Aime menatap kosong layar komputer didepannya. Semalaman Dandi tidak menghubunginya. Apakah Dandi benar benar ingin mengakhiri hubungan ini hanya karena hal sepele itu. Dia terus bertanya dalam hatinya. Kemudian terbersit dalam pikirannya, apa yang Aryo katakan kemarin. Mungkinkah dia terlalu bodoh dalam hubungan ini? Aime dalam kegalauan yang luar biasa.
"Ai, laporan hasil ke lapangan kemaren ditunggu jam 10 ini. Jam 11 kita ada rapat ." Aryo menegaskan pada Aime. Aime terkaget dari lamunannya.
"Eh, kenapa Yo?" tanya Aime tanda ia tidak menyimak percakapan sebelumnya.
"Ai, aku nggak segan segan kasih kamu SP kalo kamu nggak bisa profesional begini. Laporan hasil ke lapangan kemaren, aku tunggu di meja kerjaku jam 10 ini." Aryo sekali lagi menegaskan kepada Aime.
"Hm.. baik Yo!" jawab Aime, Aryo pun berlalu meninggalkan Aime. Dalam hati Aryo kasihan dengan bawahan sekaligus sahabatnya itu. Tapi, mungkin inilah caranya agar Aime bisa lebih profesional.
Pukul 10.00
Aryo melirik jam dinding di ruangannya. Belum ada tanda tanda laporan di mejanya.
" Fika, tolong panggil Aime ke ruangan saya." perintah Aryo pada sekretarisnya. Sambil menarik nafas panjang, Aryo berpikir Aime benar benar kacau sekarang.
"Pak, Aime gak ada di mejanya Pak. Satpam melihat dia keluar kantor setengah jam yang lalu." Fika menyampaikan berita itu kepada Aryo.
"Apa?Kemana lagi anak itu?" Aryo kebingungan dibuat oleh Aime. Tak lama ponsel Aryo berdering.
" Yo, laporan Uda selesai aku buat. Tadi aku mau antar keruangan kamu, aku buru buru. Mas Dandi menunggu aku, kalau aku datang terlambat nanti dia mau mutuskan hubungan dengan aku. Jadi, aku gak pamitan tadi. Maaf ya Yo. Mohon pengertiannya." Aime menjelaskan.
"Kalau kamu gak kembali ke kantor sebelum jam 11, kamu akan kehilangan pekerjaan kamu." Aryo sudah sangat kecewa dengan sikap Aime.
" Yo, jangan gitu Yo!Kita kan sahabat Yo.Aku mohon sekali ini aja...."
Tut...Tut.." telepon dimatikan oleh Aryo
Aime merasa dirinya dalam situasi yang sulit. Apa yang harus dia lakukan, dia sendiri bingung. Haruskah ia kembali ke kantor dan kehilangan Dandi atau dia menemui Dandi tapi ia harus kehilangan pekerjaan. Dia tidak memiliki waktu banyak.
"Tok..tok." suara ketukan pintu berbunyi.
"Masuk." Jawab Aryo dari dalam ruangan. Aryo mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang datang memasuki ruangannya. Dia menarik nafas panjang dengan menahan amarah.
"Akhirnya kamu pilih pekerjaan ini Ai?"
"Jangan hakimi aku sekarang Yo, ini laporannya." Jawab Aime dengan nada bimbang sambal menyerahkan laporan yang diminta Aryo.
"Cuci mukamu Ai, jam 11 kita rapat divisi." Perintah Aryo pada Aime. Gadis itu mengangguk dan langsung meninggalkan ruangan. Bukan maksudnya untuk bersikap kejam, tapi semuanya demi kebaikan Aime.
Dibalik meja kerjanya, Aime tengah menangis terisak. Sebuah pesan singkat dikirim Dandi penyebab tangisan itu berurai. "Kita selesai. Aku akan pamit pada keluargamu seseger mungkin. Kamu tidak sungguh-sungguh ingin bersama aku." Bunyi pesan singkat itu.