Senyum Wenny terlihat kaku dan hambar. Tidak biasanya gadis berambut panjang itu tersenyum sehambar itu. Tante Cherry sebenarnya curiga, tapi ia tak mau melanjutkan desakannya, takut menyinggung perasaan Wenny.
"Saya benar-benar membutuhkan dokter yang mau melakukan aborsi, Tante. Saya kasihan sama teman saya itu. Tante punya kenalan nggak sih?" tanya Wenny.
"Kalau kenalan dokter macam itu, Tante nggak punya, Wen. Tapi kalau seorang dukun pijat wanita yang bisa melakukan aborsi, Tante tahu tempatnya. Di kampung Sukmatirta, arah menuju Parung. Sebab dulu Tante pernah mengantarkan teman tante ke sana, dan ternyata memang berhasil." jawab Tante Cherry.
"Siapa nama dukun pijat itu, Tante?" tanya Wenny.
"Mak Embun. Tanyakan saja nama itu kepada pada tukang ojek, pasti pada mengenalnya." jawab Tante Cherry.
"Mak Embun…?!" Wenny mengingat-ingat nama itu.