Kevin mengangguk dengan senyum bangga. Bujang mengeluh kagum, "Ooh… sakti juga Tuan Kevin ini rupanya…"
"Sudahlah, kerjakan dulu tugas mu. Aku jijik melihat darah Si Ayu." kata Kevin kepada Bujang.
Sebentar lagi akan terdengar suara kokok ayam, andai villa itu di dekat perkampungan. Sayang Villa itu ada di tepi pantai, sehingga yang di dengar dari suasana menyonsong fajar janya deburan ombak yang monoton. Sekali pun saat itu sudah pukul 4 dini hari, tapi Kevin masih belum punya rasa kantuk sedikit pun. Ifel sendiri masih berkedip-kedip seperti orang sedang menerawang.
Kevin mondar-mandir di depan meja rias itu. Sesekali ia berhenti, memandang cermin, dari cermin terpantul sosok tubuh Ifel yang terbaring di ranjang. Kemudian, benaknya pun bertanya-tanya, mengapa Ifel sikapnya begitu kaku? Bagaimana cara melunakkan sikap itu supaya Ifel menjadi bebas seperti semasa hidupnya? Kevin merasa akan mengalami kesulitan berkomunikasi jika Ifel selalu bersikap kaku bagai robot begitu.