Lalu lalang muda-mudi seakan menambah romantisnya malam itu. Sesekali ku menatap sekeliling Tower Pakaya hanya untuk memastikan tak akan ada patroli polisi yang menuju arah tempat ku memadu kasih. Kecupan yang terhenti seakan mulai berlangsung. Perlahan bibir kecil merahnya mulai berpacu dengan bibir hitam tebalku. Hembusan nafasnya seakan menghangatkan sekujur tubuhku. Aku pun menikmati malam itu. Ku tambah kedalaman ciumanku dibibirnya seakan ia menyetujuinya. Aku terhanyut dalam manis bibir merahnya.
"Wiwu-wiwu-wiwu-wiwu". Suara patroli polisi menghampiri jalan Tower Pakaya. Seketika, ciumanku dengannya lebur seperti es di Antartika. Sungguh dingin suasana malam itu hingga, membuat bibir merahnya nampak keabu-abuan. Ku genggam erat tangannya lalu, ku putuskan untuk lari sekencang-kencangnya dari kejaran Polisi. Ku lihat dari kejauhan, mobil ambulans sedang menurunkan mayat untuk di bawa ke dalam rumah duka. Aku memutuskan untuk bersembunyi dalam mobil ambulans itu. Ku lihat dari arah jendela mobil, polisi yang mengejarku nampak terkecoh dengan tempat ku bersembunyi. Polisi lari lurus ke arah ujung jalan.
"Syukurlah" pinta Jeska.
Aku, dan Jeska akhirnya selamat dari kejaran Polisi.