Chereads / You're My Love / Chapter 16 - Chapter 16 Kebiasaan suamiku yang aneh 21++

Chapter 16 - Chapter 16 Kebiasaan suamiku yang aneh 21++

Tok.... tok... tok.. Suara ketukan pintu pun terdengar oleh Zhi Yang.

"Masuk." ucap pemuda itu.

Li Zhi Yi pun membuka pintu kantor Zhi Yang dan melangkah ke arah meja pemuda itu.

Pemuda itu menatap tajam ke arah Li Zhi Yi.

"Zhi Yang! Kenapa kamu tidak memberi tahuku bahwa kamu sudah menikah?" tanya Li Zhi Yi.

"Bukankah anak buahmu selalu mengawasi dan mengikutiku. Kamu tidak memiliki petunjuk untuk itu?" ucap pemuda itu yang sedang melihat laporannya.

"Jangan salah paham. Ini karena aku khawatir padamu." ucap Li Zhi Yi sambil meletakan tangannya di bahu Zhi Yang untuk kelihatan lebih akrab.

Pemuda itu pun menghempaskan tangan kakaknya dari bahunya. Dengan tatapan yang tajam, Ia pun segera berkata "Li Zhi Yi, pergelangan kaki istriku terkilir. Itu kebenaran yang tidak bisa kamu sangkal!"

"Aku tidak tahu bahwa dia istrimu." jawab pemuda berambut pirang itu santai.

"Permintaan maafmu tidak bisa membantu membuatnya lebih baik." ucap Li Zhi Yang.

Pemuda berambut pirang itu pun emosi dan menghentakan tangannya dengan keras ke meja pemuda itu. Ia pun perlahan menarik nafasnya untuk menahan emosinya itu dan berkata "Apa yang kamu ingin aku lakukan?"

"Aku bukan orang yang kamu sakiti. Kamu harus meminta maaf secara resmi kepada istriku." jawab Li Zhi Yang sambil melipatkan kakinya seperti seorang bos.

"Jangan kelewatan!" bentak pemuda berambut pirang itu sambil mengeramkan tangannya.

"Kelewatan? Haruskah aku bertanya kepada ayah apakah ini kelewatan?" ucap Zhi Yang menantang.

Li Zhi Yi tidak bisa berkutik lagi. Ia mengertakan giginya sambil menahan amarahnya. Sambil mengeramkan tangannya ia pun bergumam dalam hati, "Kamu tahu ayah selalu memihak dan membelamu, Li Zhi Yang. Tunggu dan lihat saja pembalasanku!"

Dalam keadaan emosi, Pemuda berambut pirang itu pun melangkah meninggalkan kantor Zhi Yang. Tak lupa ia juga membanting pintu saat ia keluar karena merasa kesal dengan perkataan adiknya tadi.

Disisi lain Li Zhi Yang hanya tersenyum menatap kejengkelan kakaknya.

"Sepertinya aku harus mengantarkan WeiWei ke klinik sekarang." gumam Zhi Yang sambil melihat jam tangannya.

Pemuda itu pun menemani istrinya ke klinik.

***

Di klinik Duan Xiu...

"Eh, ada keperluan apa kamu datang kemari Zhi Yang?" tanya Duan Xiu.

Tapi kelihatannya Duan Xiu sendiri sudah tahu jawabannya setelah memperhatikan pergelangan kaki istri istri pemuda itu.

"Duan Xiu, tolong obati pergelangan kaki istriku." ucap pemuda itu.

"Err... Tidak perlu repot-repot ini bisa sembuh sendiri kok." ucap Wei Wei segera.

"Ssst diam!" gumam pemuda itu.

"Hmm.. Baiklah. Silakan masuk ke kamar pasien." ucap Duan Xiu sambil melangkah ke kamar pasien.

Mereka pun mengikuti Duan Xiu dari belakang.

Setelah sampai ke depan pintu kamar pasien, Duan Xiu segera berkata "Zhi Yang, kamu tunggulah di luar."

"Eh, Kenapa aku tidak boleh masuk? Aku kan suaminya." ucap pemuda itu yang tidak rela membiarkan Wei Wei masuk sendiri.

"Turuti saja perkataanku, jika kamu mau aku obati dia." jawab laki-laki berkacamata itu.

"Zhi Yang, aku tidak akan kenapa-kenapa. Lagi pula Duan Xiu kan seorang dokter. Kamu harus mempercayainya." ucap Wei Wei segera.

"Uggghh, baiklah. Tapi awas saja kamu Duan Xiu. Jika macam-macam dengan istriku, aku akan menebas juniormu!" ancam Pemuda itu sambil menatap tajam ke arah Duan Xiu.

Setelah mendengar ucapan itu, Duan Xiu berkeringat dingin. Tapi untuk menghentikan kesalahpahaman temannya ia pun segera berkata "Macam-macam kepada istrimu? Yang benar saja!? Lebih baik aku mencari wanita yang lebih seksi dan montok di luar sana."

Mendengar ucapan Duan Xiu, pemuda itu agak jengkel ia pun menarik kera baju temannya itu sambil berkata "Apa kamu bilang!? Maksudmu istriku tidak seksi trus tidak montok gitu!?"

Wei Wei pun segera menyela "Errr... Zhi Yang hentikan !"

"Huh, karena istriku memohon untukmu, aku akan membiarkanmu kali ini." ucap pemuda itu sambil melepaskan kera baju yang di tariknya tadi.

"Nona Lu, silakan." ucap Duan Xiu yang mempersilahkan Wei Wei untuk masuk ke kamar pasien.

Wei Wei melangkah masuk perlahan dan duduk di atas ranjang pasien itu. Disisi lain Duan Xiu menutup pintu kamar pasien dan meninggalkam Zhi Yang sendiri di depan pintu.

Di dalam kamar pasien itu hanya ada Wei Wei dan laki-laki berkacamata itu. Lalu Duan Xiu pun mengambil spray pereda nyeri dan di semprotkannya ke kaki Wei Wei.

"Ah sakit!" teriak Wei Wei kesakitan setelah di semprot.

"Bisakah lebih pelan sedikit, dok?" lanjut Wei Wei.

Teriakan itu terdengar oleh Zhi Yang yang sedang berdiri di depan pintu itu. Pemuda itu panik dan gelisah sampai berkeringat dingin. Ia sempat memikirkan hal-hal aneh, tapi secepatnya ia singkirkan pemikiran itu. Sangking paniknya ia pun membuka pintu dan berkata "Kamu apakan istriku!?"

Pemuda itu tersentak kaget dan bengong seketika. Rupanya Duan Xiu hanya memberikan semprotan pereda nyeri ke pergelangan kaki istrinya.

"Kamu terlihat pucat, apa kamu ada masalah ginjal?" tanya Duan Xiu heran melihat muka Zhi Yang yang pucat karena panik itu.

"Nona Lu, sebaiknya kamu istirahat selama dua hari ini. Gerakan intens dilarang untuk saat ini." lanjut Duan Xiu.

"Hmm baik, terima kasih." ucap Wei Wei.

"Aku akan meninggalkan kalian berdua disini." ucap Duan Xiu sambil melangkah keluar pintu.

Disisi lain, pemuda itu pun menghampiri istrinya dan berkata "Apa kamu merasa lebih baik?"

"Hmm.. Pergelangan kakiku sudah membaik." jawab Wei Wei.

"Aku minta maaf, aku membuatmu dalam masalah tepat di hari keduaku bekerja." lanjut Wei Wei.

"Ini bukan kesalahanmu, sayang." ucap pemuda itu sambil meletakan tangannya di dagu istrinya dan menariknya keatas sedikit.

Pemuda itu pun mendekatkan wajahnya dan memberikan kecupan manis dibibir Wei Wei sehingga desiran kecil pun terasa ketika pemuda itu menciumnya lembut.

"Sebaliknya, aku merasa bersalah karena tidak bisa menjagamu dengan baik." bisik pemuda itu di kuping Wei Wei.

Blush.... Wajah Wei Wei memerah mendengar ucapan itu.

"Sini ku gendong, aku akan mengantarmu pulang." ucap pemuda itu sambil mengendong Wei Wei.

"Zhi Yang, aku bisa jalan sendiri. Ucap Wei Wei segera yang tidak sadar sudah meraba di area nipple pemuda itu.

Rabaan lembut di area itu membuat tubuh pemuda itu terangsang. Dan tanpa sadar juniornya sudah memberikan respon di bawah sana.

"Jangn merabaku!" ucap pemuda itu segera.

"Err... Apa... yang terjadi?" tanya Wei Wei heran.

Kepala jamur itu sudah semakin bertumbuh keatas sehingga memberikan tonjolon di celana pemuda itu.

"Aku harus pergi ke kamar kecil. Aku akan menyuruh Yang Long untuk mengantarmu pulang." ucap pemuda itu sambil meletakkan Wei Wei kembali di atas ranjang pasien dan segera berlari ke arah kamar mandi.

Di dalam kamar mandi....

Pemuda itu segera mengambil handphone nya yang berada di dalam kantong celananya itu. Ia pun bergegas menelepon Yang Long (asistennya).

"Hei, Yang Long! Tolong antarkan Wei Wei pulang!"

"Ehh? Bukankah kamu sedang bersamanya?" tanya Yang Long heran.

"Aku sekarang sedang sibuk, kamu antarkan dia pulang. Dia sekarang ada di klinik Duan Xiu. Jangan lupa beri dia kursi roda." ucap pemuda itu di telepon.

"Baiklah." jawab Yang Long singkat.

Pemuda itu pun mematikan panggilannya. Ia pun duduk di tempat pembuangan air besar itu. Segeralah pemuda itu menurunkan rel sletik celananya dan mengeluarkan juniornya yang sudah terjepit di dalam sana.

"Uugghhh sial! Kenapa harus sekarang!?" gumam pemuda itu sambil memandangi juniornya yang sudah berdiri dengan tegak itu.

Pemuda itu pun mengambil tisu yang berada di sebelahnya kemudian di selimutilah juniornya dengan tisu toilet itu. Ia pun mengayunkan tangannya dengan perlahan ke atas dan kebawah.

Sambil mengayun ia pun bergumam dalam hati sambil memandangi junior miliknya. "Sial! Bagaimana bisa juniorku sekeras ini. Ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk kembali seperti semula."

***

Disisi lain Yang Long beregas menjemput Wei Wei di rumah sakit.

Beberapa menit kemudian, ia pun sampai di Klinik Duan Xiu. Dibukanya pintu mobil itu kemudian ia pun melangkah masuk ke dalam Klinik itu.

Di dalam klinik itu, Yang Long hanya melangkah maju ke arah kamar pasien tanpa memperdulikan Duan Xiu yang sedang berdiri di samping itu.

Laki-laki berkacamata itu heran melihat seorang pemuda datang ke kliniknya dan langsung menghampiri kamar pasien. Ia pun segera bertanya "Apa yang bisa saya bantu?"

"Tidak ada. Aku hanya disuruh untuk menjemput seseorang saja." jawab Yang Long datar saja.

"Oh ya, bisakah kamu memberikanku sebuah kursi roda?" tanya Yang Long.

"Tunggu sebentar. Aku akan ambilkan." ucap Duan Xiu sambil mengambil sebuah kursi roda yang terletak di belakang gudang.

"Ini kursi roda yang kamu minta." lanjut Duan Xiu sambil memberikan kursi roda itu kepada pemuda itu.

Melihat cara bicaranya, Duan Xiu paham bahwa pemuda itu adalah asisten Zhi Yang. Ia pun membiarkan pemuda itu masuk ke kamar pasien untuk menjemput Istri Zhi Yang.

Tok... Tok... Tok.. Suara ketukan pintu.

"Masuk." ucap Wei Wei.

Wei Wei tersentak kaget, rupanya yang mengetuk pintu itu adalah Yang Long.

"Eh?? Yang Long." gumam Wei Wei kaget.

"Nona Lu, saya di suruh oleh Zhi Yang untuk mengantar anda pulang ke rumah." ucap pemuda itu.

"Tidak perlu repot-repot." ucap Wei Wei.

"Ini adalah perintah. Saya hanya melaksanakannya saja." ucap Yang Long datar.

"Emm... Baiklah. Tapi kenapa harus pakai kursi roda?" tanya Wei Wei heran.

"Saya hanya menjalankan perintah." jawab pemuda itu.

"Maaf atas kelancangan saya. " ucap Yang Long sambil membopong Wei Wei ke kursi roda.

Yang Long pun mendorong kursi roda itu perlahan keluar dan mengarah ke mobil.

Duan Xiu hanya memperhatikan mereka saja tanpa berkata apa pun.

Setelah sampai di mobil, Yang Long membuka pintu mobil dan membopong Wei Wei masuk ke dalam mobil. Wei Wei hanya memperhatikan wajah pemuda itu tanpa berkata apapun. Tatapan Yang Long sungguh lembut tetapi dingin dan datar. Tanpa ekspresi apapun dan pandangannya kelihatan kosong. Setelah itu Yang Long pun melipat kursi roda itu dan ditaruhnya di bagasi mobil. Ia pun mengantarkan Wei Wei pulang kerumah. Tapi ketika ia hendak mengantarkan WeiWei pulang kerumah, Wei Wei segera berkata "Err... Yang Long, bisakah kamu mengantarkanku ke Universitas Keuangan saja? Soalnya aku ada kelas hari ini."

"Hmm.. Baiklah." jawab pemuda itu singkat.

Pemuda itu pun mengantarkan Wei Wei ke Universitas Keuangan.

Disisi lain, Zhi Yang masih sibuk mengayun naik turunkan tangannya.

Gerakan ayunan tangan pemuda itu semakin cepat sampai-sampai ia mendesah karena tidak tahan.

Banyak lembaran tisu yang sudah dihabiskannya dan dibuangnya di lantai.

"Ahhhh~" desahan pemuda itu pun terdengar oleh Duan Xiu.

Duan Xiu pun segera melangkah ke arah toilet. Di ketuknya pintu toilet itu sambil berkata "Zhi Yang, kamu tidak apa-apa? Kamu sudah lama sekali di dalam."

Zhi Yang tidak merespon ucapan Duan Xiu, ia sibuk mengayunkan juniornya.

"Sial! Kenapa karena ini saja aku sudah mendesah!?" gumam pemuda itu geram.

Karena sangking geramnya, pemuda itu pun sesekali meremas batangnya dan sesekali mengayunkan junior miliknya ke atas dan ke bawah dengan cepat.

"Hmm.... Ahhh~" desah Zhi Yang karena terlalu nikmat sampai tidak bisa ditahan lagi.

"Hei Zhi Yang, kamu sedang apa!? Jangan bilang kamu sedang malakukan 'itu' di dalam sana." ucap Duan Xiu sambil mengetuk pintu toilet itu dengan keras.

"Kamu diam saja di sana! Anggap saja kamu tidak mendengar desahan tadi." ucap pemuda itu segera.

"Hei Zhi Yang, aku tidak tahu ternyata kamu bisa juga melakukan ini. Bagaimana pendapat istrimu jika dia tahu kamu seperti ini." ucap Duan Xiu yang sengaja membuat Zhi Yang emosi.

"Ughhh, jangan bilang padanya!" bentak Zhi Yang malu.

"Hahaha.. Baiklah aku tidak bilang, kamu lanjutkan saja aksimu itu. Aku akan melanjutkan pekerjaanku. Masih banyak pasien yang harus kutangani. Jadi, tolong desahanmu itu jangan kuat-kuat ya. Aku takut pasienku akan salah paham." Ucap DuanXiu terkikik dan melangkah meninggalkan toilet itu.

"Aku tahu!" ujar pemuda itu.

"Ckkk... Liat saja kamu nanti Duan Xiu. Setelah aku selesai melakukan 'ini', aku akan membereskanmu!" gumam pemuda itu dalam hati.

***

Bersambung...