Chereads / Trouble Is A Friend / Chapter 11 - Ternyata Dia...

Chapter 11 - Ternyata Dia...

Langkah kaki gontai, ia tidak tahu siapa lagi yang memesannya malam ini. Berada di lorong lantai menuju kamar VIP. Dan ia tahu kamar ini akan sulit sekali untuknya kabur. Satu-satunya cara untuk kabur hanya meloncat dari balkon kamar itu. Tapi apa dia segila itu untuk kabur dan memilih membunuh dirinya sendiri?

Ia di iringi dengan penjagaan ketat.

Dalam jalannya pikirannya dipenuhi bagaimana caranya untuk kabur. Bahkan sekarang dia di dampingi beberapa orang penjaga club untuk menuju kamar VIP itu. Mami pun ikut menggiringnya, sebelumnya dia diberitahu untuk tidak berbuat memalukan, karena di sudah dibayar mahal. Dan syarat tanpa makeup yang diajukan pelanggan kali ini membuatnya keberatan. Pelanggan ini akan mengetahui wajah aslinya.

"Hari ini hari hancurnya gue," ucap Karina dalam hatinya. Dia mungkin akan memilih opsi loncat dari balkon untuk malam ini. Dia tak peduli jika dirinya mati hari ini.

"Kamu jangan memalukan. Lagi pula dia masih muda, dan kaya."

Karina melirik Mami yang baru saja berbicara padanya. Masih muda katanya, ia sungguh tak peduli. Ia hanya ingin lepas dari dunia malamnya ini.

Pintu otomatis itu terbuka memperlihatkan cowok yang memakai kemeja hitam sedang menunduk membelakangi. Demi apapun jantung Karina berdegup kencang. ia melihat sekitaran kamar VIP ini. Ia tidak tahu harus kabur melewati mana. Dengan arahan tangan cowok itu mempersilahkan semuanya keluar. Karina menelan ludahnya. Pintu yang tiba-tiba tertutup itu berusaha dibukanya. Hari ini untuk pertama kalinya pelanggan akan tahu wajahnya.

"Lo gak akan bisa keluar," suara dengan penuh kedingingan itu membuat Karina bergidik ngeri. Apa dunianya akan hancur malam ini?

Dengan sepersekian detik cowok itu berbalik, ingin melihat cewek yang bernama Karina itu. Tatapan mereka bertemu. Cewek itu berdiri kaku. Begitupun cowok itu. Dia baru menyadari tatapan itu memang mirip dengan seseorang, postur tubuhnya pun. Cewek itu mengenakan dress diatas lutut tanpa lengan yang berwarna cream. Wajahnya berbalut makeup tipis memperlihatkan wajah aslinya.

Arsen menghampiri cewek yang sedang berdiri kaku. Ia menatap intens cewek itu, meraba wajahnya.

"Gue..."

"Kenapa gue sadar kalo mata kalian sama."

"Please, jangan apa-apain gue," cewek itu berlutut mencium kaki Arsen. Dia memohon dengan sangat. Ya wanita itu Natasha. Dia Natasha mantan asisten Arsen.

Arsen mengangkat tubuh Natasha, tidak membiarkan wanita itu untuk mencium kakinya.

"Tapi gue udah bayar mahal," ucap Arsen.

"Gue akan kembaliin itu."

Arsen menarik lengan Natasha. Menggoda wanita ini sepertinya menyenangkan.

"Bayaran dari pelanggan lain?"

Memang terdengar kasar. Natasha bahkan emosi mendengarnya. Ia tak segan akan melayangkan tamparan dari tangannya.

"Eitss... Pembeli adalah Raja!"

Natasha bersidekap menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menyimpan emosinya dan dia sangat ingin mengeluarkan emosinya itu. Mencakar orang yang berbicara barusan.

"Jadi terserah gue dong mulai dari mana?"

Ucapan Arsen tersebut membuat darah Natasha berdesir cepat. Ia menelan salivanya.

"Lo! Jangan macem-macem!" peringat Natasha.

Arsen tersenyum menggoda. Ia mendekati Natasha dan menyerang Natasha dengan menggelitiki cewek itu. Suara gelak tawa dan penuh ampun itu tak dihiraukan Arsen. Sampai pada Natasha terjatuh di sofa, Arsen masih menggelitikinya.

"Stop Arsen. Gue gak tahan digelitikin."

Keduanya tertawa mendominasi kamar ini. Sampai Arsen berhenti menggelitiki Natasha, tanpa sadar posisi tubuhnya sedikit menindih Natasha. Ia menatap kedua mata hazel Natasha. Ia mendekatkan wajahnya pada Natasha. Menghapus jarak diantara mereka.

"ARSEN!!!"

Arsen dan Natasha menoleh ke asal suara. Keduanya buru-buru memperbaiki posisinya.

"Natasha?" Aryo bergumam tak percaya. Arsen yang melirik Aryo membuat Aryo tegang seketika, dia memberikan isyarat bahwa dia tidak tahu kalau Om Reza mengetahui hal ini.

Papa tidak menyangka perilaku kamu seperti ini!

Arsen sama sekali enggan menjawabnya. Alasannya tidak akan diterima begitu saja oleh Papanya. Mungkin setelah ini dia akan kehilangan fasilitasnya juga akan dikurung di istana yang tak berpenghuni itu.

Natasha diam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Dia tak melakukan apapun dengan Arsen. Ini hanya salah paham saja.

"Kalian berdua ikut saya," ucap Reza, dengan melirik Arsen juga Natasha. Natasha menutup kedua matanya, ia tidak tahu akan ada masalah apalagi yang datang pada hidupnya.

Para pengikut Papanya itu mengawal Arsen juga Natasha. Arsen dan Natasha masuk kedalam mobil mewah yang Arsen yakin akan membawanya ke mansion.

"Lo sih!"

"Ck! Udah diem gue pusing!" ucap Arsen.

***