Salah satu dari Dua Pemimpin Gouz-Maise Gang, Lich Maise.
Dunia ini memiliki kekuatan yang sering disebut sebagai "Superior Job".
Dari ribuan job yang tersedia bagi makhluk humanoid, itu adalah job tertinggi — hanya dimiliki oleh beberapa orang terpilih.
Superior Job memungkinkan seseorang melewati batas-batas bentuk jasmani mereka.
Salah satu orang yang memiliki Superior Job adalah Arch Wiseman — orang yang disebut sebagai dewa penjaga kerajaan. Dia memiliki kekuatan sihir sekelas dewa. Dia dapat membelah daratan dan bahkan menjatuhkan langit.
Namun, dalam peperangan melawan Dryfe, Arch Wiseman dikalahkan oleh King of Beast — seorang Master dan juga merupakan pemilik Superior Job.
Meskipun itu bisa dikatakan sebagai tragedi bagi Kerajaan Alter, ada beberapa orang yang lega karena kematiannya. Bagaimanapun — takhta Superior Job hanya bisa dipegang oleh satu orang. Dengan kematian Arch Wiseman milik Kerajaan, peran Arch Wiseman kembali terbuka untuk siapa saja yang ingin mendapatkannya.
Aku juga sedang mengincar sebuah Superior Job. Namun, itu adalah job yang benar-benar berkebalikan dengan milik Wiseman.
Superior Job yang ku incar berada di puncak kelompok Necromancer. Itu adalah sebuah Job yang disebut King of Corpses.
Kekuatannya jauh berada di atas sihir milik Necromancer biasa… dan bahkan melebihi Necromancy milik para Lich — orang-orang yang telah mengubah diri mereka menjadi Undead.
Siapa saja yang menduduki takhta King of Corpses akan menjadi abadi, tidak akan mati, dan memiliki kekuatan komando melebihi semua job yang berada di bawahnya. Itu adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan keabadian seperti yang dimiliki oleh para Master.
Itulah King of Corpses.
Aku mulai memimpin Gouz-Maise gang demi memperkeras usahaku untuk mendapatkan Superior Job itu. Aku melakukan penculikan anak-anak untuk membantu melatih skill Necromancy-ku. Uangnya tebusannya kubutuhkan untuk mendapatkan item sihir tertentu dan untuk menyogok Caldina,
Di negara itu, uang adalah awal dan akhir sebuah pembicaraan. Semua yang ada di Caldina memiliki harga. Bahkan sebuah kelompok penjahat yang memiliki banyak uang bisa menggerakkan tentara milik Caldina untuk merespon pergerakan prajurit Gideon.
Karena tempat ini terletak di dekat perbatasan, hal itu membuat kerajaan ragu untuk menyerang kami karena hal itu dapat memprovokasi Caldina.
Dan juga, dengan semua item sihir Conceal dan Presence Manipulation yang kubeli dari mereka, menculik anak-anak menjadi lebih mudah bagi kami. Diberkahi oleh bahan yang melimpah dan tempat yang strategis, aku mampu mempelajari jalan Necromancy dengan sepenuh hati dan secara perlahan menapaki jalan menuju takhta King of Corpses.
Untuk mendapatkan Superior Job itu, aku harus memenuhi beberapa persyaratan sulit dan kemudian melewati sebuah tes tertentu. Aku telah mengetahui persyaratannya dengan mengartikan sebuah tulisan kuno yang mendeskripsikan proses-proses rahasia.
Persyaratan pertama adalah "Mengubah 5000 tahun kehidupan menjadi kematian*." yang dapat dengan mudah kucapai dengan menjadikan benteng ini sebagai tempat persembunyianku dan membuat para bandit bekerja untukku. Karena aku hanya berfokus pada anak-anak — yang mudah untuk diubah menjadi undead dan masih memiliki masa depan yang panjang — itu semua berjalan dengan sangat lancar. Aku hanya membutuhkan kurang dari 1000 anak-anak untuk memenuhi persyaratan ini, tapi karena undead adalah sebuah asset yang berharga, aku terus melakukan hal ini.
*TN: Kehidupan yang dimaksud disini adalah sisa umur milik seseorang.
Persyaratan kedua — yang juga sudah kucapai — adalah membuat sebuah Crystal of Resentment. Itu dibuat dengan cara memasukkan ketakutan — atau lebih tepatnya, dendam — dalam jumlah besar, kedalam sebuah Crystal of Purity — sebuah item yang bisa memurnikan undead.
Gouz berkontribusi banyak dalam hal ini. Ketakutan anak-anak yang dia makan hidup-hidup berubah menjadi dendam yang sedih dan indah.
Tentu saja, dendam yang kudapat dari mengubah mereka menjadi material untuk membuat undead menggunakan Anguish Circle, juga tidak terlalu buruk.
Hasilnya, kristal yang dulunya memancarkan cahaya suci saat ini sudah menjadi benar-benar hitam sampai ke intinya.
Dengan itu, aku sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi King of Corpses. Aku hanya tinggal pergi ke Legendaria — tempat dimana takhta job itu disegel — untuk menyelesaikan quest persyaratan dan membuat gelar itu menjadi milikku.
Benteng dan para bandit itu sudah tak berguna lagi. Sebentar lagi Gideon akan dipenuhi oleh para pengganggu. Sebelum hal itu terjadi, aku berencana untuk membawa Gouz — satu-satunya bawahanku yang berguna — bersamaku, kemudian menghancurkan semua pengetahuan yang mungkin kutinggalkan disini dan pergi untuk selamanya.
Pada saat itulah seorang penyusup menyelinap ke dalam benteng.
*
"Mati."
Sesaat setelah aku mengatakan hal itu. Aku mendengar suara seorang pria yang roboh ke lantai laboratorium. Aku tidak dapat melihat bagaimana raut wajahnya, tapi lantai di bawahnya sudah penuh dengan genangan darahnya.
Yang berdiri di sampingnya adalah seorang anak kecil yang kukendalikan menggunakan sihir untuk menggorok leher pria itu.
Seorang undead akan mudah dikenali hanya dengan melihat deskripsi yang ada di atas kepalanya, pikirku. Jika seperti itu, akan lebih baik jika aku menggunakan mereka hidup-hidup.
"Jadi seorang anak kecil membuatmu lengah, ya?" gumamku. "Betapa bodohnya dirimu."
Aku mulai membangun kembali tubuhku yang tersebar. Setelah kerangka horse-man-ku terkumpul, aku kembali memakai jubahku. Dan kemudian, kulit dan bulu mulai menutupi tulangku sebelum mulai menyebar untuk menyesuaikan diri dengan daging yang ada di dalamnya.
Sesaat sebelumnya, aku hanyalah tulang belulang, yang dapat kulakukan dengan menggunakan salah satu skill Lich milikku — Corpsification. Bagi pria yang saat ini tergeletak di lantai, aku mungkin terlihat seperti sisa-sisa kerangka biasa.
Aku adalah seorang undead dan memiliki Lich — sebuah high-rank Job dari kelompok Necromancer. Memiliki trik pura-pura mati seperti itu adalah sebuah hal yang wajar bagiku.
"Oh? Kau masih hidup?" kataku sambil menatap ke bawah ke arah pria itu. Meskipun dia telah kehilangan begitu banyak sampai-sampai aliran darah yang keluar dari lehernya sudah cukup melemah, kelihatannya denyut nadinya masih hidup. Di tangan kanannya, dia memegang sebuah halberd berwarna hitam dengan sebuah kibaran cahaya hitam muncul dari bagian belakangnya. Aku mencoba untuk mengidentifikasinya, tetapi sama sekali tidak mendapatkan hasil. Hal itu hanya bisa berarti satu hal: senjata itu adalah sebuah Embryo dan pria ini adalah seorang Master.
"Kau juga masih sadar?" Aku kembali berbicara. "Yah, itu tidak penting. Dagger itu dilumuri oleh cairan yang menyebabkan Paralysis dan Poison, yang dibuat khusus oleh-ku. Poison yang dibuat oleh Lich juga merupakan sesuatu yang sebaiknya tidak kau sentuh. Kau akan mati tanpa bisa melakukan apa-apa."
Bleeding dan Poison menguras hidupnya, sementara Paralysis mengunci setiap pergerakannya. Sayang sekali karena dia adalah seorang Master — jika tidak, aku bisa memanen dendam yang benar-benar bagus darinya.
Master adalah sumber dendam terburuk. Ketika dibunuh, mereka hanya akan kembali hidup tiga hari kemudian. Dibandingkan dengan tian, rasa takut mereka akan kematian dan dendam terhadap pembunuh mereka pada dasarnya… biasa saja. Bukan hanya itu — keabadian absolut yang mereka miliki juga membuat mereka menjalani hidup seolah-olah itu hanyalah sebuah game.
Seperti itulah party para Master yang pernah menyerang tempat ini. Sihirku dan kekuatan Gouz sudah lebih dari cukup untuk menangani mereka, tapi karena aku tidak dapat mengubah mayat mereka menjadi undead, mereka benar-benar tidak berguna untuk pekerjaan Necromancy-ku. Para Master benar-benar membuatku merasa kesal sampai saat ini. Mereka memperlakukan dunia ini seperti permainan, dan fakta bahwa mereka secara otomatis memperoleh keabadian… satu hal yang membuatku mendedikasikan seluruh hidupku padanya.
… Oh, itu mengingatkanku. Party pertama yang datang kemari sepenuhnya terdiri dari para tian, dan dendam yang kuperoleh setelah menyiksa mereka benar-benar banyak. Ah, aku benar-benar bersenang-senang pada saat itu. Mayat mereka juga menjadi beberapa material yang bagus.
Mengubah tian menjadi undead adalah hal yang sangat mudah. Aku juga agak tertarik dengan ide membuat undead dari para Master, tapi untuk saat ini, aku hanya bisa menyingkirkan mereka setiap kali mereka menggangguku.
Saat ini, Gouz mungkin sudah menangani rekan pria ini yang ada di permukaan. Apa yang tinggal kulakukan sekarang adalah meninggalkan benteng, pergi ke tempat tujuanku, menyelesaikan quest persyaratan, dan menjadi King of Corpses.
"Dengan begitu, inilah saatnya untuk keluar dan pergi menuju Legendaria," gumamku.
Saat aku sedang berjalan menuju pintu laboratorium, aku melihat material milikku… anak-anak yang kubuat tertidur di ruangan lain. Aku hampir melupakan mereka.
"Tindakan penculikan itu sudah berakhir," kataku. "Lebih baik aku membunuh semua anak-anak itu dan mengubah mereka menjadi material untuk undead-ku… hm?"
Pada saat aku mengatakan hal itu, aku melihat jari milik pria yang sedang tergeletak di lantai itu sedikit bergerak. Tindakan kecil itu — digabungkan dengan raut wajahnya — membuatku menyadari sesuatu.
"Apakah kau benar-benar datang jauh-jauh kemari hanya untuk menyelamatkan anak-anak itu?" tanyaku. "Kau bukan datang untuk mengambil harta-ku?"
Dia tidak mengatakan apapun. Bukan berarti dia dapat melakukannya sih, mengingat kondisinya saat ini, tetapi reaksi yang dia tunjukkan sudah lebih dari cukup.
"Hah… hah… HAHAHAHAHAHAHA!" Aku meletakkan tangan di perutku dan tertawa terbahak-bahak.
Tidak ada reaksi yang lebih tepat dari ini Bagaimana mungkin aku tidak tertawa?
"Hahahahahah! Seorang manusia abadi? Pergi jauh-jauh kemari untuk menyelamatkan beberapa anak kecil? Ghahahahahah! Aduh, kau benar-benar melakukan sesuatu yang heroik, Tuan Master."
Kau merasa seperti sedang berperan sebagai pembela keadilan, ya? Pikirku. Fakta bahwa itu lah yang membuatnya datang kemari membuatku dipenuhi kesenangan.
"Heheheh," aku terus tertawa. "Baiklah, inilah yang akan kulakukan. Aku akan membuat beberapa makhluk undead kecil yang manis, dan kau akan melihat hal itu terjadi sampai racun itu membunuhmu. Siapa tau? Kau mungkin akan mempelajari sesuatu. Bagaimanapun, aku cukup terampil dalam hal itu, jika aku harus mengatakannya sendiri. Tapi itu sudah wajar, mengingat aku sudah membuat ribuan undead seperti itu!"
Menanggapi perkataanku, pria yang tergeletak di lantai itu menunjukkan ekspresi traumatis yang mengerikan.
Bagus sekali, pikirku. Kelihatannya Master juga bisa menjadi bahan yang bagus jika di pancing dengan benar. Tapi bahkan lebih dari itu, sebagai seseorang yang sebentar lagi akan menjadi King of Corpses, sekarang aku tau bahwa aku akan benar-benar menikmati kebebasan untuk memandang rendah setiap dan semua Master abadi itu.
"Baiklah, sekarang…" kataku. "Anak dengan tulang yang terlihat tebal itu akan ku ubah menjadi Skeleton, sementara yang lainnya akan ku ubah menjadi Zombie saja. Oh, tapi mungkin sebaiknya aku mengubah anak yang terlihat di sana menjadi mayat yang diawetkan dan menjualnya di suatu tempat. Meskipun terlihat seperti ini, tanganku cukup lihai, lho, jadi sebenarnya aku cukup bagus dalam membuat detail yang bagus. Beberapa orang penggemar seni mungkin akan menghargai karya-ku dengan harga tinggi."
Sebagai tanggapan, aku menerima lebih banyak kemarahan sunyi.
Ah, senangnya, pikirku. Ini benar-benar sebuah kebahagiaan.
Aku tak pernah menyangka akan mendapatkan kesenangan seperti ini dari seorang Master. Kesedihannya terasa seperti sebuah bumbu yang sempurna.
Namun, ini adalah saatnya untuk mengakhiri hal ini.
"Sekarang, mari kita mulai dari bocah yang menggorok lehermu!" seruku. "Pertama, aku akan membuatnya menggorok lehernya sendiri dan — "
Tiba-tiba, aku merasakan sebuah hembusan angin…
… diikuti oleh suara sesuatu yang jatuh ke atas lantai.
"… Apa?" Kebingungan, aku melihat ke arah asal suara itu dan melihat sesuatu yang sangat familiar.
Itu adalah sebuah tangan kiri, yang dipenuhi oleh cincin sihir. Cincin sihir yang membuatku mengeluarkan banyak uang.
Bukankah itu… tangan kiriku? Pikirku, tertegun.
"Jika… kau…"
Pria yang kekalahannya sudah hampir dapat dipastikan mulai berbicara. Dia mengangkat tangan kanannya ke udara.
"Jika kau… bukanlah makhluk hidup…"
Bilah halberd yang dia pegang mengeluarkan kilau putih yang mulia. Aku mengenali hal itu. Bilah itu diselimuti oleh kutukan bagi para undead — Purifying Silverlight.
"Jika kau… kehilangan pandangan tentang arti menjadi seorang manusia…"
Dia berdiri dengan perlahan dan menghadap ke arahku. Luka yang ada di lehernya yang masih ada disana kurang dari satu menit yang lalu, sudah menghilang tanpa bekas.
"Jika kau… adalah orang yang bertanggung jawab atas pemandangan itu…"
Ekspresinya tidak menunjukkan kelemahan karena Poison, maupun kekakuan karena Paralysis.
"Jika kau… mengatakan bahwa kau akan tetap melakukan hal itu…"
Satu-satunya ekspresi murni yang ada diwajahnya tercermin melalui cahaya matanya — sebuah kobaran kemarahan murni,
"… maka aku akan membunuhmu."
Ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang Master — salah satu mayat hidup abadi — menunjukkan ekspresi seperti itu.
Aku tidak bisa sepenuhnya mencerna hal itu, tapi apa yang kurasakan adalah ketakutan. Sebuah ketakutan luar biasa yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Instingku mulai berteriak, dan menyuruhku untuk melakukan satu hal:
Lari! Dia akan memusnahkanmu.
Insert4
"■■■■ — Abyssal Delusion!"
Dead Man's Bind!
Aku segera menggunakan kutukan terkuat yang kumiliki. Keduanya adalah debuff-spell tingkat tinggi — satunya adalah vocal dan diikuti oleh mantra, sementara yang lainnya berasal dari item sihir di tangan kananku dan tidak membutuhkan satupun mantra.
Abyssal Delusion adalah sebuah kutukan kuat yang memberikan Death Sentence, Weakness, dan Deterioration kepada penerimanya, membuat mereka membusuk dan menjadi mayat hidup-hidup. Dead Man's Bind adalah spell lain dengan tiga buah debuff — Binding, Curse, dan Lethargy. Jika digabungkan, mereka memberikan enam debuff yang kuat.
Kombinasi itu telah mengirim banyak musuhku menuju kematian. Setiap orang yang cukup malang untuk menerimanya benar-benar tidak akan bisa bergerak.
"Ghaah!"
Tapi dia tidak berhenti. Seolah-olah dia membalikkan semua efek dari kutukanku, dia menjadi lebih mengintimidasi dan mengayunkan halberd-nya — yang bersinar dengan Purifying Silverlight — secara horizontal ke arahku.
"Guh?!" aku berseru. Jika aku selangkah saja lebih dekat, serangannya akan membelah tubuhku.
Aku tidak boleh membiarkan itu terjadi. Menerima damage fatal dari-nya adalah sesuatu yang harus kuhindari dengan segala cara.
Aku adalah seorang Lich — seorang undead master of magic. Sebagian besar luka ku akan sembuh dengan sendirinya sesaat setelah mereka terjadi. Aku bisa saja kehilangan sebuah tangan atau mendapati tubuhku terbelah dua — damage seperti itu bukanlah hal yang mematikan bagiku.
Namun, dalam hal ini, penyembuhan itu sama sekali tidak akan bekerja. Faktanya, tangan yang baru saja dia potong telah berubah menjadi debu.
Itu sudah wajar. Bagaimanapun — dia sedang menggunakan Purifying Silverlight. Itu adalah sebuah cahaya yang hanya dapat digunakan oleh sebagian kecil Paladin dan Temple Knight — cahaya yang ditujukan untuk memusnahkan undead. Tidak peduli sehebat apa aku sebagai seorang Lich, Aku tidak bisa kembali sembuh setelah menerima serangan fatal dari senjata yang diselimuti oleh cahaya menjijikkan itu.
Rasa takut akan kematian menyelimutiku. Itu adalah perasaan yang sejak lama telah menjadi alien bagiku. Itu adalah perasaan yang tidak akan pernah lagi menyerangku setelah aku menjadi King of Corpses. Tapi disini dan saat ini, perasaan itu benar-benar menderaku. Perasaan itu benar-benar mengguncang keberadaanku.
"Awaken Undead!" Menggunakan Necromancy-ku, aku mengaktifkan monster undead yang telah kusimpan di dalam drum di ruangan ini.
Skeleton Soldier yang tak terhitung jumlahnya memenuhi panggilanku.
Namun, mereka tidak berarti banyak.
Tidak mungkin mereka bisa menang melawan aberasi ini, tapi itu tidak penting. Mereka hanya perlu memberikan waktu yang dapat kugunakan untuk kabur.
Saat para undead itu mulai menyerbu ke arahnya, aku berbalik dan meninggalkan laboratorium itu. Jika aku berada disana lebih lama lagi, aku tau bahwa tempat itu akan menjadi kuburanku.
Kemudian — saat nafasku menjadi berat — aku berlari menuju permukaan melalui lorong bawah tanah. Setelah kami para Lich berubah menjadi Undead, jantung dan paru-paru kami kehilangan fungsinya dan digantikan oleh sihir yang terkristalisasi. Oleh karena itu, kelelahan dan kehabisan nafas seharusnya adalah sesuatu yang tidak akan pernah kualami lagi. Akan tetapi, saat ini aku merasa seperti sedang tercekik.
"Kenapa seorang Master…?!" Melalui nafasku yang tersengal-sengal, aku menyuarakan ketakutanku. "Kenapa salah satu dari kekejian abadi itu… benar-benar marah?"
Perasaan takut ini adalah sesuatu yang tidak kuketahui. Rasa takut akan emosi makhluk itu. Teror yang kurasakan terhadap aberasi itu.
Teror — hanya itulah yang dapat kuungkapkan. Mendapati salah satu kekejian abadi itu mengarahkan niat membunuh murni dan kemarahan kepadaku bukan hanya sekedar ketakutan. Bagaimanapun, itu artinya bahwa seorang manusia yang abadi dan tidak dapat dihancurkan akan terus memburuku selamanya.
Aku harus meloloskan diri. Setiap tempat di dekat aberasi itu adalah kematian, jadi aku harus meninggalkan benteng ini dan lari ke tempat dimana dia tidak akan pernah bisa menemukanku.
Aku harus melakukannya — dan aku bisa melakukannya.
Meskipun aku adalah Lich, Agility-ku jauh lebih besar dari dirinya, jadi aku pasti dapat menjauhkan dari dirinya.
Mencapai permukaan akan berarti bertemu dengan Gouz. Lalu, aku hanya tinggal membuatnya bertarung melawan aberasi itu sementara aku melarikan diri.
"Aku bisa melakukannya…!" Membayangkan masa depan itu membuatku merasa lega.
Karena merupakan seorang horse-man, lorong bawah tanah itu dipenuhi oleh suara kaki kuda yang menginjak lantai.
Namun, suara itu segera membaur dengan suara lain.
"… Apa?" Aku berteriak.
Sumber suara itu mendekat dari belakang. Sebuah suara sistematis, namun memberikan dampak yang kasar di atas lantai — suara yang mirip dengan suara yang berasal dari bawah kakiku. Itu adalah suara kuda yang sedang berpacu.
"Gh…!"
Tidak dapat menahan ketegangan yang disebabkan oleh suara yang makin mendekat itu, aku melihat ke belakang.
Apa yang kulihat benar-benar berada di luar imajinasiku. Itu adalah seekor kuda mekanik berwarna perak, yang sedang berlari di sepanjang lorong bawah tanah. Dan di sampingnya terdapat sang aberasi.
Karena suatu alasan, dia tidak menunggangi kuda itu. Aberasi itu memegang tali kekang milik kuda perak itu menggunakan tangan kanannya, dan menyeret kakinya di atas lantai. Itu mengingatkanku dengan olahraga air yang ada di Granvaloa.
Di tangan kirinya, dia masih memegang halberd dengan sinar hitam yang muncul dari bagian belakang bilahnya berkibar seperti bendera
Kenapa dia tidak menggunakan skill Riding miliknya? Pikirku.
Cara dia mengendarainya seharusnya akan segera menghancurkan kakinya dan membuat mereka menjadi tidak berguna, kan? Tapi kenapa dia terlihat seperti tidak menerima damage sedikitpun?
Pemandangan aneh itu memunculkan beberapa pertanyaan di kepalaku, tapi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu bukanlah hal yang penting.
Hal terpenting saat ini adalah fakta bahwa dia masih mengejarku… dan kuda itu juga lebih cepat dariku, yang artinya dia akan segera menyusulku.
"AAAAUUUGHHHHH!"
Mengabaikan rasa malu dan reputasiku, aku berteriak dalam ketakutan sambil terus berlari secepat mungkin menuju permukaan.
"Awaken… AWAKEN UNDEAAAAD!" Tanpa melambat sedikitpun, aku mengaktifkan monster undead yang telah kukubur di dinding untuk keadaan darurat seperti ini.
Mereka disebut sebagai "High-End Skeleton Warrior." Aku telah membuat high-rank undead ini dengan menggunakan mayat dari para tian yang kuat. Mereka adalah sisa-sisa party yang telah aku dan Gouz tangani.
Enam High-End Skeleton Warrior berdiri diantara diriku dan dirinya. Meskipun telah berubah menjadi undead, mereka semua pernah menjadi pemegang high-rank job, jadi ada kesempatan bahwa…
"Menyingkir dari jalan kami!" dua buah suara — miliknya dan sebuah suara feminim lain — mengatakan hal itu di saat bersamaan. Sesaat kemudian, massa berwarna perak itu menerobos para Skeleton dan mengubah mereka semua menjadi abu.
Halberd yang ada di tangan kirinya dan kaki milik kuda buatan itu mengakhiri semua undead-ku dalam sekejap mata. Aku kemudian menyadari bahwa bukan hanya halberd, tetapi seluruh tubuh milik kuda itu bersinar dengan Silverlight.
"Aaagh?!"
Itu bukan kuda hidup — itu adalah sebuah equipment. Mengeluarkan Silverlight dan berpacu dengan kecepatan tinggi, kuda itu memusnahkan semua dan setiap undead yang menyentuhnya.
Tidak peduli apakah itu adalah high-rank undead atau bukan. Hal itu adalah kutukan bagi semua undead. Itu adalah sebuah peluru perak yang membawa akhir yang pasti.
"GGGHAAAHHHHH!"
Benar-benar putus asa, aku menggunakan waktu yang diberikan oleh para monster undead-ku untuk menaiki tangga menuju permukaan. Karena Master itu diseret oleh kuda, dia tidak dapat menaiki tangga dengan mudah. Seharusnya hal itu akan mempengaruhi kecepatannya.
Sesaat sebelum dia dapat mengejarku, aku berlari menaiki tangga dan meloloskan diri menuju permukaan.
"GOUZ! GOOUUUZ!" Aku berteriak sambil berlari di dalam benteng.
Setelah aku berlari di lorong lantai pertama dan dapat melihat pintu gerbang benteng, aku diselimuti oleh rasa lega. Itu karena aku melihat wajah Gouz.
Sesaat kemudian, rasa lega itu berubah menjadi keputusasaan.
Hal itu karena wajah Gouz… adalah satu-satunya hal yang ada disana.
Aku tidak dapat memahami apa yang terjadi, tetapi kepala Gouz yang terpenggal — membeku sepenuhnya — tertusuk di pintu gerbang.
Ke-Kemana perginya tubuh kekar miliknya? Tanyaku pada diriku sendiri. Aku tidak dapat melihatnya dimanapun. Apa yang dapat kulihat hanyalah daging beku, yang bertebaran di seluruh area luar pintu gerbang. Dua dari potongan daging itu — ditempatkan saling berdampingan — terlihat mirip dengan kaki Gouz.
Tepat disebelah mereka berdiri sebuah anomaly yang terlihat mirip seperti gereja antromorfis yang terbuat dari es — musuh dari jenisku jika sebelumnya aku pernah melihatnya.
"Pilihlah takdirmu, wahai pendosa," kata anomali itu. "Akhir mana yang engkau inginkan? Neraka, atau Hukuman Ilahi?"
Aku langsung memahami apa yang dia bicarakan.
Dia menyuruhku untuk memilih akhir diriku, apakah di tangan anomali es itu atau aberasi perak itu.
"Tidak!" teriakku. "Ini tidak mungkin terjadi!"
Aku tidak boleh mati disini! Aku sudah sampai sejauh ini! Dan sekarang, saat takhta King of Corpses sudah berada di dalam jangkauanku, Aku…
"Kenapa…?!" Aku kembali menyuarakan keputusasaanku. "Apa…?!"
Apa yang harus kulakukan untuk menghindari hal ini?!
"Baiklah," anomali itu kembali berbicara. "Hukuman ilahi kalau begitu."
Dia kemudian mengarahkan pedang es miliknya ke arah sesuatu yang ada di belakangku.
Aku berbalik dan melihat aberasi perak itu.
Aberasi itu telah menyusulku.
Sebuah suara yang dipenuhi ketakutan keluar dari mulutku. Aku tidak bisa lari atau bersembunyi lagi.
Pa-Pasti ada sesuatu yang dapat kulakukan! Pikirku. Bukankah aku memiliki sebuah item teleportasi? Tidak?! Aku pasti memiliki sesuatu! Aku…!
"Huh…?" Saat aku menggali kedalam inventory di dalam jubahku, jariku menyentuh sesuatu yang membuatku tercengang. Aku mengeluarkannya dengan perlahan. Itu adalah sebuah objek kristal berwarna hitam legam yang sama sekali tidak mengeluarkan cahaya — Crystal of Resentment.
"Tidak…" Aku berkata dengan putus asa. Aku menggenggam objek mirip batu obsidian itu di tanganku. Itu adalah sebuah item yang tanpanya aku tidak akan pernah bisa menjadi King of Corpses. Untuk membuatnya aku harus memimpin Gouz-Maise Gang dan menghabiskan waktu selama hampir satu tahun mengorbankan anak-anak dalam jumlah besar.
Namun, selain merupakan persyaratan untuk menjadi King of Corpses, kristal ini juga merupakan medium ultimate bagi sihir milik kelompok Necromancer. Menggunakannya disini memang menyakitkan, tapi…
"Jika aku mati… semuanya akan sia-sia!" teriakku.
Aku harus memilih antara mati dan menggunakan Crystal ini untuk bertahan hidup, jadi aku dengan senang hati memilih pilihan terakhir. Jika aku tidak melakukannya, waktu dan usaha yang telah kuhabiskan untuk tujuanku akan menjadi sia-sia. Aku hanya harus bertahan hidup dan melakukannya dari awal lagi di kota lain. Bagaimanapun — waktu, pekerjaan yang ingin kujalani dan pengorbanannya tidak akan ada habisnya.
Selama aku tetap hidup, Aku bisa mengulanginya sebanyak mungkin! Pikirku. Tentu saja — aku tidak boleh membiarkan diriku mati disini! Mati karena pertemuan yang kebetulan seperti ini adalah hal yang tidak dapat kuterima!
"DASAR MONSTER MENJIJIKKAN!" Aku meraung sambil mengisi Crystal of Resentment — harta karun terbesarku — dengan sihir dalam jumlah besar. "KALIAN PARA MONSTER TIDAK AKAN BISA MENGAKHIRI HIDUPKU!"
Setelah mengubah perasaan jahat di dalam kristal itu menjadi energi penghancur murni, aku melepaskan itu semua ke arah aberasi perak itu, aku juga sepenuhnya sadar bahwa hal itu bisa akan menghancurkan benteng ini. Bagaimanapun, itu adalah skill sihir serangan terkuat yang dapat dimiliki oleh setiap Lich.
"DEADLY MIXEEERRRR!"
Dengan ketakutan dan kemarahan besar yang menyelimutiku, aku melepaskan serangan terkuat yang pernah kulakukan. Itu cukup kuat untuk memusnahkan seekor Pure-Dragon dalam sekejap. Dia tidak mungkin bisa bertahan dari hal itu.
"Counter Absorption."
Namun…
"Ah…? Ugh…? Eahhh…?" kebingungan keluar dari mulutku dalam bentuk suara yang aneh. Sihir yang membuatku mendedikasikan seluruh keberadaanku berhasil ditahan oleh sebuah dinding cahaya yang dia ciptakan di depannya. "It-Itu tidak mungkin!"
Kejutan itu membuatku kehilangan pijakan dan jatuh ke atas tanah. Sesaat kemudian, aberasi perak itu sudah berada tepat di depanku.
"Ghah?! T-Tidak!"
Pada saat aku mencoba untuk berdiri dan melarikan diri dalam ketakutan, halberd-nya — masih memancarkan cahaya perak — menembus tubuhku dan membuatku tertancap di tanah.
"GYYAAAHH!"
Aku tidak dapat bergerak — karena halberd yang menembus tubuhku dan rasa sakit yang disebabkan oleh Silverlight — dan aberasi itu berdiri di depanku.
"Berhenti… melarikan diri," dia mendesis melalui nafasnya yang tersengal-sengal.
"T-Tunggu!" kataku. "Aku tidak akan lari! Kau menangkapku!"
Aku tidak bisa melarikan diri lagi saat ini, tapi aku masih tetap harus bertahan hidup, bahkan jika aku harus memohon ampun padanya.
"M-Mari buat kesepakatan!" kataku dengan panik. "U-Uang! Aku akan memberimu uang! Aku masih punya banyak! 70,000,000 lir, lebih tepatnya! Itu milikmu! Ambil itu semua, tapi tolong, ampuni aku!"
Aberasi itu tidak mengatakan apapun.
Ya! Pikirku. Dia bereaksi terhadap tawaranku! Aku tidak peduli jika aku harus memberinya seluruh koin-ku! Aku sudah mengorbankan Crystal of Resentment! Uang adalah harga yang murah untuk bertahan hidup!
"Hhaaahh…" Dia menghela nafas dan mengulurkan tangan kanannya ke arahku.
Bagus! Itu berhasil!
"Khah! Hahahah!" Aku tertawa. "T-Tunggu sebentar. Aku akan mengeluarkannya dari inventory-ku, jadi — "
"Nyawamu sudah cukup sebagai bayaran," katanya, memotong perkataanku.
"Eh?"
Saat kebingungan melandaku, telapak tangannya yang terbuka berbuah menjadi sebuah tinju, dan bracer yang dia pakai mulai memancarkan cahaya perak yang menyakitkan.
Aku mendengar tengkorakku retak dan hancur. Dan kemudian aku berakhir
-
Paladin Ray Starling
Mayat tak berkepala milik Lich itu berubah menjadi debu dan mulai hancur.
Disaat bersamaan, badanku segera menjadi terlalu berat sampai aku tidak bisa berdiri tegak dan aku roboh sebelum aku dapat melakukan sesuatu untuk memperkecil dampak jatuhku.
"Sepertinya… ini sudah berakhir," aku memaksa keluar gumamanku. Status window-ku menampilkan Poison, Paralysis, Death Sentence, Weakness, Deterioration, dan beberapa debuff lainnya. Jumlah mereka ada sangat banyak sampai-sampai menghitung mereka semua terasa seperti sesuatu yang bodoh.
Namun, fakta bahwa status effect yang kudapat dari musuhku telah kembali kepadaku membuatku yakin bahwa dia sudah mati.
"Like a Flag Flying the Reversal." Itu adalah skill unik yang didapat Nemesis setelah mencapai bentuk kedua—The Flag Halberd. Skill itu membalikkan semua debuff yang diberikan kepadaku oleh makhluk yang mengirimkan hawa permusuhan kepadaku. Disisi lain, itu berarti bahwa skill itu akan berhenti pada saat makhluk yang mengirimkan hawa permusuhan itu mati. Kembalinya debuff yang dia berikan adalah bukti nyata bahwa dia sudah mati.
Sesaat setelah dia mengendalikan anak itu untuk menggorok leherku, aku telah membuat Nemesis berubah dari bentuk greatsword ke bentuk Flag Halberd dan mengaktifkan Reversal. Itulah reaksi yang kulakukan setelah melihat ada beberapa debuff yang muncul di status window-ku. Setelah skill itu aktif, Bleeding mulai meningkatkan aliran darahku, Poison malah menyembuhkanku, dan Paralysis menaikan kemampuan fisikku.
Damage yang kuterima dari serangan kejutan itu telah disembuhkan oleh Poison yang telah dibalikkan saat aku masih terbaring lantai. Setelah efeknya berhasil menutup luka yang ada dileherku, status effect Bleeding telah benar-benar menghilang.
Selanjutnya, saat dia menyerangku dengan kedua debuff spell itu, aku juga membalikkan mereka semua menjadi buff. Meskipun aku merasa bahwa tidak semuanya berhasil dibalikkan, aku yakin bahwa aku tidak sedang terkena negative effect.
Dia berakhir memberikan banyak buff kepadaku dan membalikkan keadaan.
Dia juga memiliki masalah kecocokan denganku. Purifying Silverlight adalah sebuah skill yang ditujukan untuk memusnahkan para undead, dan Lich juga merupakan salah satu dari mereka. Juga, Silver telah memberikan bantuan yang besar dalam mengejarnya saat dia melarikan diri.
Tentu saja, aku masih belum memiliki Riding Skill. Jadi aku tidak menungganginya. Aku hanya membuat Silver berpacu ke arah Lich itu sementara aku memegang kekangnya, dan membiarkan kaki-ku terseret di sepanjang lantai.
Itu tidak terlalu berbeda dengan adegan yang biasa muncul di film barat dimana orang ditarik kesana-kemari sambil diikat pada seekor kuda. Dalam keadaan itu, kakiku menerima damage yang berkelanjutan, tapi aku mampu menutupinya dengan penyembuhan yang berasal dari Poison yang telah dibalikkan.
Setelah sampai ke permukaan, aku menahan mantra terakhirnya dengan Counter Absorption. Meskipun itu jauh lebih kuat dari pada api milik Gardranda, kami entah bagaimana mampu menanganinya.
Untuk saat, aku berpikir bahwa debuff yang kembali karena Nemesis harus berubah ke bentuk pertama untuk menggunakan Counter Absorption akan membuatku roboh, tapi setelah serangan itu berakhir, Nemesis segera kembali berubah ke bentuk Flag Halberd dan kembali mengaktifkan Reversal, membuatku bisa keluar dari hal itu tanpa terluka. Kemudian aku menancapkan Lich itu ke atas tanah menggunakan senjataku dan mengakhiri hidupnya dengan tinjuku.
Keseluruhan pertarungan ini telah menjadi sesuatu yang sangat berbahaya bagiku. Aku hanya bisa memenangkannya karena adanya beberapa keadaan yang sangat spesifik. Itu bukanlah hal yang bisa kembali kulakukan dalam waktu dekat.
"… Aku beruntung kali ini," kataku.
"Aku tau semua alasan kenapa kita bisa menang, tapi bahkan aku juga hanya bisa berpikir demikian," kata Nemesis.
Mungkin takdir itu sendiri telah menolongku untuk memburu dan menghukum bajingan yang telah bermain-main dengan kehidupan banyak anak-anak, pikirku.
Aku menatap tanganku dalam diam. Sensasi yang kurasakan saat menghancurkan kepalanya masih bisa kurasakan. Entah karena dia seorang undead atau karena Silverlight-ku, itu terasa mirip seperti menghancurkan sebuah pohon yang sudah kering, tapi tetap saja sensasi itu tetap ada ditanganku.
Meskipun dia adalah sepotong sampah yang tidak dapat dimaafkan, dia juga merupakan tian pertama yang kubunuh.
Jika aku—yang merupakan Master Maiden—merasa dunia ini sama dengan dunia nyata, pembunuhan ini mungkin akan membuatku merasa sakit.
"Aku tidak keberatan dengan pemikiran seperti itu, tapi kau harus meninggalkan itu untuk nanti," kata Nemesis.
"Nemesis?" tanyaku, sedikit kebingungan. Dia telah kembali ke bentuk manusianya dan sedang menatapku.
Dia menunjuk ke sebuah bagian di status window—tepatnya, ke arah debuff Death Sentence. Setelah diteliti lebih jauh, aku menyadari bahwa terdapat sebuah counter disamping debuff itu, yang bertuliskan "362 detik."
Apakah ini adalah salah satu debuff yang akan membunuhmu ketika counter-nya mencapai angka 0? Pikirku.
"Jadi, Master, apakah kau memiliki obat anti-debuff?" tanya Nemesis.
"Aku membeli beberapa Antidote untuk Poison, tapi aku tidak pernah menyangka akan menerima debuff seperti ini," kataku.
Ini buruk… Benar-benar buruk. Jika begini, aku akan mendapatkan death penalty.
Hugo ada disini, anak-anak sudah aman, dan para bandit sudah dikalahkan, jadi aku sama sekali tidak mengkhawatirkan hal itu. Namun, mati akan berarti gagal menepati janji yang sudah kubuat dengan Marie. Aku benar-benar tidak menyukai skenario itu.
"Sialan kau, dasar zombie kuda menjijikkan!" teriak Nemesis. "Kau baru saja memberikan hadiah perpisahan seperti ini kepada kami!"
"… Sial," gumamku. Karena semua debuff yang kuterima, hanya mulutku yang masih berfungsi dengan benar, jadi aku bahkan tidak bisa memegangi kepalaku dengan putus asa.
Nemesis mulai mengobrak-abrik inventory-ku untuk melihat apakah aku memiliki sesuatu yang dapat menolongku. Silver—yang masih belum kumasukkan kedalam inventory—sedang menatapku dengan sikap yang agak khawatir.
"Kau harus minum ini." Sesuatu yang keras dimasukkan kedalam mulutku dengan paksa.
Aku mengalihkan pandanganku dan melihat Hugo—yang baru saja melompat keluar dari… apa yang hanya bisa kudeskripsikan sebagai robot es dengan Magingear di dalamnya—memasukkan sebuah potion kedalam mulutku.
Setelah aku menelan isinya sampai habis, tubuhku menjadi begitu ringan seolah-olah debuff tadi tidak pernah ada.
Dia kemudian kembali memasukkan potion lainnya. Setelah aku meminumnya, aku menatap ke arah status window dan melihat bahwa semua status effect yang kuterima sudah hilang.
"Aku sembuh!" teriakku.
"Benar sekali!" kata Nemesis. "Hugo, kami sangat berterima kasih!"
"Sama-sama," jawabnya sambil tersenyum.
"Lagi pula, obat macam apa ini?" tanyaku.
"Sebuah Elixir dan High Spirit Water yang dapat menghilangkan kutukan," katanya.
"Dan kau tidak keberatan memberikannya kepadaku?" tanyaku.
"Tidak sama sekali. Bagaimanapun, aku mendapatkan mereka dari inventory milik musuh yang kukalahkan." Hugo menunjuk ke arah kepala sapi yang tergantung di pintu gerbang benteng.
Aku melihat ke area sekitarnya dan melihat berbagai macam item tergeletak di sekitar sisa-sisa tubuhnya.
Beberapa dari mereka berbentuk botol, sama seperti yang baru saja kuminum.
"Kenapa item-item itu bisa bertebaran seperti itu?" tanyaku.
"Inventory-nya hancur karena seranganku," jawab Hugo. "Aku, uh… mungkin sudah terlalu berlebihan."
Hal itu membuatku teringat dengan tutorial, ketika Cheshire mengatakan bahwa inilah yang akan terjadi jika inventory-mu hancur. Meskipun kekuatan ledakannya sering membuat isi yang ada di dalamnya hancur, itu adalah cara paling mudah untuk merampas item milik orang lain. Karena hal itu, beberapa penjahat memilih untuk menyerang orang kaya dan membuat item mereka tersebar ke berbagai arah.
Cara lain untuk mendapatkan item milik orang lain adalah dengan menggunakan skill Steal milik job dari kelompok Bandit—yang secara langsung mencuri itam dari inventory seseorang—dan skill Plunder milik job dari kelompok Burglar—yang mengganti status kepemilikan dari item yang mereka ambil. Ketika aku mengetahui hal itu, aku bertanya-tanya kenapa kedua skill itu dimiliki oleh dua kelompok job yang berbeda meskipun skill-nya sendiri tidak terlalu berbeda.
"Hm? Bukankah itu…?"
Aku melihat inventory milik Lich yang baru saja kukalahkan berada dibawah jubahnya. Jika inventory milikku berbentuk seperti sebuah tas, inventory miliknya berbentuk kotak dengan warna hitam.
Di saat terakhirnya, dia merogoh inventory itu untuk mengambil uangnya dan menyogokku. Jadi, dengan menghancurkan hal itu, aku mungkin bisa mendapatkan uang dan beberapa item langka yang dia miliki, tapi…
"Aku tidak ingin menyentuh barang yang ditinggalkan oleh orang gila itu," kataku.
Nyawa-nya sudah lebih dari cukup untukku. Juga, mudah bagiku untuk membayangkan caranya mendapatkan kekayaan itu, dan hal itu membuatku sama sekali tidak tertarik padanya.
"Aku juga merasakan hal yang sama," kata Nemesis. "Uang itu begitu kotor sampai-sampai hanya dengan mengambilnya akan mengotori hati kita."
"Aku paham," kata Hugo. "Tinggalkan saja itu disana. Pada akhirnya pasti akan ada seseorang yang lewat dan mengambilnya."
"Benar," anggukku.
Meskipun, dengan kalahnya Gouz-Maise Gang, benteng ini sekarang kembali kosong sama seperti sebelum mereka menjadikan tempat ini sebagai persembunyian mereka. Aku tidak yakin akan ada seseorang yang menginjakkan kaki ditempat ini lagi.
Namun, melaporkan kejadian ini ke Adventurer Guild mungkin akan membuat mereka melakukan investigasi. Mungkin memberitahu mereka untuk mengumpulkan setiap harta yang ditinggalkan oleh bajingan itu adalah ide yang bagus. Mungkin uang itu akan menjadi lebih bersih jika digunakan untuk kepentingan masyarakat… dan mereka yang menderita karena perbuatan keji kelompok itu.
"Oh iya, Hugo," kataku. Pemikiran itu membuatku teringat akan sesuatu. "Aku bertemu dengan beberapa anak yang diculik di ruang bawah tanah. Delapan dari mereka masih hidup. Dari apa yang kulihat, mereka sepertinya dibuat tertidur dengan menggunakan sihir. Aku ingin kita kesana bersama-sama dan membawa mereka keluar, jadi… Tunggu, dimana Cyco?"
Kami sudah menyelesaikan semuanya disini namun aku tidak bisa melihatnya dimanapun.
Aku ingat bahwa dia meninggalkan slot party-nya sebelum pertempuran dimulai, tapi setelah itu dia sama sekali tidak menunjukkan diri, jadi… apakah dia mendapatkan death penalty?
"Cyco baik-baik saja," kata Hugo. "Tunggu sebentar. Cyco, kemarilah… Ya, tidak masalah."
Dia mengatakan hal itu sambil menghadap ke arah Magingear yang terbungkus armor yang terlihat mirip dengan sebuah gereja es. Sesaat kemudian, armor terpecah menjadi partikel cahaya berwarna putih dan biru yang tak terhitung jumlahnya.
Tanpa armor es yang menopangnya, Magingear itu roboh, dan membuat Hugo mengatakan sesuatu tentang mendapatkan gantinya dari seorang "pemimpin". Namun, Aku dan Nemesis jauh lebih tertarik dengan arah yang dituju oleh partikel cahaya itu. Mereka semua berkumpul di satu tempat dan membentuk sebuah sosok humanoid.
"Halooo."
Itu adalah Master serba putih—Cyco. Namun, dia tidak lagi memiliki bukti seorang Master—tato di tangan kirinya.
Juga, cara dia berubah bentuk sama seperti perubahan bentuk milik Nemesis tapi dengan warna yang berbeda.
"Begitu," kata Nemesis. "Jadi aku dan Cyco… adalah bulu dari burung yang sama."
"Ya," angguk Cyco. "Nama asliku adalah Cocytus."
"Bulu dari burung yang sama…?" aku mengangkat alisku. "Jadi dia sebenarnya adalah…"
… Embryo Type Maiden—sama seperti Nemesis. Dan Hugo adalah Master-nya.
"Tapi bukankah sebelumnya dia memiliki tato ditangan kirinya?" tanyaku.
"Tato itu ada disana karena efek Crest Disguise—sebuah skill unik milik Embryo Type Maiden," jawab Hugo. "Itu membuat tangan mereka dan status yang tampil terlihat seperti milik seorang Master."
"Aku tidak tau ada skill seperti itu…" kataku, sedikit terkejut.
"Mereka akan mendapatkannya setelah bertarung sementara waktu dalam bentuk manusia-nya," kata Hugo.
Sampai saat ini, aku belum pernah membiarkan Nemesis bertarung sendirian. Jadi tentu saja aku tidak memilikinya.
"Lagipula, apa gunanya skill seperti itu?" tanyaku.
"Kau pasti terkejut," kata Hugo. "Karena mereka merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat diprediksi, Embryo adalah sebuah kartu as yang kuat. Dengan Crest Disguise, kau dapat membuat seolah-olah ada Master lain didekatmu—dan tentu saja, Embryo lain—dari pada kenyataannya."
Jadi kau dapat menggunakannya untuk melakukan gertakan, huh? Pikirku. Aku menduga bahwa skill itu pasti juga memiliki kegunaan lain, jadi mungkin kami juga harus mempelajarinya.
"Bagaimanapun, sekarang karena kita semua sudah berada disini, kita harus segera pergi ke ruang bawah tanah dan mengembalikan hari-hari cerah milik anak-anak itu," kataku.
"Aku setuju," kata Hugo.
Aku, Nemesis, Hugo, dan Cyco mulai berjalan menuju ruang bawah tanah benteng ini.
Dengan kami berempat dan Silver milikku, ada kemungkinan bahwa kami dapat membawa mereka semua sekaligus. Juga, dengan kematian Lich itu, anak-anak itu saat ini mungkin sudah terbangun, jadi kami harus bergegas dan menenangkan mereka.
***
Area sekitar benteng.
"… Apakah mereka sudah pergi?" tanya sebuah suara.
"Ya, mereka masuk ke dalam benteng."
Di dalam hutan yang ada di sekitar benteng, di sebuah area yang bahkan lebih padat dari pada rute yang diambil oleh Marshall II milik Hugo, ada lima orang yang tampak mencurigakan.
"Aku tidak menyangka kedua boss akan dikalahkan," kata salah satu dari mereka.
Mereka adalah sisa-sisa dari Gouz-Maise Gang, dan mereka adalah lima orang yang sama dengan yang ditemui oleh Ray dan Hugo di Gideon.
Setelah Ray dan Cyco mengalahkan dan menyerahkan mereka ke para penjaga, beberapa rekan mereka datang dan menyelamatkan mereka sebelum mereka dimasukkan kedalam penjara.
Setelah itu, mereka mengikuti kereta milik Gouz-Maise Gang dari jarak yang cukup jauh—hanya untuk memastikan bahwa mereka tidak diikuti—dan ketika mereka mencapai benteng, mereka menemukan bahwa tempat persembunyian dan seluruh rekan mereka sudah benar-benar dihancurkan.
Mereka beruntung karena mereka berada ditempat dimana Enemy Detect milik Cyco tidak dapat menjangkau mereka. Oleh karenanya, mereka dapat menyembunyikan diri dan terhindar dari pembantaian itu.
"Sekarang apa?" tanya salah satu dari mereka.
"Apa yang kau maksud, 'apa'—kita harus pergi dari sini!" jawab orang lainnya. "Kita tidak punya kesempatan menang melawan monster yang dapat membunuh boss kita, yang juga merupakan monster."
"Sialan, itu artinya kita harus meninggalkan semua harta karun yang mereka tinggalkan." Salah seorang pria—tepatnya, orang yang dipukul oleh Ray—mendecakkan lidahnya dengan frustrasi. "… Oh, tunggu." Dia kelihatannya baru saja mendapatkan ide. "Ya, itulah yang harus kita lakukan!"
Dia mengangguk, benar-benar puas dengan dirinya sendiri.
"Apa yang merasukimu?" Keempat orang lainnya menatapnya dengan kebingungan.
"Saat ini mereka sedang berada di dalam benteng, kan?" dia mulai berbicara. "Jadi ini adalah saat yang sempurna bagi kita untuk mengambil semua uang dan item yang boss tinggalkan! Juga, kita bisa dengan muda mengambil para bocah yang ada di dalam kereta. Kita dapat menggunakan mereka untuk mendapatkan uang tebusan atau kita tinggal menjual mereka di suatu tempat di Caldina. Atau mungkin kita bisa menjadikan mereka sebagai jaminan untuk bergabung ke kelompok bandit yang lain!"
"Oh, man!" pria lainnya berteriak.
"Itu adalah rencana yang tidak dapat kutolak!"
Saran dari rekan gang mereka membuat keempat pria lainnya menjadi kegirangan.
"Kalau begitu, tidak ada waktu yang lebih baik dari sekarang…" kata seorang pria.
"Ya!" teriak pria lainnya. "Ayo kita ambil item dan bocah-bocah itu dan kemudian pergi dari sini!"
Mereka kemudian berpencar. Beberapa mulai mengumpulkan item yang bertebaran di atas tanah, sementara lainnya mulai menghubungkan kuda-kuda yang masih hidup dengan kereta berisi anak-anak di dalamnya.
Namun, salah satu dari mereka—orang yang menyarankan agar mereka melakukan hal itu—memiringkan kepalanya di samping mayat Maise, yang saat ini sudah menjadi debu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya pria lainnya.
"Inventory milik Boss Maise tidak hancur," jawabnya. Itu adalah Inventory yang sama dengan yang dibiarkan begitu saja oleh Ray dan Hugo.
"Huuhh? Kalau begitu, hancurkan itu, goblok," kata pria lainnya. "Rekan kita yang memiliki skill Plunderer telah dibantai, jadi hanya itulah yang bisa kita lakukan."
Seperti halnya kelompok bandit lainnya, Gouz-Maise Gang memiliki anggota dengan skill Steal dan Plunder. Namun, mereka semua telah mati di tangan Marshall II milik Hugo."
"Itu benar," angguk pria itu. "Kalau begitu, aku akan melakukannya."
Pria itu mengeluarkan sebuah dagger dan—dengan sekuat tenaga—menancapkannya ke arah inventory itu. Sudah pasti, benda itu hancur dan mengeluarkan semua isinya ke sekitar area itu.
"Whooaaahhhh! Cepat kumpulkan semua koin itu!"
"Serius! Kupikir kita tidak usah lagi menjadi bandit! Kita dapat hidup dengan mulia menggunakan semua ini!"
"Kita juga memiliki bocah-bocah itu, jadi mungkin kita bisa memulai bisnis sebagai Penjual Budak!"
"Ide bagus!"
Uang yang ditinggalkan oleh Maise membuat mereka semua membayangkan masa depan yang cerah. Mereka dikelilingi oleh kekayaan yang melimpah. Sama seperti yang dikatakan oleh Maise kepada Ray, jumlah uang yang dia miliki melebihi 70,000,000 lir. Tentu saja, dia juga memiliki banyak permata langka, equipment, dan material mahal.
Dengan semua itu, mereka dapat dengan muda membuat mimpi mereka menjadi nyata. Masa depan mereka akan menjadi lebih terjamin setelah langkah selanjutnya. Mereka semua memikirkan hal yang sama pada saat itu. Mereka semua ingin membunuh keempat pria lain dan membuat seluruh kekayaan itu menjadi milik mereka sendiri.
Namun… itu adalah hal yang benar-benar tidak mungkin.
"Huh?" salah seorang pria berbicara dengan bingung. "Apa ini?"
Dia mengambil sebuah item yang tergeletak di atas tanah. Kalau dilihat dari bentuknya, benda itu terlihat seperti telur ayam. Namun, benda itu memiliki warna merah gelap dan memiliki sebuah area di permukaannya yang terlihat seperti kelopak mata.
Sekilas, itu terlihat tidak ada bedanya dengan material-material lain yang dimiliki oleh Lich Maise, tapi pria yang memegangnya tidak akan mengatakan hal yang sama.
Dia memiliki skill identifikasi level tinggi dan dapat mengidentifikasi hampir semua item yang dia temui, tapi dia tidak mendapatkan satupun hasil dari objek mirip telur itu. Hal itu membuatnya kebingungan, karena sebelumnya dia tidak pernah kesulitan dalam mengidentifikasi material atau telur monster. Namun, sudah jelas bahwa dia tidak dapat mengidentifikasi benda yang ada di tangannya. Bagaimanapun, dalam hal ini, itu bukanlah sebuah item, seekor monster, atau makhluk hidup lainnya.
Itu tidak lain adalah sebuah kutukan.
"Awakening."
Sebuah suara keluar dari setiap inci kulitnya saat telur itu membuka 'kelopak mata'nya.
"Eee!"
Hal itu membuat pria itu terkejut dan dia mencoba untuk melemparkan telur itu, tapi telur itu terasa seperti menempel di jari-jarinya seperti sebuah lem yang sangat kuat.
"Apa?"
"Ada apa?"
Pria lainnya memanggil orang yang baru saja berteriak—wajah mereka masih menyeringai karena baru saja mendapatkan banyak kekayaan.
Jika mereka berpikir dan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan mulai melarikan diri, pria yang sedang memegang telur di tangannya itu mungkin akan menjadi satu-satunya yang mati.
Namun, tidak ada harapan. Siapa saja yang memiliki firasat akan bahaya, sejak awal tidak akan pernah menyentuh barang milik Maise.
Maise merupakan salah satu pengguna Necromancy terbaik di Kerajaan Altar. Bukan hanya dia sangat serius dalam mengejar impiannya untuk menjadi King of Corpses—dia juga merupakan seorang pria yang dapat memanfaatkan orang lain dengan cara yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Dia adalah tipe orang yang mau membuang Crystal of Resentment paling berharganya—benda yang dibutuhkan untuk menjadi King of Corpses—hanya untuk bertahan hidup. Dia juga tidak ragu untuk mencoba menyelamatkan hidupnya dengan cara mencoba menyogok Ray dengan semua kekayaan yang dia miliki.
Jika seorang pria dengan riwayat kehidupan seperti itu dibunuh dan mendapati harta karun-nya diambil…
Apa yang akan dia lakukan?
Sejauh mana dia akan melakukannya?
Pria-pria itu sudah kalah pada saat mereka tidak mempertimbangkan pertanyaan itu.
"Penghancuran inventory: Dikonfirmasi," kata telur itu. "Pencarian: Gelombang Sihir milik Lich Maise… Tidak ada tanggapan. Pembunuhan Lich Maise: Dikonfirmasi. Dugaan: dirampok dengan niat jahat. Mengaktifkan sihir terakhir—Undead Grudge construction."
Setelah telur itu selesai berbicara, jari milik pria yang menyentuh telur itu tersedot masuk ke dalamnya. Sama seperti limbah yang dibuang di saluran pembuangan, tubuhnya mulai terhisap kedalam telur itu, tubuhnya hancur dan memuncratkan darah ke segala arah saat tubuhnya sedang dipadatkan.
"AUGH!! UuGgh!! EeuGH!!"
Hanya meninggalkan teriakan yang benar-benar tidak terdengar seperti berasal dari manusia, benda yang sebelumnya adalah seorang pria itu menghilang ke dalam objek itu.
Ukuran telur itu membesar, menjadi sebesar telur burung unta.
"EEEEK!"
"AP-APA-APAAN ITU?!"
Pemandangan itu membuat keempat pria lainnya menjadi panik, dan mereka segera berbalik dan mencoba melarikan diri.
Sesaat kemudian, telur itu mengeluarkan selang yang mirip dengan pembuluh darah dan mengarahkan mereka ke punggung tiga dari keempat pria yang mencoba untuk melarikan diri. Dan—seakan-akan sedang meminum jus menggunakan sedotan—telur itu mulai menyedot pria itu ke tubuhnya.
"GHHHY! JAUHGHH! EIHH!"
"EGGH… UGHAAAHH!"
"ASSHHDIEDEAAAGAUGHH!!!"
Merasakan sakit diluar bayangan mereka, ketiga pria itu menghilang sambil menyuarakan kalimat yang tidak akan pernah dikeluarkan oleh orang waras.
"AAAAHHHH!"
Satu-satunya pria yang bertahan hidup—orang yang menyarankan mereka untuk mengambil kekayaan Maise—jatuh ke tanah dalam ketakutan dan mencoba mundur sambil kencing di celana. Dia menduga bahwa telur itu juga akan meluncurkan selang itu ke arahnya, tapi karena suatu alasan, hal itu tidak terjadi. Malahan, telur itu mulai menjulurkan selangnya ke arah mayat-mayat yang ada di sekitar area itu.
Mayat-mayat itu berjumlah sangat banyak. Mereka semua adalah anggota Gouz-Maise Gang yang telah kehilangan nyawa dalam pertempuran melawan Marshall II. Selang itu menggapai potongan-potongan daging yang tercecer akibat tembakan meriam, tubuh yang terbelah menjadi dua karena tebasan pisau, mayat yang diinjak oleh robot itu, dan kepala Gouz yang tergantung di pintu gerbang benteng.
Bukan hanya itu—permukaan telur itu juga mengeluarkan organ seperti corong yang mulai menyerap sesuatu yang tak terlihat—dendam—dari udara dan tanah di bawahnya. Dan—meskipun tubuhnya telah berubah menjadi abu—telur itu juga menyerap kekecewaan, kebencian, dan kesedihan milik Lich Maise. Semua daging dan dendam yang terkumpul membuat telur itu semakin membesar.
Sekarang dia terlihat seperti sebuah orb yang memiliki besar seperti tangki bensin dan rapuh seperti balon. Pemandangan yang ada didepan matanya membuat pria yang tersisa dari Gouz-Maise Gang itu pingsan.
Tak lama kemudian, orb itu retak.
Selanjutnya, orb itu pecah dan melahirkan seekor monster yang terlalu busuk. Seekor monster yang terlalu mengerikan.
Itu adalah hasil akhir dari Gouz-Maise Gang dan semua yang telah mereka lakukan.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa makhluk itu—kumpulan dari daging penjahat dan berbagai macam emosi ini—adalah sesuatu yang keluar langsung dari neraka. Mayat milik ratusan orang saling disatukan seperti jigsaw puzzle, membentuk sebuah tubuh horse-man berkepala sapi.
Bukannya darah, satu-satunya hal yang mengalir di dalam pembuluhnya adalah keinginan jahat dan dendam kesumat.
Kumpulan orang mati itu tidak menunjukkan apapun selain penghinaan bagi semua makhluk hidup dan hanya bergerak dengan keinginan jahat untuk membuat seluruh dunia mati seperti mereka.
Dan, tentu saja, target pertama dari dendamnya adalah…
"Ah… Eh… Aahh?" … orang terakhir yang bertahan dari Gouz-Maise Gang.
Tangan pucat menjijikkan milik makhluk itu mencengkeram tubuh pria itu. Kemudian berganti memegang tangannya—hanya jempol dan jari telunjuk—sebelum mulai menariknya. Dia melakukannya dengan begitu lambat sampai terlihat seperti sebuah kelembutan.
"AGH! AAGHYAAAAAHHHH!"
Perlahan, pasti… seperti seorang anak yang bermain dengan serangga… dia terus menariknya sampai salah satu tangan pria itu terlepas dari tubuhnya. Kemudian dia melakukan hal yang sama pada kaki pria itu. Dan ketika pria itu hanya memiliki masing-masing sebuah kaki dan lengan, horse-man berkepala sapi itu membuka mulut besarnya.
Meskipun rasa sakit yang dirasakan oleh pria itu sudah hampir membuatnya merasa gila, dia masih memiliki cukup pikiran untuk memahami kenapa makhluk itu melakukan hal itu. Bagaimanapun, itu sudah terjadi berulang kali selama hari-harinya bersama Gouz-Maise Gang.
"Ahaha… apakah aku… adalah makanan penutup…?"
Terkoyak seperti serangga, pria itu akhirnya ditarik masuk ke dalam mulut sapi itu dan dihancurkan oleh taring-taring mematikan yang ada disana.
Dan dengan itu, Gouz-Maise Gang menjadi satu. Secara harfiah sebagai satu kesatuan, mereka semua membentuk sebuah makhluk tunggal yang dipenuhi kebencian.
Sementara secara kiasan yang mungkin terdengar mulia dan agung, apa yang terjadi disini tidak lain adalah sesuatu yang membuatmu ingin muntah.
Itu adalah kelahiran dari undead paling mengerikan yang pernah ada.
***
[Pengumuman Non-Player]
[Menemukan seekor monster yang memenuhi kondisi untuk diakui sebagai Unique Boss Monster]
[Dikonfirmasi bahwa tidak pernah ada makhluk yang sama sebelumnya]
[Memberitahu control AI yang bertugas mengelola UBM]
[Menerima persetujuan dari control AI yang mengelola UBM]
[Mengakui target sebagai UBM]
[Memperkuat kemampuan target dan memberikan fungsi special reward setelah kematian]
[Memberikan status Epic kepada target. Memberikan nama kepada target sebagai "Revenant Ox-Horse, Gouz-Maise"].