Alis Han Xiao berkerut.
"Apa kamu memiliki bukti untuk mendukung pernyataanmu?" Qi Baijia segera memberikan solusi karena dia mempercayai Han Xiao. Namun, posisi Hesla berbeda. Kedua belah pihak sama-sama tidak mempercayai satu sama lainnya.
Han Xiao terdiam, lalu berkata, "Aku punya dua tawanan. Kau bisa menguji mereka dengan pendeteksi kebohongan untuk memastikan kalau aku tidak berbohong."
Kolonel Carl sedikit menyipitkan matanya. "Baiklah kalau begitu, kau bisa membawa mereka kemari."
Qi Baijia menghela napas lega. Meskipun dia skeptis akan bagaimana Han Xiao berhasil menyusup ke pangkalan musuh, dia memilih untuk percaya bahwa Han Xiao memiliki caranya sendiri.
Untungnya, Han Xiao punya tawanan untuk membuktikan kalau apa yang dia katakan itu benar.
Namun, setelah koneksi radio terputus, Kolonel Carl sayup-sayup memerintahkan ajudannya, "Perintahkan para tentara untuk bergerak. Target kita adalah Dark Crow Valley."
Qi Baijia terperangah—itu bertolak belakang dengan apa yang tadi dia janjikan.
Kolonel Carl enggan menjelaskan alasannya. Butuh waktu beberapa jam bagi Han Xiao untuk membawa yang disebutnya tawanan, dan jika Han Xiao memainkan trik dan menunda lebih jauh, musuh dari pangkalan Dark Crow Valley mungkin mengambil kesempatan untuk evakuasi sepenuhnya sebelum pasukannya bisa mencapai target. Sebagai komandan, ia tidak akan mengubah keputusannya berdasarkan informasi tertentu yang tidak terverifikasi.
Dia lebih cenderung mempercayai informasi Ye Fan; ada saksi, bukti dan berasal dari sumber yang dapat dipercaya.
Kolonel Carl percaya tidak ada ruginya bergerak lebih awal bahkan jika Han Xiao benar. Han Xiao masih bisa membawa tawanan kepadanya. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa pangkalan musuh akan siaga lebih cepat, dan itu akan membahayakan tim Han Xiao.
Tetapi, dia tidak peduli dengan nyawa sekelompok agen Stardragon. Walau mereka terbunuh, para perwira tingkat tinggi Hesla tidak akan memeriksanya. Seseorang dari Hesla secara alami akan memblokir protes dari Divisi 13.
Terlebih lagi, Han Xiao sudah memberikan informasi tentang pangkalan dalam. Kolonel Carl tidak peduli apakah Han Xiao bisa membuktikan ceritanya. Dia bisa memverifikasi informasi ini sendiri setelah dia menaklukan pangkalan itu.
"Anak buahku masih berada di dekat pangkalan. Serangan gegabahmu akan menempatkan mereka dalam bahaya besar!" Qi Baijia jelas tersulut dan memanas.
"Kesempatan besar seperti ini bisa hilang kapan saja. Kita tidak bisa mengambil risiko penundaan karena satu atau dua agen. Karena mereka sendiri adalah agen, aku yakin mereka dapat memahami gambaran besarnya," jawab Carl dengan tenang.
"Keberatan!"
Wajah Qi Baijia dipenuhi kemarahan.
"Ini bukan tempatmu untuk tidak setuju." Carl menekan bel listrik untuk memanggil sebagian pasukan; mereka mengarahkan senapan mereka ke Qi Baijia. "Antar 'teman' kita dari Stardragon ini ke kendaraan. Kita akan bergerak bersama nanti. Aku tidak ingin mereka berkomunikasi dengan orang lain karena itu mungkin membocorkan rencana kita, jadi lucuti semua perangkat komunikasi mereka."
Carl menekankan kata 'teman' untuk menekankan maksudnya.
Qi Baijia sangat geram hingga badannya bergetar hebat.
"Haah. Bagaimana keadaannya sampai ke tahap ini?" Ye Fan kehilangan kata-kata. Han Xiao menyarankan metode konservatif, sementara Carl lebih radikal. Tidak ada yang salah, tetapi Carl adalah komandan, dan Han Xiao hanya seorang bawahan. Selain itu, dia bukan dari Hesla.
Winna menyaksikan dengan dingin dari samping.
….
Setelah koneksi terputus, wajah Han Xiao menghitam.
Dia punya firasat; Carl adalah seorang komandan radikal, jadi orang itu kemungkinan besar akan menyerang terlebih dahulu.
Orang ini ingin sukses cepat. Han Xiao jelas jengkel. Sepertinya dia harus menyelesaikan misinya sendiri karena waktunya hampir habis.
Namun, dia hanya tahu tentang keberadaan pangkalan dalam tetapi bukan rute dan waktu evakuasi musuh. Dia perlu menyusup lagi untuk mengumpulkan lebih banyak informasi.
Kali ini, Han Xiao tidak berencana untuk menyelesaikannya sendiri. Untuk mencapai rencananya, menyusup sendiri bukanlah pilihan yang optimal.
Pilihan terbaik untuk rekan sebenarnya adalah Lin Yao, seorang hacker yang bisa ditanam di dalam pangkalan. Seperti virus komputer, anak itu dapat memotong jaringan komunikasi musuh di saat-saat kritis, menjadikan mereka buta dan tuli.
Karena itu, dia harus membuat dua topeng berdasarkan wajah kedua tawanan itu. Ada cetakan dan alat make-up di kontainer truk. Dengan demikian, dia bisa membuat topeng dalam satu jam atau lebih.
Han Xiao memaksa pikirannya untuk fokus dan menggunakan energi yang tersisa untuk menyeret kedua tawanan ke pangkalan rahasia mereka. Dia sampai di sana sore hari, dan rekan satu timnya keluar untuk menyambutnya.
"Kamu baik-baik saja?" Lin Yao dengan cepat maju untuk menopang Han Xiao yang kelelahan.
Han Xiao menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak ada banyak waktu lagi. Kita perlu membuat dua topeng wajah berdasarkan wajah para tawanan ini. Lin Yao dan Lambert akan menggunakan kartu identitas mereka untuk menyusup ke pangkalan dalam. Aku akan menjelaskan detailnya nanti."
"Kak, Kak Xiao, aku tidak punya pengalaman memata-matai. Bisakah kamu berikan pekerjaan itu ke orang lain?" Wajah Lin Yao memucat karena rasa ketakutan yang luar biasa.
"Kamu satu-satunya hacker tim kita, kalau bukan kamu siapa lagi?"
Lin Yao membatu.
"Aku akan mengambil slot satunya." Li Yalin mengajukan diri.
Han Xiao meliriknya dan menggelengkan kepalanya tanpa ragu sedikit pun.
"Apa yang kamu coba implikasikan? Apa kamu meremehkanku?" Li Yalin marah sekali.
Han Xiao menunjuk ke dadanya, "Terlalu besar, sulit disembunyikan."
Li Yalin tak dapat berkata-kata, terdiam membisu.
Lin Yao dengan cemas meraih lengan Han Xiao dan berkata dengan suara penuh harapan, "Kak Xiao, apa kamu pergi denganku?"
"Meh, tidak. Misi ini terlalu berba … ahem … terlalu gampang bagiku. Tidak cukup menantang untukku!"
'Kamu pasti mengucapkan sesuatu yang mencurigakan!' Lin Yao dan Li Yalin berteriak dalam hati mereka.
"Biar aku saja," kata Zhang Wei.
Han Xiao menggelengkan kepalanya lagi. "Tidak bisa. Kamu tidak bisa memakai baju tempurmu kalau kamu pergi. Lagi pula, kamu kapten tim."
"Oh, jadi kamu masih ingat kalau aku kapten tim?" Zhang Wei tersenyum pahit. Semenjak kemunculan Han Xiao, dia lebih seperti kapten pajangan.
Hanya ada satu kandidat tersisa.
Han Xiao menunjuk ke Lambert, "Aku memilihmu, Paman Lambert!"
Lambert : "…"
"Ya Tuhan …, tamatlah riwayatku. Aku pasti akan mati." Lin Yao tampak depresi.
Lambert menabok bagian belakang kepala Lin Yao dengan wajah tanpa ekspresi karena dia tidak senang dengan sikap Lin Yao pada keputusan ini; dia membuatnya tampak jauh lebih buruk daripada memilih Han Xiao.
….
Salah satu anggota tim mengendarai truk ke dekat Dark Crow Valley sehingga mereka tidak perlu berjalan terlalu jauh, sementara yang lain sibuk memakai make-up untuk menyamarkan dua jiwa tak beruntung. Mereka memarkir truk tepat di luar zona siaga.
Setelah lebih dari satu jam, penyamaran Lambert dan Lin Yao selesai. Mereka tampak persis seperti dua tawanan itu. Setelah memakai earphone mikro, mereka memegang kartu akses dan memasuki pangkalan Dark Crow Valley dari gerbang samping.
"Kak Xiao, seberapa konkret rencana ini?" Lin Yao bertanya pada Han Xiao dengan berbisik.
"Jika kamu memimpikan kesuksesannya dengan tulus, kamu akan berhasil."
Lin Yao merasakan gumpalan darah tersangkut di tenggorokannya saat dia dibuat bungkam oleh jawaban itu. Dia menoleh ke Lambert untuk jaminan lebih.
"Paman tidak takut?" tanya Lin Yao pada Lambert dengan suara pelan.
"Untuk menyelesaikan misi, kita harus mencoba walaupun hanya ada sedikit kemungkinan sukses," kata Lambert dengan tenang.
Han Xiao bertepuk tangan, "Kata-kata yang bagus. Paman tampaknya sangat berdedikasi pada misi ini."
Lambert : "…"
Segera, mereka berdua tiba di gerbang. Lin Yao sangat gugup sehingga rahangnya gemetar.
"Apa kita akan terekspos?"
"Semakin kamu terlihat gugup, semakin mudah kamu terekspos." Lambert menepuk pundak Lin Yao dan meyakinkannya.
Lin Yao mengeluarkan kartu aksesnya setelah ia mengumpulkan akal sehatnya.
Petugas keamanan memeriksa kartu akses, dan tak lama kemudian, mereka membukakan gerbang.
Mereka kemudian berjalan ke ruang penyimpanan di bawah instruksi Han Xiao. Mereka menemukan pembaca kartu akses dan berhasil membuka pintu rahasia menggunakan kartu akses kedua tawanan itu. Sebuah jalur metal muncul di depan mata mereka.
Jalur koridornya panjang; mereka butuh sepuluh menit untuk mencapai pangkalan dalam.
Pertahanan jauh lebih ketat di pangkalan dalam, dan banyak layar komputer terlihat tergantung di dinding. Para personel musuh sibuk memindahkan persediaan dan data.
Lambert dan Lin Yao bertukar pandang.
Sekarang, mereka benar-benar jauh di dalam pangkalan musuh!
Tiba-tiba, lengkingan alarm terdengar di pangkalan, dan lampu-lampu berubah merah.
Lin Yao takut setengah mati saat dia mengira kalau mereka ketahuan. Lambert agak mengernyit dan menahan Lin Yao.
"Tenang. Kita tidak memicu alarmnya," kata Lambert dengan pelan.
Para personel di pangkalan saling berbisik satu sama lain.
"Apa yang terjadi?"
"Invasi musuh?"
Ji Jie berjalan keluar dengan tenang dan memperbarui semua orang, "Harap tenang. Tentara perbatasan Hesla bergerak munuju pangkalan. Personel militer di pangkalan luar telah menyiapkan pertahanan yang diperlukan. Mereka akan dapat menahan musuh cukup lama bagi kita untuk siap-siap evakuasi.
Ekspresi Lin Yao berubah, dan dia berbisik dengan cemas di radio, "Kalian harus pergi sekarang!"