" Iwaki-san, kita sudah sampai." Ujar Sakura sambil mematikan mesin mobil.
Tsukasa perlahan membuka pintu dan melangkah keluar dari mobil. Diedarkannya pandangannya ke sekelilingnya.
" Lingkungan yang bersih dan tenang." Pikir Tsukasa.
Ia terus mengamati sekitarnya. Tidak jauh dihadapannya berdiri sebuah rumah yang cukup besar. Rumah itu bergaya Jepang kuno dan dikelilingi dengan taman yang indah. Dibelakang bangunan itu tampak sepetak kebun. Tsukasa tersenyum menikmati keindahan dan ketenangan tempat itu.
" Mari ikut dengan saya." Ajak Sakura.
Dari tempat parkir ke pintu depan rumah tersebut berjarak sekitar 50 meter. Di depan pintu masuk terdapat halaman yang cukup luas. Sepanjang jalan menuju pintu depan rumah dilapisi dengan batu-batu kecil membentuk jalan berbelok-belok yang di kanan dan kirinya diapit beberapa pohon pinus. Di tengah-tengah jalan tersebut terdapat sebuah jembatan kayu kecil yang dibawahnya mengalir sebuah parit kecil. Airnya begitu jernih hingga dasar parit tersebut terlihat dengan jelas. Tsukasa dapat melihat beberapa ekor ikan kecil tampak berenang melewati bawah jembatan. Tsukasa merasa ia kembali ke zaman Edo. Keseluruhan lingkungan rumah tersebut benar-benar menggambarkan suasana di masa lalu.
Saat sampai di pintu depan, mereka disambut seorang wanita paruh baya yang membungkuk dengan hormat.
" Selamat datang di Klinik Dr. Imamiya." Sapa wanita tersebut.
Tsukasa membalas sapaan wanita tersebut dengan ikut membungkukkan tubuhnya, " Terimakasih." ujarnya sopan.
" Bibi, apakah ayah masih berada di ruang praktek?" tanya Sakura kepada wanita tersebut.
" Ya, beliau masih menangani Matsumoto-san."
Berbalik menghadap Tsukasa, Sakura memperkenalkan wanita tersebut. " Perkenalkan, ini Bibi saya Imamiya Natsuko. Bibi Natsuko, ini Iwaki Tsubasa-san yang akan menjadi pasien ayah mulai hari ini."
" Senang berkenalan dengan anda, Iwaki-san. Semoga anda senang tinggal disini." Ujar Bibi Natsuko dengan ramah.
" Terimakasih, mohon maaf bila saya merepotkan." balas Tsukasa sambil membungkukkan badannya kembali.
" Iwaki-san, selain Bibi Natsuko dan saya, masih ada tiga orang lagi yang membantu di klinik ini. Paman Tetsuro, Bibi Juri dan Bibi Maiko. Nanti saya akan memperkenalkan anda kepada beliau bertiga. Jika ada sesuatu yang anda butuhkan, jangan ragu untuk mengatakannya." Jelas Sakura, " Sekarang mari ikuti saya, saya akan tunjukkan kamar anda. Kemudian kita akan menemui ayah saya di ruangannya."
Tsukasa mengikuti Sakura menuju lantai dua. Rumah itu luas dengan beberapa ruangan besar di lantai satu yang tampaknya merupakan ruang praktek dan lantai dua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Kamar Tsukasa menghadap ke halaman depan. Berbeda dengan kasur modern yang digunakan di rumahnya, seluruh kamar di rumah ini menggunakan kasur futon* dan terdapat sebuah meja kecil di sudut ruangan.
Setelah meletakkan tas koper kecilnya di kamar. Tsukasa dibawa oleh Sakura ke sebuah ruangannya di lantai satu yang menghadap ke samping rumah. Tsukasa menatap ruangan tersebut dan menemukan sebuah matras diletakkan di tengah ruangan. Dan sama seperti kamarnya diatas, di sudut ruangan tersebut terdapat sebuah meja kecil yang diatasnya berderet dengan rapi beberapa barang seperti alat tensi, termometer digital, gelas keramik, teko keramik dan sebuah kotak kayu kecil. Tsukasa tidak tahu apa isi dari kotak tersebut, tetapi tampaknya cukup penting. Kotak itu cukup tua dengan beberapa ukiran bunga diatasnya.
" Iwaki-san, silahkan anda duduk disini." Tunjuk Sakura ke sebuah bantal kursi di samping meja kecil tersebut.
Dengan patuh Tsukasa duduk di atas bantal tersebut.
" Sebelum memulai pengobatan anda, saya akan mengukur tensi dan suhu tubuh anda. Mohon maaf." Ujar Sakura sambil memasangkan alat tensi tersebut di lengan Tsukasa.
Setelah mengukur tensi dan suhu tubuh Tsukasa, Sakura menuangkan isi teko kedalam gelas dan memberikannya kepada Tsukasa.
" Silahkan diminum." Ujar Sakura menyodorkan gelas tersebut kepada Tsukasa.
Tsukasa meminum air tersebut yang rasanya mirip teh tetapi lebih hambar dan warnanya sedikit lebih terang. Menghabiskan isi gelas, Tsukasa mengembalikan gelas tersebut kepada Sakura.
" Sekarang silahkan anda berbaring di atas matras tersebut, sebentar lagi ayah saya akan menemui anda."
Setelah mengatakan itu, Sakura menutup pintu dan meninggalkan Tsukasa sendirian di dalam ruangannya. Melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, Tsukasa berbaring diatas matras. Ia kemudian menarik napas dan memejamkan matanya berusaha untuk santai, walau sebenarnya ia sedikit tegang.
" Bagaimana kalau cara ini gagal?" pikir Tsukasa sedikit kalut.
Tidak berapa lama, terdengar pintu dibuka dan seseorang berjalan memasuki ruangan.
" Iwaki-san, mohon maaf sudah membuat anda menunggu."
*futon : tempat tidur khas Jepang