Chapter 48 - Kembali

Energi itu berbasis dari yin dan yang, energi yang saling melengkapi namun bertentangan. Itu disebut sebagai ki. Energi ki yang dan energi ki yin.

Orang dapat menyerap energi ki itu dan menyimpan di dalam tubuhnya, mereka bisa mengalirkan energi itu keseluruh tubuh mereka dan meremajakan setiap bagian dari tubuh. Entah itu darah, daging, tulang, otot, meridian, dan bahkan kulit.

Setiap bagian akan menjadi semakin kuat seiring dengan waktu yang dihabiskan untuk merawatnya. Energi ki dan mana tidaklah saling bertentangan seperti yang diharapkan dari dua energi yang sangat kuat dalam satu dunia. Melainkan saling bersinanggungan satu sama lain.

Seseorang yang menyimpan energi ki dalam tubuh mereka dan mengolahnya biasa di sebut sebagai kultifator, sedangkan seorang yang mengolah mana biasa di sebut dengan the ruller. Terkadang ada beberapa orang yang mengendalikan kedua energi itu. Ada pula beberapa orang yang hanya berfokus pada salah satu saja.

Orang jaman dahulu bahkan menemukan teknik-teknik untuk menyerap energi-energi ini secara lebih efisien, dan menyalurkan keseluruh tubuh dengan lebih cepat. Hal ini disebut dengan manual teknik. Entah itu untuk energi ki atau mana.

Pernah ada legenda yang menyebutkan bahwa dua orang yang masing-masing mencapai puncak dari energi masing-masing antara mana dan ki bertempur.

Pertempuran mereka sangat mengerikan, diceritakan bahwa bahkan ketiga benua terguncang dengan pertempuran ini sehingga membuat cuaca berubah menjadi sangat mengerikan.

Namun hasil dari pertempuran itu masih menjadi misteri, faktanya setelah pertempuran berakhir tak ada yang tau apa yang terjadi antara mereka berdua. Keduanya menghilang dan tak pernah muncul lagi di dunia.

Rifki sedang duduk dan membaca buku yang didapatnya dari perkemahan Orc ini. Dia samar-samar mulai mengerti dunia aneh ini. Tak heran namanya adalah Paradox. Selain dari kekuatan garis darah dan tingkat kebangsawanan ternyata ada energi lain yang dapat membuat orang menjadi kuat.

Dia berasumsi bahwa energi mana dan ki ini seperti atom di dunianya. Bedanya adalah bahwa kedua energi ini berjumlah lebih melimpah dan bisa dikendalikan dengan teknik-teknik tertentu berbeda dengan atom.

Setelah selesai membaca informasi tentang energi di dunia ini, Rifki lalu berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ke sebuah ruangan di belakangnya.

Saat dia memasuki ruangan itu, di dalam ruangan ada beberapa orang yang tengah membersihkan seorang wanita yang terbaring di tempat tidur dengan mata terpejam.

"Masih belum ada tanda-tanda dia bangun?" tanya Rifki.

Salah satu orang yang membersihkan wanita itu ternyata adalah Claritha. Melihat bahwa Rifki masuk ke kamar, beberapa orang langsung menunduk dan menyapanya. Rifki mengangguk dan melihat ke Claritha lagi.

"Masih belum ada tanda-tanda, Tuan." jawab Claritha rendah. Ada jejak kesedihan di mata Claritha yang sangat jelas ditunjukkan dalam ekspresinya.

"Meski tubuh nona Pandora terlihat normal dan bahkan terlihat sangat sehat, hamba tidak tahu kenapa beliau tidak sadarkan diri." jelas Claritha lagi yang merasa hal ini aneh.

"Sudah tidak apa-apa. Biarkan saja, aku yakin tak lama lagi dia akan sadar." jawab Rifki terlihat tenang. Namun, dari nadanya bisa dirasakan kesedihan yang dialaminya.

Bagaimanapun Pandora adalah orang yang pertama kali menemaninya di dunia ini, mengakibatkan rasa keakraban tumbuh dalam diri Rifki tanpa dia sadari. Saat Pandora tak ada di sisinya, barulah dia merasa ada sesuatu yang hilang dari dunianya.

Seringkali dia memanggil Pandora dengan nama Puput yang terkadang membuat suasana sedikit canggung. Sudah hampir setengah tahun Rifki di dunia baru ini dan hampir 5 bulan mereka bersama. Saat tiba-tiba Pandora menghilang dari sisinya, membuat Rifki sedikit tidak terbiasa dengan itu.

Setelah melihat keadaan Pandora, Rifki keluar dari ruangan dan meninggalkan rumah Claritha.

....

Di sebuah tempat dimana pepohonan membentang sejauh mata memandang, ada sosok yang bergerak di antara bayang-bayang dengan kecepatan yang tak terlihat oleh mata telanjang. Sosok itu panjang dan memiliki bulu berwarna gelap yang indah. Matanya memancarkan warna merah darah yang membuatnya terlihat sangat menakutkan. Kecepatan berlarinya mengakibatkan matanya terdistorsi seperti memanjang ke arah belakang.

Sosok itu tak lain adalah Fenrir, saat ini Fenrir tengah terburu-buru untuk kembali ke desa dikarenakan pertemuannya dengan sebuah desa yang cukup besar. Mungkin hal itu tak bisa lagi disebut sebagai sebuah desa karena ukuran dan teknologi yang ada di tempat tersebut. Memanggilnya sebuah kota mungkin cukup cocok dengan hal itu.

Setelah pergi hampir 3 bulan dari desa, akhirnya Fenrir menemukan kota pertama yang mempunyai portal sehingga desa Tempest memiliki tempat untuk berdagang.

Meski membutuhkan hampir 3 bulan untuk Fenrir menemukan kota ini, hanya butuh beberapa minggu untuknya kembali ke desa.

Saat Fenrir memasuki jarak sekitar 10-15 kilometer jauhnya dari desa, dia merasakan ada sebuah sosok yang mengintainya. Fenrir lalu mempertajam inderanya dan mengetahui bahwa ada beberapa orang yang tengah bersembunyi di atas pohon.

Dilihat dari pakaiannya, Fenrir bisa menebak bahwa mereka berasal dari desa. Untuk desa Tempest mengamankan jarak 15 km dari pusat desa merupakan kemajuan yang sangat baik.

Fenrir tak berhenti berlari meski orang-orang itu mengetahuinya. Saat Fenrir memasuki jarak tembak mereka, para prajurit tak ragu-ragu untuk menyerang Fenrir. Fenrir tahu mereka adalah pasukan baru. Karena pasukan lama beberapa sudah mengetahui Fenrir, jadi jika ada prajurit Tempest yang tak mengetahuinya maka kemungkinan terbesar adalah mereka rekrutan baru.

Setelah Fenrir menghindari beberapa tembakan panah yang diarahkan ke arahnya, Fenrir terus maju tanpa mempedulikan mereka.

"Laporkan pada penjaga pos dua bahwa ada sesosok makhluk mirip serigala bayangan yang berlari menuju desa. Katakan bahwa dia membawa aura yang sangat mengerikan." setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan sebuah surat dan menulis kata-kata yang akan disampaikannya. Setelah itu seseorang di sebelahnya mengambil kertas itu dan mengikatnya di sebuah kaki burung.

Burung itu terlihat sangat gagah, dia terlihat seperti burung elang, namun lebih mengerikan. Hal yang berbeda dengan elang adalah kepalanya, dia memiliki kepala seekor gagak yang dipadukan dengan merpati, selain itu dia memiliki tiga mata yang sangat mengerikan. Nama hewan ini adalah 'Tengkek', seekor burung yang sangat cepat dan lincah di udara. Kemudahannya untuk dijinakkan membuat dia menjadi burung yang sangat efisien untuk dijadikan hewan pembawa surat.

Setelah orang itu melepas burung itu, burung itu langsung melesat ke arah desa sembari membawa sebuah surat yang diikat di kakinya.

"Untuk bisa mengambil keputusan mengirim informasi kedatanganku ke temannya yang ada di depan. Huh keefisienan macam apa!" gumam Fenrir.

Meski begitu Fenrir tak berhenti berlari ke arah desa dengan sekuat tenaga.

Mendekati jarak 8 meter, Fenrir kembali merasakan beberapa kelompok yang bersembunyi di balik pepohonan. Mereka tersebar di berbagai pohon acak di depan Fenrir. Karena ukuran pohon yang sangat besar, itu bisa menutupi seluruh tubuh mereka.

Pakaian mereka adalah pakaian standar seorang infanteri yang belum mendapat pergantian senjata dari Korik, mereka adalah prajurit elit calon pasukan yang akan diberi persenjataan dari Korik.

Saat Fenrir mendekati mereka, mereka tiba-tiba keluar dan menebaskan pedang mereka ke arah Fenrir. Fenrir yang mengetahui hal ini bersembunyi di balik pohon sejak lama tak terkejut sama sekali dan menghindar ke samping.

Dia mengulangi hal ini beberapa kali hingga melewati semua unit musuh. Beberapa ada yang menembakkan panah lewat crosbow yang mana hampir mengenai Fenrir. Melihat ini Fenrir merasakan senang juga sedih. Mereka berusaha membunuhnya yang membuat Fenrir yang adalah petinggi desa Tempest merasa sedikit dilecehkan. Namun dia juga senang, dikarenakan jika saja itu bukan dia yang menerobos ke dalam mungkin orang itu sudah mati.

Setelah itu pos dua juga melakukan hal sama yang dilakukan pos satu, mereka mengirim surat untuk pos selanjutnya agar menghentikan Fenrir.

Fenrir menghadapi pos ke 3 di jarak sekitar 5 km dari desa, pasukan itu terdiri dari sebuah pasukan yang dilengkapi dengan perisai bundar dan tombak di tangan satunya. Mereka berbaris menghalangi jalan Fenrir untuk melaju kedepan.

Dari kejauhan Fenrir sudah melihat mereka berbaris membentuk formasi Phalanx.

Meski begitu Fenrir tak memperlambat kecepatan berlarinya, dia berlari dengan sekuat tenaga. Namun saat jarak antara mereka tinggal 20 meter lagi tiba-tiba Fenrir melompat ke tanah. Dia melewati tanah dengan sangat mudah seperti tanah itu adalah air. Setelah dia melompat, Fenrir hilang dari pandangan para Infanteri itu.

Melihat ini para Infanteri sangat takut dan tak menunda untuk mengirim surat ke pos terakhir, Pos militer.

Pos militer desa Tempest diletakkan di tempat paling dekat dengan tembok kota yang akan dibangun, karena dengan mereka berjarak dekat dengan tembok kota saat ada penyerangan, mereka akan memiliki kecepatan waktu untuk mempertahankan tembok.

Setelah Fenrir melompat ke dalam bayangan, tak jauh dari mereka yang menghalanginya tadi Fenrir keluar dari bayang-bayang dan melanjutkan berlari ke arah desa. Setelah dia berlari beberapa meter lagi, hanya tinggal 2 kilometer antara tempatnya dan desa.

Dia melihat sebuah desa dari kejauhan, desa itu sangat sederhana. Meski bangunan yang dibangun lebih rapi dari terakhir kali dia melihatnya 4 bulan yang lalu, Fenrir masih bingung kenapa perkembangan desa sangat lambat.

Saat dia semakin dekat dengan desa, dia merasakan aura yang kuat menghadangnya. Di depannya ada beberapa tokoh yang sedang berdiri menghadapinya.

Tokoh-tokoh itu memiliki aura yang berbeda dengan yang terakhir kali melawannya, mereka terdiri dari beberapa orang yang memegang persenjataan lengkap.