Chereads / When Cheater Survive In Other World / Chapter 7 - Kota Gaffian

Chapter 7 - Kota Gaffian

Avian mulai berangkat menuju kota Gaffian, yang mana adalah kota dengan jarak terdekat dengan dia saat ini. Dia menyusuri hutan dengan santai dan sesekali membunuh beberapa binatang buas serta mengumpulkan buah-buahan dan tanaman yang dapat diolah menjadi ramuan.

Pada siang hari, Avian sudah bisa melihat gerbang dan tembok besar yang tingginya diperkirakan mencapai 15m. Avian sangat bersemangat dan sudah tidak sabar untuk segera mencapai kota.

Sampai di dekat pintu gerbang, Avian melihat banyak orang mengantri untuk masuk dan ada berbagai macam orang, yang paling banyak sepertinya adalah pedagang jika di lihat dari berbagai gerbong kereta barang yang tersusun rapi untuk memasuki kota. Ada juga beberapa petualang yang mungkin habis berburu atau menyelesaikan misi.

Pada saat Avian memainkan game Sword And Magic World, dia juga sering keluar kota untuk pergi berburu untuk menaikan level atau menyelesaikan misi yang diberikan oleh beberapa npc tertentu. Ada juga misi yang terdapat pada papan misi dalam gedung guild, namun dia tidak pernah mengambilnya karna jumlah hadiah yang sedikit. Tentu saja bukan hanya karna hadiah yang sedikit. Melainkan Avian ingin dengan cepat menaikan levelnya dengan melakukan misi cerita utama, hadiahnya bisa mencapai lima kali lipat dari misi yang ada di papan misi.

Avian belum terlalu mengerti tentang dunia game Sword And Magic World yang dia tempati saat ini, karna dia hanya bermain game ini untuk semalam. Beberapa informasi penting hanya bisa di dapat setelah bermain untuk waktu yang lama, jadi bisa di bilang Avian hanya mengerti situasi dasar dari game Sword And Magic World.

Avian mengikuti peraturan dan terus mengantri sampai pada gilirannya. Penjaga melirik Avian dan melihat Avian sepertinya hanya orang kampung yang baru memasuki kota.

" Hei, lihat anak itu. Kamu tau apa yang harus kamu lakukan bukan ? " Kata seorang penjaga yang memiliki bekas luka di pipinya kepada penjaga muda disampingnya.

" Haha siap boss " jawab penjaga muda itu.

Avian tidak mengetahui pembicaraan kedua penjaga itu. Dia terus melihat ke dinding yang menutupi kota dan menikmati keindahannya. Avian belum pernah melihat tembok yang megah seperti itu dalam dunianya, dia hanya sering melihatnya dalam film 3D yang menawarkan genre fantasi dan beberapa game yang dia mainkan. Melihat dari layar dengan melihatnya menggunakan matanya sendiri adalah suatu perasaan yang sangat berbeda. Meskipun di dunianya sudah ada alat Virtual Reality yang mampu memberikan sensasi berada dalam dunia fantasi, Avian belum sanggup untuk membeli alat itu, karna harganya yang relatif mahal untuknya.

" Hei nak, tunjukan kartu identitas mu " kata seorang penjaga muda.

Avian terganggu oleh suara penjaga ketika sedang menikmati keindahan dunia fantasi yang dia impikan. " Maaf aku tidak memilikinya. " Kata Avian.

" Baik, maka aku akan membuatkan mu kartu identitas sementara yang hanya berlaku selama tiga hari dengan harga 50.000 Zuwa. Lebih dari itu, kau harus kembali kesini untuk memperpanjang waktu kartu identitas sementara. " Kata penjaga itu.

Avian mengerutkan kening setelah mendengar harga untuk kartu identitas sementara. Harganya mengambil hampir setengah dari Zuwa yang dia miliki saat ini. " Apakah tidak terlalu kemahalan ? Bisakah harganya berkurang ? " Tanya Avian.

" Berkurang ? Lebih baik kau kembali kehutan dan terus berburu sambil menjual inti kristal untuk mendapatkan uang nak " kata penjaga itu mencibir.

" Haha anak itu sungguh malang datang ke kota hanya untuk diperas oleh Rudi " kata seseorang di kerumunan dengan nada mengejek.

" Ya benar. Andai saja dia datang besok atau lusa. Mungkin bukan Rudi yang bertugas menjaga gerban,  dan dia akan aman " kata orang lain didekat orang yang mengejek tadi.

Avian mampu mendengar bisikan beberapa orang di kerumunan yang menertawakan nasibnya. Dia tau bahwa dia sedang dipermainkan. Namun Avian tidak bisa berbuat apa-apa karna situasinya tidak menguntungkan baginya karna kekurangan informasi yang dia miliki.

' sial, kali ini aku akan menuruti kalian. Lihat saja nanti, kalian pasti akan membayarnya sepuluh kali lipat ' pikir Avian dengan jengkel.

Sebenarnya Avian bukan orang yang pendendam, namun dia tidak akan membiarkan begitu saja orang yang telah menyulitkannya.

Dulu pernah ada dalam sebuah game, dimana setelah Avian membeli beberapa item yang bagus dengan uang sungguhan, atau biasa di sebut real money trade, dia di bunuh tepat setelah meninggalkan kota, dan dijarah oleh para PK yang suka mengambil barang dari orang lain. Meskipun dia telah kehilangan semua item yang dia miliki dia masih dibunuh lagi dan lagi setelah meninggalkan kota, yang membuat levelnya menurun drastis karna terkena penalti dari sistem game tersebut. Avian lalu pindah ke kota lain dengan level yang lebih tinggi dari levelnya saat itu. Dia berusaha hampir dari pagi hingga malam untuk meningkatkan levelnya.

Akhirnya setelah levelnya sangat tinggi dan menjadi salah satu pemain legendaris dari game tersebut, Avian mulai melacak para PK yang dulu pernah mencuri item darinya, dan membunuh mereka setiap kali mereka dihidupkan kembali. Para PK akhirnya putus asa dan berhenti bermain game tersebut, dan Avian mulai tenang kembali. Cerita itu sangat terkenal di kalangan para player dan bahkan ada yang menyebut Avian sebagai Dark Evil. Sejak saat itu di setiap game jika ada player bernama "AV", para player biasa atau PK tidak berani bermacam-macam dengan player bernama "AV" tersebut. AV adalah nama yang sering Avian gunakan dalam bermain game.

Avian memberikan penjaga itu uang 50.000 Zuwa dan dia menerima kartu identitas sementara. Kartu itu berwarna hitam dan memiliki jejek darah yang dia teteskan untuk mengaktifkan kartu identitas sementara tersebut.

Avian sudah tidak dalam semangat seperti sebelumnya saat dia berangkat. Dia langsung menuju pub setelah bertanya lokasi pub terdekat kepada para pejalan kaki yang lewat. Dia ingin minum beberapa beer untuk menghilangkan rasa frustasinya setelah di permainkan oleh para penjaga gerbang.

Dia sampai di depan bangunan yang dia tau adalah pub yang di tunjukan oleh pejalan kaki yang sempat dia tanya. Pub itu memiliki nama Old Rabbit Inn. Bangunan itu memiliki tiga lantai dimana lantai bawah adalah pub dan dua lantai diatas adalah penginapan.

" Selamat datang ! " Kata seorang gadis yang menyambutnya di pintu masuk.

Avian hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum pada gadis itu. Avian menilai bahwa gadis itu berumur sekitar 20 tahun, tapi dia juga tidak yakin, karna dia tidak memiliki keterampilan observasi miliknya sendiri. Observasi dari sistem terbatas hanya pada benda mati dan mengharuskannya untuk menyentuh benda tersebut.

Avian memasuki pub dan melihat bahwa pub itu cukup ramai, dan kebanyakan dari mereka adalah para petualang. Avian berjalan menuju bar. " Satu gelas beer " kata Avian sambil mengangkat jari telunjuknya ketika sampai didepan bar.

" Hm, sepertinya kakak tidak bisa memberimu satu gelas beer. Sebagai gantinya kakak akan memberimu satu gelas jus jeruk. Bagaimana menurutmu ? " Kata gadis penjaga bar itu sambil tersenyum kepada Avian.

Avian mengerutkan kening. " Aku ingin satu gelas beer bukan satu gelas jus jeruk " Kata Avian mengulangi pesanannya.

" Biar kakak kasih tau, umurmu belum mencukupi untuk meminum beer, tunggu sampai kamu menjadi dewasa dan kakak akan memberikan beer gratis padamu oke ? " Kata gadis penjaga bar itu yang masih tersenyum dan mengacak-acak rambut Avian.

Avian tau apa yang dimaksud oleh gadis itu, umurnya saat ini memang masih muda dan belum waktunya untuk meminum minuman beralkohol. Berbeda dengan umur Avian yang sebenarnya yang akan menginjak 27 tahun.

Dengan tampilan tak berdaya, Avian menerima jus jeruk yang telah dibuatkan oleh penjaga bar.

" Beri aku kamar untuk dua malam " kata Avian.

" Oke, harganya 5000 untuk dua malam. Tolong tulis namamu disini " kata penjaga bar yang masih tersenyum dan memberikan sebuah buku untuk Avian menuliskan namanya.

" Hm jadi namamu Avian. Segeralah istirahat, sepertinya kamu cukup lelah hari ini adik kecil. " Kata penjaga bar.

" Tina. Tolong antarkan adik kecil ini ke kamar nomor 12 ya "

Avian merasa tidak berdaya setelah berulang kali di panggil adik kecil oleh gadis penjaga bar. Namun dia tidak bisa memprotes karna memang umurnya masih 15 tahun di dunia ini.

Avian melihat bahwa gadis yang sempat dia temui di pintu masuk datang kepadanya.

" Halo. Perkenalkan namaku Tina. Kamu bisa memanggilku kakak Tina karna sepertinya aku lebih tua darimu" kata gadis itu sambil mengulurkan tangan dan tersenyum padanya.

" Namaku Avian " jawab Avian singkat tanpa memanggil gadis itu seperti yang diinginkannya.

" Ayo, kakak akan mengantarmu ke kamar yang kamu pesan. " Kata Tina sambil menarik pergelangan tangan Avian.

Avian mengikuti Tina menuju kamar yang dia pesan.

" Tadaa... Inilah kamar yang akan kamu tinggali. Ini kuncinya dan jika kamu membutuhkan sesuatu kamu bisa turun kebawah dan menanyakannya kepada para pelayan Old Rabbit Inn. Paham ? " Tanya Tina sambil mengacak-acak rambut Avian.

Avian hanya menganggukan kepalanya menandakan bahwa dia mengerti. Dia sedikit bingung dengan perilaku dua gadis pelayan Old Rabbit Inn ini, yang suka mengacak-acak rambutnya. Jika semua gadis pelayan yang ada di Old Rabbit Inn suka mengacak-acak rambutnya, bukankah mereka akan rontok dan akhirnya dia kehilangan rambutnya dan menjadi botak ? Avian memiliki pikiran ini karna sepertinya semua pelayan di Old Rabbit Inn adalah perempuan.

" Oke, kakak akan turun terlebih dahulu, karna ini jam makan siang dan pub pasti akan ramai karnanya. " Kata Tina sambil melambaikan tangan kepada Avian.

Avian memperhatikan kepergian Tina, dan setelah Tina turun kebawah, Avian mulai memasuki kamar yang akan dia tinggali.

Ruangan dalam kamar terlihat sangat bersih dan rapi. Ada dua kursi dan satu meja ditengah ruangan, dan satu tempat tidur di ujung ruangan bersama satu lemari yang saat ini masih kosong.

Avian berjalan menuju tempat tidur dan mulai merebahkan diri. Dia sudah tidak dalam semangat yang tinggi untuk melanjutkan menikmati pemandangan kota, dan Avian memutuskan untuk memulainya besok.

Mungkin karna terlalu lelah dan fakta bahwa selimut yang didapatnya cukup lembut dan harum, Avian tertidur pulas dengan cepat. Dia terbangun dan menyadari bahwa hari sudah mulai gelap.

Avian turun kebawah untuk menyantap makan malam. Dia tersenyum menyapa kepada beberapa pelayan yang dia temui.

Malam itu di pub tidak terlalu ramai seperti yang terjadi pada siang hari. Avian dengan santai berjalan menuju meja yang masih kosong sebelum memesan satu porsi nasi goreng dan jus jeruk.

Avian menyantap nasi goreng itu dengan lahap. Nasi goreng itu terasa sangat nikmat dan bahkan lebih nikmat dari semua nasi goreng yang pernah dimakan Avian.

" Apakah senikmat itu ? " Kata Tina yang tiba-tiba muncul disampingnya. Avian terlalu fokus dengan makanannya dan tidak memperhatikan Tina mendekat.

" Ya. Nasi goreng ini sangat enak. " Jawab Avian yang masih terus melahap makanannya.

Tina berjalan dan mengambil kursi untuk duduk di depan Avian. " Santai saja dan makan dengan pelan-pelan, tidak akan ada yang mengambil makananmu " kata Tina sambil tersenyum menatap Avian.

" Ngomong-ngomong dimana orang tuamu " Tanya Tina.

Avian berhenti memakan makanannya. Dia sedikit merasa melankolis mendengar pertanyaan dari Tina. Orang tuanya sudah meninggal karena kecelakaan lalu lintas yang membuat Avian hidup sendirian. Dia sangat merindukan orang tuanya, namun dia tau bahwa dia tidak akan bertemu lagi dengan mereka.

Melihat tampilan melankolis bercampur kesedihan di mata Avian, Tina merasa bersalah. Dia tidak tau apa yang terjadi dengan kedua orang tua Avian, yang mampu  embuatnya merasa sedih.

" Maaf, aku tidak bermaksud..." Kata Tina menundukan kepalanya.

" Haha, tidak masalah. Orang tuaku telah meninggal karna kecelakaan, dan aku tinggal bersama seorang pria paruh baya yang juga mengajariku cara berburu di hutan. " Kata Avian yang mencoba mencairkan suasana.

" Wow, apakah kamu seorang petualang ? " Kata Tina yang berubah menjadi bersemangat.

Melihat bahwa strateginya berjalan dengan lancar, Avian merasa bangga. Dia tersenyum dan menjawab " ya bisa dibilang petualang atau juga tidak bisa. "

" eh, apa yang kamu maksud dengan itu ? Coba tunjukan lencana peringkat mu " kata Tina yang semakin penasaran.

Avian menggelengkan kepalanya " aku tidak memiliki hal seperti lencana peringkat. "

" Tidak mungkin ! Setiap petualang pasti memiliki lencana peringkat untuk menandakan identitasnya " kata Tina yang tidak percaya pada Avian.

" Aku sungguh tidak punya lencana peringkat, Tina " kata Avian yang berusaha meyakinkan Tina.

" Baiklah, tidak masalah jika kamu tidak ingin menunjukannya. " Kata Tina yang kemudian bangkit meninggalkan Avian.

Avian bingung dengan apa yang terjadi. Sesaat sebelumnya Tina sangat bersemangat membahas petualang bersamanya, dan sesaat kemudian dia merubah sikapnya 360 derajat.

Melihat kepergian Tina, Avian hanya bisa mendesah dan melanjutkan makan malamnya. Setelah selesai makan malam, Avian langsung menuju kamarnya untuk beristirahat.

' sial, aku lupa untuk bertanya dimana aku bisa menjual inti kristal binatang buas. '

' keuanganku sudah mulai menipis dan hanya tersisa 43000 Zuwa, jika aku tidak menjual inti kristal binatang buas, akan sulit untuk bertahan di kota. Ada juga masalah tentang kartu identitas sementara '

Avian selalu merasa jengkel ketika mengingat bahwa dia telah di tipu oleh penjaga gerbang sebelumnya, dia sudah memutuskan untuk memberi pelajaran kepada para penjaga itu suatu hari nanti.