolongnya tersenyum.
"Spidol. Gue pinjam spidol lo, Kev"
"Yaaa, kalo spidol gue gak punya" jawab Kevin merasa sedikit malu, menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
"Karena itu gue manggil April" balas Elang cepat
"Ohhhh" Kevin mengangguk mengerti dan menoleh pada April. Cewek yang di kelasnya terkenal pendiam dan suka menyendiri.
"April, lo punya gak spidol?" tanya Elang sekali lagi dengan nada suara di kecilkan, takut Bu Tati memergokinya.
"Gak ada"
"Gak ada?"
Elang tertawa kecil dalam hati.
April. April. April.
Setidakya ini permulaan yang baik.