Namun di telinga Huang Yue Li, kata-kata itu memiliki arti yang berlawanan dari arti sesungguhnya.
Setelah laki-laki itu menggodanya, haruskah ia menggunakan nada suara yang seolah-olah menyatakan Huang Yue Li tidak menarik minatnya!
Bagus. Sangat bagus. Sungguh sangat bagus!
Sambil berdiri, jarinya menunjuk ke arah pintu. Dengan senyuman yang tidak tampak seperti sebuah senyuman, Huang Yue Li berkata: "Karena seperti ini, mengapa kau datang? Halaman belakangku sangat kekurangan dan miskin. Aku rasa itu pun tidak berarti di matamu?"
Sambil mengangkat dagunya, nadanya membeku sementara matanya terbakar oleh amarah. Namun hal itu dikarenakan oleh orang yang mengherankan ini.
Sambil memandang ke dalam sepasang mata yang berwarna indah itu, laki-laki ini merasa bagaikan tersihir olehnya.
Ia selalu merasa tatapan mata itu terasa familiar. Seolah-olah telah bertahun-tahun yang lalu ia tersihir olehnya. Tenggelam dalam senyumannya yang menggoda.
Terlebih lagi, ia merindukan tatapan itu bahkan dalam mimpinya.
Bahkan jika ia harus menyeberangi Jembatan Batu Giok di Sungai Kuning, ia tidak akan bisa melarikan diri ….
Namun jelas bahwa pertemuan pertamanya dengan gadis ini baru beberapa hari yang lalu.
Ketika laki-laki ini terganggu, tatapan matanya terhadap Huang Yue Li bahkan semakin dalam.
Di sisi lain, Huang Yue Li menjadi semakin marah dengan pandangan mata laki-laki tersebut.
Apa yang tersembunyi di balik mata itu?? Melihat cara laki-laki ini berpose, mungkinkah ia sungguh seorang mata keranjang??
Beberapa saat kemudian akhirnya laki-laki itu tersadar. Matanya menjelajahi wajah Huang Yue Li, mulutnya terdiam.
"Tampaknya kau sangat tidak menyambut kehadiranku?"
Huang Yue Li membalasnya sambil terkekeh: "Seandainya Tuan Pemilik tidak mendobrak masuk ke dalam kamarku di malam hari, bergumam dan berbicara hal-hal yang aneh, aku akan lebih ramah."
Dengan malas, ia pun menjawab: "Bagaimana mungkin engkau menuduhku? Kaulah yang menunjukkan etika tidak sopan dalam memperlakukan seorang tamu. Sudah beberapa saat lamanya aku tiba, namun secangkir teh pun tidak kau sediakan. Bagaimana engkau mengharapkanku untuk menyampaikan kabar tersebut?"
Huang Yue Li berkata: "Mudah saja. Cai Wei …. "
Sambil menaikkan suaranya, ia menyuruh Cai Wei untuk menyeduh teh.
Sebelum kata-kata keluar dari mulutnya, jari yang hangat dan seputih batu giok itu mendarat di bibirnya, berusaha membuatnya diam.
Mengarahkan senderannya ke depan, laki-laki ini mendekat dan tersenyum: "Mengapa kau memanggil pelayanmu? Tuan ini … hendak menikmati teh yang engkau seduh."
Aroma tajam dari laki-laki itu menusuk hidungnya. Bibirnya terasa sangat dekat dengan wajah Huang Yue Li, bahkan jika ia maju sedikit lagi mereka akan berciuman.
Segera wajah Huang Yue Li terasa merah. Nafasnya mulai terasa tidak teratur.
Mendorong tangan laki-laki itu: "Menyeduh teh tidak masalah, namun kenapa tanganmu harus menyentuhku? Aku harus memberitahumu terlebih dahulu, kalau aku hanya ada air dingin. Jadi jika kau hendak meminum teh, kau hanya dapat meminum teh dingin."
Jika bukan karena kenyataan bahwa Huang Yue Li masih membutuhkannya untuk meningkatkan kemampuan berkultivasinya, maka ia berusaha … bertahan!
Namun Huang Yue Li akan mengingat hutangnya ini. Cepat atau lambat ia akan mengembalikannya!
Menonton sikap tenang Huang Yue Li yang dibuat-buat, laki-laki ini sudah menebak pikirannya.
Namun ia tidak khawatir sedikitpun. Rubah kecil ini sudah ditakdirkan untuk tidak pernah meninggalkan tangannya.
Jika di waktu mendatang mereka bersama dan si rubah kecil ini mau mengeluarkan cakarnya karena merasa bosan, ia tidak keberatan untuk bermain dengannya. Membuat Permaisuri kerajaan nya tersenyum akan terasa setimpal.
Mengikuti pergerakan tangan Huang Yue Li, ia menyandarkan tubuhnya ke belakang untuk berkata: "Ada masalah?"
Dengan mata berbinar, tangannya yang lembut dan seperti madu itu menyentuh tutup teko teh tersebut. Sesaat kemudian, tampak uap panas keluar dari ujung mulut teko itu.
Jelas terlihat bahwa air di dalamnya telah berubah menjadi air mendidih.