"Bibi, aku tidak marah." Pei Ge menggelengkan kepalanya.
"Itu bagus; itu bagus. Aku akan mengingatnya di masa depan; kamu juga, Jingwan. Pei Ge sekarang yang paling senior."
"Mhm, Bibi; aku akan mengingatnya." Qu Jingwan mengangguk patuh sambil menghitung waktu dalam hati.
Dua jam dalam penderitaan membuat Qu Jingwan merasa seolah-olah dia sedang duduk di atas jarum. Dia terus melihat jam pendulum Jerman abad ke-19 di dinding. Seolah-olah sepasukan semut merayap menuju jantungnya dan menggigitnya. Setiap detik menyiksa dan menekan.
"Pei Ge, duduk di sampingku sini. Biarkan aku melihat safir pada gadis upacara. Bagaimana itu?"
Pei Ge tidak menyadari bahwa Nyonya Ji telah mengganti saluran TVnya. Sekarang, televisi menunjukkan safir yang langka digali dari Afrika bulan lalu. Para ahli memperhitungkan bahwa perhiasan ini hampir sama tingkat dengan permata berharga—ruby yang sangat tinggi dan berkilauan—dari toko mewah tertentu.
