Chapter 22 - Apa dia Gila?

Rifki tengah berdiri melihat proses pembangunan sebuah bangunan baru di tengah danau. Ada beberapa ras yang seperti manusia tapi bertubuh sekitar 3m ada juga yang hingga 4.5 meter, saat mereka berdiri di danau mereka tak tenggelam, air hanya mencapai dada atau perut mereka.

Mereka adalah pelarian dari pegunungan, ras raksasa atau itulah para orang di dunia ini memanggil mereka. Ras mereka sangat menyukai pertempuran, namun mereka juga memiliki bakat alami dalam pembuatan bangunan, bahkan hampir setara dengan ras Dwarf.

Rifki melihat seorang ras raksasa yang sedang memanggul seorang yang sangat pendek namun memiliki tubuh yang berotot, itu adalah ras Dwarf. Sisi sebelah lagi ada seorang juga yang sama sama di panggul raksasa itu. Itu adalah kepala departemen pembangunan Rendy.

Mereka berdua yang tengah bekerja sama untuk membangun sebuah pemukiman baru yang akan di dirikan di atas perairan. Proyek bangunan pertama yang akan di bangun di atas danau bukanlah bangunan untuk produksi melainkan adalah bangunan perumahan. Rendy dan Dwarf itu berencana untuk membangun sebuah distrik perumahan yang akan terletak di atas danau.

Rifki mensetujui hal tersebut, meski ini hal baru baginya dengan adanya Poseidon dia berfikir bahwa perairan adalah tempat paling aman yang akan di miliki desa Tempest.

Saat itulah tiba tiba pandangan Rifki terfokus, Poseidon tiba tiba datang di sebelahnya dan Pandora juga tiba di sebelahnya.

"Siapkan seluruh pasukan, ungsikan seluruh penduduk. Kita kedatangan tamu" Kata Rifki.

"Baik, tuan" Mereka berdua menjawab secara bersamaan.

.....

"Ingat kita di sini untuk memeriksa bukan untuk menyerang jadi jangan melakukan hal hal bodoh" Jelas seseorang yang bersuara sedikit besar.

"Ya yaa aku tau" Jawab seseorang dengan acuh tak acuh.

Lalu sekelompok orang sekitar 7 orang keluar dari air dan menuju ke permukaan, saat mereka muncul mereka melihat sebuah bangunan yang belum selesai di bangun berdiri di atas danau dan beberapa orang dengan senjata yang siap di pinggir danau menyambut mereka.

Salah seorang berambut merah dan memiliki mata seluruhnya biru mendekat dan berkata.

"Apa begini cara kalian menyambut seorang tamu?"

"Jika tamu itu membawa itikat baik, tentu saja tidak. Namun jika tamu itu membawa itikad buruk. Mau tak mau kami harus menyambut mereka dengan sambutan paling mulia" Jawab seorang manusia yang bertubuh kecil, dia terlihat seperti orang biasa, tapi orang yang mengelilinginya bukanlah orang biasa

Melihat orang yang menjawabnya menatap langsung ke arah matanya, dia sedikit terkejut.

"Apa dia baru saja berbicara dengan menatap mataku?" fikirnya.

"Jika berkenan apakah anda semua mau menjelaskan mengapa tuan tuan terhormat mengunjungi desa kami yang kecil ini?" Tanya orang itu lagi dengan senyum yang tenang di wajahnya.

Ke 7 orang yang baru keluar dari dalam air itu sedikit terkejut dengan pertanyaan dari pemuda itu. Di lihat dari usianya dia sepertinya hanya seorang anak berusia 20 tahunnan namun dia memancarkan ketenangan seluas lautan, layaknya sebuah samudra yang luas yang tak akan goyah walau badai menghantam.

Lalu seorang setengah baya yang memiliki rambut gondrong berwarna hijau maju membungkukkan tubuhnya sembari berkata.

"Maaf atas kelancangan murid hamba, hamba di sebut Ma'an Sang air dari utara. Hamba adalah salah satu dari pemimpin 8 arah mata angin di bawah kepemimpinan raja 7 samudra Sinbad yang agung. Hamba kesini untu menyelidiki kejadian baru baru ini dimana salah satu senjata dari raja Sinbad pergi meninggalkan istana" Jelas pria setengah baya itu. Saat dia berkata dia menoleh ke arah Poseidon yang memegang sebuah trisula yang terlihat biasa itu. Namun hanya dia yang mengetahui bahwa senjata itulah yang telah pergi dari istana.

Mendengar itu Rifki sedikit merasakan keasaman di hatinya. Saat pertama dia memanggil Poseidon dia merasakan sedikit keanehan Poseidon tak membawa senjatanya saat di panggil melainkan mengambilnya dari danau setelah dia keluar dari cahaya. Meski dia memiliki sedikit perasaan was was atas hal itu, dia tak mengira bahwa senjata itu adalah salah satu dari senjata seorang raja yang telah ada di dunia ini terlebih dahulu. Dan sepertinya dia memiliki sebuah kekuatan untuk mengendalikan wilayah yang cukup besar.

"Baiklah pertama silahkan kalian beristirahat di desa ini, aku tau perjalanan kalian tidak mudah untuk sampai ke sini mencari senjata itu jadi mari kita berdiskusi di bangunan utama terlebih dahulu" Rifki menjelaskan sembari mempersilahkan mereka untuk masuk.

Mereka saling memberi sinyal bahwa mereka akan menerima tawaran Rifki meski ada beberapa orang yang terlihat sedikit berkonflik dengan itu.

Di ruang utama bangunan pusat ada 7 orang yang tengah duduk di sebuah meja yang telah di siapkan Rifki. Di situ terdapat banyak makanan dan buah buahan yang di sediakan untuk mereka, ada beberapa yang menikmati hidangan itu dan adapula beberapa yang terlihat tak senang dengan itu.

"Pertama mari saya perkenalkan diri, saya adalah pemimpin dari desa kecil ini dan di panggil Rifki. Orang yang di sampingku adalah Pandora dia yang bertanggung jawab tentang desa dan yang ini adalah Poseidon seorang jendral dari desaku" Jelas Rifki dengan sopan.

"Huh? Jendral? ini sebuah desa atau kekaisaran? mengapa hanya sebuah desa memiliki seorang jendral? jangan melebih lebihkan dirimu." Jawab orang yang memiliki rambut merah dan mata biru dengan menyalak ke arah Rifki.

"Jaga bicaramu Danny itu bukan tujuan kita untuk mengomentari apa yang ada di sini"

bentak maan saat dia memperingatkan muridnya yang sedikit gegabah ini. dia lalu menoleh ke arah Rifki dan Berkata "Maafkan kelancangan nada bicara murid hamba ini dia masih belajar tentang dunia ini"

jelasnya sembari sedikit menyesal.

"Tidak masalah" Sambil tersenyum Rifki memaklumi kelancangan dari seseorang yang di panggil Danny itu.

Namun ekspresi dari Pandora dan Poseidon tiba tiba berubah sangat gelap yang membuat aura di seluruh ruangan berubah, perubahan tiba tiba aura yang di sebabkan Poseidon dan Pandora membuat ke 7 orang yang berada di meja terkejut, mereka terkejut karena tekanan yang sangat besar yang di pancarkan keduanya menekan mereka semua.

Rifki memberi sinyal kepada mereka untuk tenang dan tidak melakukan sesuatu yang gegabah.

melihat keadaan yang sangat canggung ini maan lalu berkata kepada Rifki yang tetap terdiam "Ohh ya untuk kami biarkan saya kembali memperkenalkan diri"

"Nama saya Ma'an sang air dari utara"jelasnya.

"Yang berambut merah dan memiliki warna mata seluruhnya berwarna biru ini adalah Danny dia adalah seorang ber ras setengah air dan setengah Beastkin"

sembari menunjuk pemuda berrambut merah yang saat ini terlihat lebih tenang.

"wanita berambut hitam kelam dan berdada besar ini adalah Diyosa"

jelas Maan sembari menunjuk seorang wanita yang memiliki tubuh yang sangat panas dan menggoda. untuk tubuhnya saja hampir setara dengan Pandora meski dia lebih unggul di bagian dada.

"Guru serius begitu caramu memperkenalkan aku?" Protes seorang wanita yang tengah meminum susu.

"Guru tak salah memang kau memiliki dada yang besar dasar....." saat dia akan mengucapkan apa yang di katakan gurunya dia tiba tiba ingat peringatan dari wanita itu saat mereka tengah melakukan perjalanan kemari dan menelan kata kata yang akan dia ucapkan.

"Huh? apa? kau tak mau mengatakannya? Ternyata kau juga masih punya rasa takut" Diyosa memelototi Danny yang tak menyelesaikan kata katanya dengan tatapan kemarahan.

"Yang pendiam dan memakai kacamata ini adalah Brill"

Maan menunjuk seseorang yang terlihat seperti orang yang terpelajar.

"Yang kecil dan membawa hewan lucunya ini adalah Amatari"

Seorang lolicon yang menyukai Hewan.

"Yang bertubuh tinggi ini adalah bahhar" Maan menunjuk seorang yang terlihat seperti dari ras Giant tapi juga seperti ras air.

"Dan yang terahir yang tak terlalu mencolok ini adalah Shafaf"

menunjuk orang yang duduk paling ujung dari kelompok itu.

"Mereka semua adalah ras campuran yang berada di bawah yuridiksiku, bisa di bilang mereka murid muridku. meski kami bukan sebuah sekolah juga" jelas Maan sambil menyesap minumannya.

"Kembali ke tujuan awal kami kemari adalah untuk menanyakan sebenarnya bagaimana senjata yang di bawa oleh jendralmu itu di dapatkannya"

jelas Maan sembari menunjuk senjata yang saat ini di pegang Poseidon.

"Jujur sebenarnya aku juga tak tau bagaimana senjata ini bisa kemari, tapi yang pasti saat Poseidon muncul dia tiba tiba memanggil senjata ini dari danau di sebelah, dan sejak itu senjata itu tak pernah meninggalkannya"

Jelas Rifki sembari mengangkat ke dua bahunya, bahkan Poseidonpun tak tau, bagaimana bisa dia tau?

"Itu sangat aneh, saat di istana dulu senjata itu adalah senjata yang di dapatkan raja Sinbad dari sebuah reruntuhan dan tak ada yang bisa mengaktifkannya tapi senjata itu tiba tiba bergerak sendiri dan datang kemari, itu adalah hal yang aneh" Jelas Ma'an, sembari terlihat berfikir keras.

"Aku juga tak tau bagaimana bisa senjata koleksi raja kalian berahir di tangan bawahanku, yang pasti senjata itu tak akan pernah meninggalkan tangannya, tepatnya senjata itu tak akan mau meninggalkannya" Jelas Rifki.

"Ohh tenang saja kami ke sini bukan bertujuan untuk mengambil senjata itu, sejujurnya selain untuk memeriksa alasan kenapa senjata itu bisa ke sini kami juga ingin menjalin sebuah kerjasama dengan desa anda"

jelas Maan dengan senyum.

"Ohh kerjasama? Jika aku boleh tau kerjasama model apa itu?"

tanya Rifki sedikit tertarik.

"Jika anda belum tau, posisi dimana anda mendirikan desa adalah salah satu posisi terbaik yang ada di tempat ini. Memiliki danau yang kaya akan sumber daya alam dan posisi strategisnya untuk bisa langsung ke laut lepas dan pegunungan yang menyimpan banyak sumber daya bahan bahan daratan, dengan dua sumber daya antara laut darat dan pegunungan, itu akan menghasilkan banyak sekali keuntungan"

jelas Maan.

"Namun meski memiliki banyak keuntungan datang juga sebuah resiko di dalamnya. Dari daerah perairan aku yakin anda pasti sudah mendengar bagaimana danau ini terbentuk kan?"

lanjut Maan setelah jeda.

"Yaa aku sudah tau cerita itu"

jelas Rifki dengan tenang.

"Pertama tentang potensi kelautan, hamba yakin anda memiliki sedikit pemahaman tentang pengembangan sektor kelautan, dengan bantuan kami. kami dapat meningkatkan sektor perairan anda dengan berkali kali lipat. karena kami berbasis di perairan juga, pengetahuan tentang sektor perairan kami pasti melebihi dari desa anda" jelas Maan dengan percaya diri.

"Yang ke dua pasti dari pegunungan, pegunungan di penuhi dengan ras Raksasa yang sangat suka bertempur, meski sangat sedikit kemungkinan mereka akan menyerang desa Tempest karena anda memiliki beberapa raksasa di desa, itu tak menjamin semua suku raksasa tak akan menyerang desa. aku punya informasi bahwa beberapa suku raksasa bahkan akan meratakan desa yang di dalamnya ada suku mereka, hanya untuk bersenang senang" jelas Maan dengan santai, dia yakin proposalnya akan di terima Rifki. karena mereka hanya membawa ke untungan untuk desa Tempest dan tak membawa kerugian.

Mendengar penjelasan Ma'an Rifki memasang senyum misterius di wajahnya. Setelah itu Ma'an melanjutkan penjelasannya.

"Raja Sinbad dan kami menawarkan kerjasama di bidang sumber daya dan keamanan dimana kita akan saling bertukar sumber daya yang di hasilkan desa Tempest, dan tentang pasukan. Kami akan meminjamkan beberapa pasukan untuk berjaga di desa anda dan melindungi desa memberi perlindungan ekstra kepada desa" Jelas Maan dengan senyum lebar.

"Itu kedengaran sangat menarik, selain dari itu apa lagi yang di inginkannya"

tanya Rifki seperti tertarik dengan proposal Maan.

"Hemm memang anda adalah seseorang yang bijaksana" jelas Maan seperti telah memenangkan diskusi ini.

"Raja Sinbad yang agung hanya meminta desa Tempest untuk menandatangni perjanjian dengan aliansi 7 samudra dan menjadi anak dalam aliansi, selain desa bisa mendapatkan perlindungan dari aliansi, desa juga akan bisa mendapat sumber daya dari hampir setiap daerah yang ada di benua paradox. Selain itu dengan menjadi anggota aliansi anda hanya di haruskan untuk tunduk saat raja memerintahkan untuk mengerahkan pasukan atau untuk pelatihan di tempat khusus aliansi. itu saja" jelas Maan sembari meminum minumannya kembali terlihat sangat percaya diri.

Mendengar pernyataan Maan, Rifki hanya tersenyum dan sedikit menggelengkan kepalanya. "Meski proposalmu menarik, kerjasama ini harus kutolak" jelas Rifki acuh tak acuh.

Mendengar ini Maan dan para pengunjung lainnya terkejut. mereka semua memiliki pemikiran yang sama.

"Apa dia gila?"