Chereads / April / Chapter 2 - Bab 1

Chapter 2 - Bab 1

"I still keep the memories close

event thought they cause me pain"

~Ranata Suzuki~

🍉🍉🍉🍉🍉

"Gue udah di lobby. Hmm. Oke." Elang menutup ponselnya  dan memasukannya di kantung celana khaki abu-abu yang dia pakai.

Dia baru saja selesai berbicara dengan Kevin di telepon. Saat ini, Elang sedang berada di lobby hotel tempat di adakannya reuni akbar alumni fakultas menejemen dan bisnis angkatan 93 universitas xxx.

Sementara Elang berjalan menuju ballroom tempat reuni diselenggarakan, dia melihat ada beberapa orang mengambil foto dirinya menggunakan ponsel mereka dari jauh. Elang menganggukan kepala lalu dengan kakinya yang panjang menuruskan perjalannya.

Di depan pintu ballrom, Elang menemukan Kevin, sahabatnya dari SMA sudah menunggunya.

"Gue pikir lo gak bakalan sempet dateng" ucap Kevin melakukan bro-hug pada Elang.

"Scereening-nya gak lama"

"Oh, gimana screening-nya tadi? Lancar?"

"Hmm"

Kevin berdecak  mendengar jawaban pendek dari Elang. Kevin lalu mulai memperhatikan wajah Elang. Wajah tampan sahabatnya, sekarang tampak lelah dan kurusan. Mukanya sedikit pucat. Mungkin karena terlalu banyak bekerja dan kurang tidur.

Kevin menghembuskan nafas panjang. Merasa sedih akan sahabatnya itu. Dia rindu dengan sahabatnya yang dulu. Sahabat yang selalu, ahh sudahlah. Lagian Elang berubah begini juga karena ada alasannya.

"Oyah, yuk masuk. Acaranya juga belum mulai. Anak-anak pada gak sabar ketemu elo. Mereka dari tadi udah nungguin elo di dalem" kata Kevin mengajak Elang masuk.

"Guys, liat. Siapa ini yang dateng" teriak Kevin begitu masuk ke dalam ballroom.

"Elang"

"Oh, Elang"

"Lo dateng juga ternyata, Lang"

Elang sudah tidak tahu siapa saja yang menyapa dirinya. Dia hanya diam, berdiri di samping Kevin.

Menyadari Elang yang hanya berdiri seperti patung, Kevin pun menuntunnya ke sebuah meja berbentuk lingkaran. Disitu sudah duduk Manda, Mario, Tina dan Wahyu.

"Hey, Lang" Tina tersenyum menyapa Elang.

"Lang" ucap Wahyu menganggukan kepala menyapa Elang.

"Pa kabar lo, Lang?" Mario juga tidak lupa menyapa Elang.

"Baik" balas Elang duduk tanpa balik menyapa mereka.

Tiba-tiba Manda yang duduk di sebelah Elang mencondongkan tubuhnya ke arah Elang, "Lang, lo udah punya pacar gak?"

Elang hanya menatap Manda sesaat lalu mengalihkan pandangannya.

Merasa sudah biasa dengan sikap dingin Elang dari jaman kuliah dulu, Manda pun sekali lagi mengajak Elang bicara, "Elang, lo gay, ya?"

Sontak Kevin yang sedang meminum air putih, terbatuk-batuk.

"Elo ngomong apa barusan?" tanya Kevin marah.

Manda yang melihat Kevin yang suka bercanda tiba-tiba Marah, merasa sedikit takut, "Ehm, itu, gue denger dari temen-temen kantor gue"

"Terus, temen-temen kantor lo liat nggak si Elang homo? Gay? suka sama laki-laki? Mereka liat nggak? Ha?" bentak Kevin dengan suara meninggi.

Manda yang tidak menyangka akan di marahi Kevin, terbelalak, tubuhnya bergetar karena merasa malu dan bersalah.

Melihat Manda tidak menjawabnya, amarah Kevin pun sedikit menurun.

"Next time kalo lo ngomong, pikir dulu"

"Iya, Kev. Sori. Sori, Lang" kata Manda lalu manatap Elang dengan tatapan minta maaf.

Elang yang menjadi bahan pembicaraan mereka malah tidak melirik mereka sekalipun. Dari tadi dia hanya memutar gelasnya yang berisi air putih.

Sebenarnya Manda tidak akan berbicara seperti itu, tadi. Hanya saja, di kantor Manda, gosip tentang Elang yang gay, sudah tersebar luas.

Kalau tahu Kevin yang friendly, easy-going itu, bakalan berubah sangar seperti tadi cuma gara-gara pertanyaan konyolnya itu, Manda pasti akan berpikir dua kali sebelum membuka mulutnya ini.

Tapi apa daya, mesin waktu belum ada. Dan penyesalan selalu datang terlambat.

"Sudah, sudah. Acara reuni begini kan enaknya seneng-seneng. Ketawa-ketawa. Minum-minum. Biar cuma air putih dan jus jeruk doang" ucap Wahyu mencairkan suasana.

Tina yang duduk di samping Wahyu pun ikut angkat suara, "Bener kata Wahyu. Ya, kan Mar?"

Mario yang merasa namanya disebut pun ikut menambahkan, "Bener banget. Btw Lang, gue denger-denger elo bikin film, ya? Wah, Sudah jago acting, ternyata elo juga jago bikin film. Keren. Judulnya apa? Kapan keluar?"

"Forever, April. Senin minggu depan"

"Jadi gak sabar nih pengen nonton"

Senang karena Elang si kutub es menjawabnya, Mario pun jadi percaya diri.

Sepertinya si kutub es ini, moodnya gak buruk-buruk amat. Tanya, ah.

Ada satu hal yang pengen sekali Mario tanya pada Elang, dan pertanyaan itu sudah lama ada di benak Mario, "Lang, gue boleh tanya, gak?"

"Hmm"

Lampu hijau, nih! Pikir Mario

"Gue dari dulu pengen banget tanya ini ke elo. Elo kenapa ambil jurusan menejemen dan bisnis tapi ujung-ujungnya jadi aktor? Gue gak masalah elo jadi aktor, cuma sedih aja dengan gelar Summa cum Laude elo itu. IPK elo itu paling tinggi seangkatan. Jujur, gue iri sama lo, Lang. Elo pinter banget. Tapi, lo kok lebih milih acting sih, daripada bisnis? Alasan elo apa, Lang? kalo elo dari dulu emang niat jadi aktor, kenapa elo gak masuk sekolah akting aja?" Mario akhirnya mencurahkan isi hatinya.

"Alasan gue lebih memilih acting daripada bisnis, ha?" ucap Elang pelan lebih kepada dirinya.

Tina, Manda dan Wahyu juga sebenarnya sama pikirannya dengan Mario. Dulu ketika mereka tahu bahwa orang terpintar, terganteng, terpopuler, terdingin, dan ter-ter-ter-lainnya di kampus mereka memutuskan untuk turun ke dunia peran, anak-anak seangkatan langsung pada syok.

Kenapa?

Karena mereka semua tidak percaya dengan Elang. Walaupun wajah Elang gantengnya bukan main, mereka tidak pernah berpikir bahwa seorang Elang akan sukses di dunia peran.

Kenapa lagi ?

Karena Elang hanya memiliki satu ekspresi di wajahnya itu. Apa ekspresinya?

Datar. Ya, Elang yang mereka kenal itu hanya memiliki ekspresi datar di wajahnya. Jadi tidaklah salah jika mereka tidak percaya karir Elang di dunia perfilman akan sukses.

Tidak pernah terpikir sekalipun di benak mereka, bahwa Elang si kutub es, ternyata selain pintar, pandai ber-acting juga. Si Elang tidak disangka-sangka punya ekspresi lain selain poker-facenya itu. Elang bisa cemberut, marah, bahkan tertawa.

Ah itu salah mereka karena terlalu meremehkan Elang.

Elang tetaplah Elang. Seorang yang selalu bersinar dimana pun dia pergi dan berada. Sama seperti bintang yang selalu bersinar dimana pun dia berada.

🍉🍉🍉🍉

"Lang, lo punya mimpi, gak? Lo pengen jadi apa besar nanti? dokter? pengusaha? pengacara?" Seorang gadis yang duduk di samping Elang bertanya padanya.

"Ha? mimpi gue? Gak ada. Gue gak punya mimpi" jawab Elang jujur.

"Gak ada? gimana kalo jadi aktor, Lang"

"Aktor?"

Gadis itu mengangguk menatap Elang  tersenyum.

"Gue gak punya bakat acting"

"Ah, belum juga lo coba. Mana elo tau. Emang, lo gak mau jadi terkenal?"

"Gak mau"

"Gak asik lo, Lang. Kan kalo lo jadi aktor, terus terkenal gitu gue bisa liat elo terus di tv. Gue juga bisa banggain elo di depan saudara-saudara gue. Kalo gue punya teman aktor terkenal. Kan keren tuh. Tapi kalo lo gak mau, yasudaaa"

"Kalo lo mau nerima cinta gue, mungkin bakalan gue pertimbangin sekali lagi. Gimana? Lo mau gak jadi pacar gue?"

🍉🍉🍉🍉🍉