Keesokan harinya, Pei Ge datang ke kantor dengan suasana hati yang segar kembali. Hatinya penuh dengan keingintahuan dan antisipasi tentang sesuatu yang akan dikirim Tang Xiaoyu kepadanya.
Meskipun Tang Xiaoyu sudah tinggal di luar negeri untuk waktu yang lama sekarang, persahabatan mereka tetap sekuat dahulu.
Mereka selalu saling berkirim hadiah saat merayakan hari-hari besar atau di hari ulang tahun mereka.
Selain itu, mereka sering menghubungi satu sama lain melalui telepon. Hanya karena Pei Ge sedang sibuk berganti pekerjaan lah sehingga mereka tidak saling menghubungi sesering biasanya.
Tak, tik, tak, tik! Tepat ketika Pei Ge sedang begitu serius dengan memasukkan data dari sebuah dokumen ke komputer, telepon di mejanya berdering.
"Halo," Pei Ge dengan otomatis menjawab telepon.
"Apakah ini dengan Pei Ge Departemen Perencanaan? Anda mendapat sebuah paket di meja penerima tamu. Tolong turun ke bawah untuk mengambilnya."
Mata Pei Ge bersinar terang mendengar ini. Setelah mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut, dia segera bangkit dari kursinya dan dengan tergesa-gesa meninggalkan ruangan kantornya.
Pei Ge segera berada di dalam lift turun menuju ke lantai pertama di mana meja penerima tamu berada.
"Aku asisten Departemen Perencanaan, Pei Ge." Pei Ge menujukkan kartu pengenal kerjanya kepada resepsionis. "Di manakah paketku?"
Setelah memeriksa kartu pengenal kerja Pei Ge, resepsionis tersenyum dan mengeluarkan kotak sepanjang hampir 60cm.
"Tolong tanda tangani di sini." Resepsionis itu menyerahkan paket kepada Pei Ge bersama dengan buku catatannya.
Pei Ge dengan cepat menandatangani buku catatan dan membawa paket di tangannya dengan gembira.
"Ini besar sekali. Apa kira-kira yang ada di dalamnya?" Sambil memeluk paket itu, Pei Ge menggumamkan pertanyaan ini dengan gembira.
Ding! Setelah pintu lift terbuka dan semua orang keluar, Pei Ge dengan hati-hati membawa paketnya dan melangkah masuk ke dalam lift.
Di dalam lift, Pei Ge menatap penuh harap pada paket itu sambil bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya.
Ding! Pintu lift terbuka lagi pada lantai dua.
"CEO, silakan masuk lebih dahulu. Aku akan memarkir mobil Anda di pintu masuk perusahaan."
Sebelum pintu lift terbuka penuh, dan walaupun Pei Ge mendengar sebuah suara yang tidak dikenalnya, jabatan yang diucapkan oleh orang tersebut tentu saja familier baginya.
"Mhm."
Pei Ge berpikir bahwa dia tidak akan tak seberuntung itu karena secara kebetulan bertemu dengan CEO yang menyebalkan itu, tetapi jawaban singkat Ji Ziming ini berhasil menghancurkan pemikirannya yang menyedihkan itu.
Sialan! Mengapa aku berjumpa dengan lelaki tidak membawa keberuntungan ini lagi?!
Dalam keadaan putus asa, Pei Ge tiba-tiba teringat akan kata-kata sahabatnya, Tang Xiaoyu.
"Berhenti bersembunyi darinya! Takdir di antara kalian berdua sangat kuat. Karena Tuhan ingin kalian bersama, kamu harusnya menyerah saja!"
Blah! Blah! Blah! Bersama, kepalamu! Menyerah, gundulmu!
Ketika pintu lift terbuka, Pei Ge dengan panik berbalik menghadap ke dinding. Dengan punggungnya menghadap pada Ji Ziming, dia bahkan tidak berani untuk bernapas dengan keras.
Untung bagi Pei Ge, Ji Ziming sedang berfokus penuh pada komputer
Pei Ge hampir tidak bisa bernapas sambil berdoa dengan sungguh-sungguh agar ada banyak orang yang menggunakan lift… masuklah ke lift.
Hal yang kurang menguntungkan untuknya adalah bahwa lift itu naik dengan stabil dengan hanya mereka berdua di dalamnya.
Hati Pei Ge berdebar saat lift bergerak naik dengan perlahan. Hari ini, dia tidak mengenakan tata rias apa pun dan rambutnya bahkan tergerai dengan rapi di bahunya dan di depan dadanya.
Jika Ji Ziming melihatnya sekarang, dia sangat mungkin dikenali.
Pei Ge mengintip Ji Ziming yang sudah menarik perhatian bahkan ketika hanya punggungnya yang bisa dilihat. Dia berdiri di tengah lift dengan punggung yang lurus. Melihat Ji Ziming sepertinya tidak mungkin mengangkat kepalanya untuk memperhatikan sekelilingnya, Pei Ge menghela napas lega dengan ringan dan tanpa sadar menelan ludah.
Glek!
Meskipun bunyi ini tidak keras dan bisa dibilang sangat pelan, bunyi itu terdengar keras dalam ruang lift yang kecil dan hening ini.
Tampaknya mendengar suara ini, Ji Ziming tiba-tiba mengangkat kepalanya.
Ahhhh! Pei Ge membelalakkan matanya ketakutan dan berdoa dengan sungguh-sungguh di dalam hatinya, jangan berbalik; jangan berbalik….
Suara apakah itu? Ji Ziming mengerutkan alisnya sedikit sambil berpikir, apakah aku tidak sendirian di dalam lift? Lalu, suara apakah itu yang baru saja terdengar?
Pei Ge menjadi gila ketika Ji Ziming seperti akan membalikkan tubuhnya.
Mati aku; mati aku! Dia akan berbalik! Apa yang harus kulakukan?! Mungkin, aku bisa memukulnya sampai pingsan dengan paketku? Mengapa lampu-lampu di dalam lift masih menyala?! Akan bagus sekali jika ada pemadaman listrik saat ini juga!
Baiklah, dia benar-benar sedang mengkhayal sekarang. Memukul kawan yang menjengkelkan ini dengan paketnya adalah cara yang lebih dapat diandalkan!
Pei Ge, yang sudah dalam keadaan putus asa, membuat pikiran tidak masuk akal mengalir di kepalanya sambil tanpa henti menggumamkan hal-hal tidak masuk akal di dalam hatinya.
Tepat ketika Pei Ge memutuskan untuk benar-benar memukul Ji Ziming dengan paket di tangannya dan melarikan diri dari tempat kejadian, lampu lift mulai berkedip-kedip.
Sekejap kemudian, gerakan lift ke atas terhenti dan listrik padam.
Di dalam ruang lift yang kecil, tiba-tiba menjadi sangat gelap sehingga orang bahkan tidak dapat melihat jari mereka jika mengangkatnya di depan matanya.
Eh, eh, eh, eh, eh ?! Mata Pei Ge membelalak kaget. Apa apaan?! Pemadaman listrik benar-benar terjadi saat aku memikirkannya! Sangat beruntung!
Ketika Pei Ge sedang bersuka ria, sebuah suara membuatnya kembali pada kenyataan.
Hoo, hoo, hoo, hoo! Serangkaian suara terengah-engah dari seseorang yang bergerak mundur dan menabrak dinding logam menggema di dalam lift.
Pei Ge melihat langsung semburat cahaya bersinar dari komputer tablet ke wajahnya. Dengan cahaya yang redup dia melihat wajah Ji Ziming.
Ahhh! Mati aku! Pada akhirnya aku masih bisa dikenali! Pei Ge meraung di dalam hatinya. Sebelum dia bisa menjelaskan kepada Ji Ziming apa yang dia lakukan di sini, dia melihat Ji Ziming menjatuhkan komputer tabletnya ke lantai.
Bersama dengan bunyi benda yang bertemu dengan permukaan padat itu, satu-satunya sumber cahaya dalam lift pun hilang.
Pada saat lift sekali lagi diliputi kegelapan total, Pei Ge mendapatkan kembali kesadarannya.
Apa-apaan ini?! Ini tidak seperti yang aku pikir, kan?!
Pei Ge menarik rambutnya saat ia merasa ada kemungkinan dugaannya benar atas hal ini.
CEO ini, yang takut terhadap gelap, tidak mungkin salah menduganya sebagai hantu, kan?!