Pagi ini cuaca cerah, aku bisa merasakan sinar mentari yang mengintip dari balik gorden kamarku.
"Hosh!" teriakku sambil merentangkan kedua tanganku ke udara.
"Semangat, Yuki!" ucapku sambil tersenyum pada diriku sendiri.
Kemarin sore, Om dan Tante sudah berangkat keluar negeri. Walaupun aku berusaha untuk tidak menangis ketika mereka akan masuk ke pesawat, tetap saja ternyata aku menangis. Bahkan sepertinya aku menangis cukup kencang. Rasanya berat melepas kedua orang yang sudah kuanggap seperti orang tuaku ini.
Seperti yang sudah Tante Ayumi sebutkan, bahwa sesorang yang bernama Bibi Haruna itu akan tiba sehari setelah Tante dan Om pergi. Hanya saja Tante tidak menyebutkan kapan Bibi Haruna ini datang ke rumah. Apakah pagi ini, siang, atau malam.
Dan ngomong-ngomong soal malam, semalam aku sangat sulit untuk memejamkan mata. Aku punya ketakutan yang berlebihan pada kesunyian, tempat gelap, dan perasaan tidak aman karena merasa sendirian. Aku tidak begitu tau sejak kapan aku mulai seperti ini. Jika berusaha kuingat yang ada aku menjadi sakit kepala. Sakit sekali sampai-sampai sulit bernafas. Tante tau soal keadaanku ini, makanya semalam Tante menemaniku tidur di telpon hingga aku terlelap. Jadi aku bisa tidur dan merasa bahwa ada orang lain didekatku.