Chereads / Ahli Senjata Terkemuka / Chapter 3 - Kakak Perempuan Ketiga ... Jangan Bunuh Aku

Chapter 3 - Kakak Perempuan Ketiga ... Jangan Bunuh Aku

Dengan gerakan yang ringan, Huang Yue Li membuka matanya saat dia bangun dari tempat tidurnya; bangkit bagaikan mayat hidup.

"Bai … Ruo … Yan… kau menyebabkan kematianku … Namun masih berani untuk mengambil harta bendaku … Berani-beraninya kamu!"

Mendengar ini, kaki Bai Ruo Yan melembut, sementara fokusnya terpaku pada butiran-butiran keringat dingin yang mengalir turun dari dahinya. Dari belakang Bai Ruo Yan, teriakkan histeris terdengar ketika para pelayan tergagap: "H … hhh … hantu ----!!!"

Wajah Bai Ruo Yan sangat pucat pasi. Penuh dengan ketakutan, dia langsung jatuh ke lantai. Bai Ruo Yan sepenuhnya tidak bisa berdiri dan hanya bisa mendorong bokongnya ke pintu dengan amarah.

Sambil terkekeh, sudut mulut Huang Yue Li menyeringai.

Teknik mata ini tidak dapat merubah Huang Yue Li menjadi hantu. Sebaliknya, itu menimbulkan ketakutan Bai Ruo Yan yang paling dalam dan paling gelap.

Sulit dibayangkan bahwa Bai Ruo Yan yang sombong dan kejam bisa sangat ketakutan. Ketakutan akan kakak perempuan ketiga, yang dia hina untuk kembali dan menghantuinya.

Benar apa kata pepatah, orang keji tidak punya keberanian!

Baru sesaat yang lalu Bai Ruo Yan menyebut pelacur ini, pelacur itu. Apakah dia berpikir bahwa putri agung ini berada di tingkat yang sama dengan pelayan rendahan? Begitu mudahnya dihina?

Jika Bai Ruo Yan tidak membalas kebaikan ini dengan benar, maka dia tidak menghargai ketulusan dan perhatian yang sepupu mudanya telah berikan kepadanya, selama beberapa tahun terakhir.

Sambil turun dari tempat tidurnya, Huang Yue Li dengan santai mendekati Bai Ruo Yan.

Bai Ruo Yan hanya bisa berteriak ketakutan: "Kau … jangan dekati aku! Pergi! Menjauhlah dariku!"

Sambil berdesis pelan, mulut Huang Yue Li tersenyum menjadi senyum yang sangat jahat: "Bai Ruo Yan, kaulah orang yang membunuhku. Meskipun aku telah menjadi hantu, aku tidak akan membiarkan kau pergi begitu saja …"

Sambil menyudutkan Bai Ruo Yan, tangan Huang Yue Li yang sedingin es menggapai dan mencengkeram leher Bai Ruo Yan yang kurus.

Dengan pekikan dan tangisan yang menakutkan Bai Ruo Yan memohon belas kasihan: "Jangan … jangan bunuh aku! Jangan bunuh aku! Pembunuhnya bukanlah … aku … itu … itu adalah Kakak Perempuan Kedua … itu adalah Kakak Perempuan Kedua dan Nyonya Kedua! Tidak ada hubungannya denganku, benar, aku tidak tahu apa-apa!"

Tawa terbahak yang dikeluarkan Huang Yue Li terdengar menyeramkan sekaligus aneh.

"Kemudian mengapa … apa alasannya datang ke ruanganku? Hendak mencuri harta milikku? Sepertinya … menurutku kau adalah perempuan tidak tahu malu yang rela membunuh demi kekayaan."

"Bukan, bukan, bukan … sungguh bukan aku."

Ketika Bai Ruo Yan merasakan cengkraman jari-jari sedingin es yang semakin erat mencengkram lehernya, Bai Ruo Yan menjadi panik. Dalam kebingungan yang hebat, Bai Ruo Yan mengungkapkan segalanya.

Sungguh tidak ada hubungannya denganku … Wu … itu adalah Kakak Perempuan Kedua yang menyuruhku untuk datang. Dialah yang menyuruhku untuk menemukan kunci dan berkata bahwa segala sesuatunya akan menjadi milikku. Kakak Perempuan Ketiga … untuk sejenak aku memiliki hati yang tamak, percayalah padaku. Semua hutang akan memiliki tukang hutangnya. Orang yang menyebarkan berita mengenai engkau telah berzinah sungguh tidak ada hubungannya denganku …"

Huang Yue Li geram: "Beraninya kau mengawasi harta bendaku … kau pantas untuk mati!"

Huang Yue Li mempererat jari-jarinya.

Ini menyebabkan Bai Rou Yan mulai menjerit lagi:" Tolong jangan! Kakak Perempuan Ketiga … kakak Perempuan Ketiga, bebaskan aku. Aku akan mengembalikan segalanya kepadamu …"

Sambil Bai Rou Yan mengatakan ini, dia melemparkan semua barang yang dia ambil dari dalam pakaiannya dengan kebingungan.

"…, aku telah kembalikan semuanya kepadamu. Aku mohon Kakak Perempuan Ketiga untuk berbaik hati dan bebaskan aku!"

Sambil memandang barang-barang yang tersebar di sepanjang lantai. Huang Yue Li tidak mengendorkan cengkramannya dan langsung bertanya: "Ada lagi yang lainnya?"

"Ada lagi?"

Bingung, mata Bai Ruo Yan menjadi kosong saat dia mencoba mengingat-ingat. Segala sesuatu yang dia ambil telah dia kembalikan semuanya, jadi apa lagi yang tertinggal?"

Karena Bai Ruo Yan tidak dapat mengingat hal lainnya, dengan putus asa dia mengeluarkan segala miliknya. Dia keluarkan uang, perhiasan dan bahkan pin rambut di kepalanya.

"Kakak Perempuan Kedua, Aku telah keluarkan semuanya yang ada padaku. Aku akan berikan segalanya, oleh karena itu, tolong jangan bunuh aku …"