5 menit usai laki-laki itu pergi, Bentor langgananku sampai di Halte tempat ku berteduh.
"Maaf uti kita lama ba jemput pa ngana! Jangan marah aa". Ujar Agus, pemuda yang menjadi pengemudi Bentor langgananku itu.
"Hhhe ia tidak apa-apa". Jawabku dengan halus dibarengi dengan senyuman manis andalanku.
20 menit kemudian, Bentor yang Aisyah tumpangi sampai di depan rumah. Ia langsung pamit, dan mengucapkan terima kasih kepada Agus "Abang Bentor" langganannya itu..
"Assalamu'alaikummm". Ujar Aisyah saat memasuki area ruang tamu rumahnya.
Aisyah nampak kecewa, sebab salam yang ia lontarkan tak dijawab oleh satu orang pun. Yahh maklumlah Ayah dan Ibu itu kalau baru jam segini ngak pernah ada dirumah. Sibuk keluyuran sama bisnisnya. Dan pastinya aku tinggal selalu bersama dengan Asisten Rumah Tangga. Namanya Bi Nuri. Sudah pasti Bi Nuri tak mendengar salamku, karena ia sedang memasak di dapur untuk persiapan makan malam nanti.
Entah mengapa hari ini terasa panjang bagiku. Kamarku yang berada di lantai 2, memaksaku untuk menapaki puluhan anak tangga. Tak seperti biasanya, hari itu seluruh organ tubuhku lemah tak berdaya. Namun, aslinya tubuhku nampak baik-baik saja jika di lihat mata telanjang. Entahlah...
Akhirnya pun ku sampai di depan pintu kamar. Tak ku gubris panggilan "Nona" dari Bi Nuri yang membuatnya menyusul ke kamarku..
"Nona kenapa? Bi buatin Jus dan Nasi Goreng kesukaanmu yahh". Tanya Bi Nuri dengan wajah yang penuh kasih sayang layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan anak gadisnya.
Dengan suara setengah sadar ditambah kekuatan suara yang mulai merendah, Aisyah menjawab pertanyaan Bi Nuri.
"Iya Bi. Buatin Isyah Jus Apel dan Nasi Goreng yahh! Entar bibi taruh di meja situ ajah". Sambil menunjuk meja, lalu tanpa sadar tiba-tiba tangan Aisyah melemah hingga jatuh dengan sendirinya. Hal itu membuat Bi Nuri tambah khawatir.
"Nona! Nona! Noonaa! Bangun Nonnn!"