"Holly! Nggak usah pakai Gusti Ratu segala!" ralat Holly memaksa Wingga berubah sikap.
"Bangkitlah, Wing. Jangan berlutut di depan ku." kata Holly.
"Baik, Gusti Ratu." jawab Wingga.
"Holly…!" tegas Holly.
"Hmm, eeh… baik, Holly." jawab Wingga.
"Nah, begitu!" Holly tersenyum makin lebar. Wingga tampak sedikit kikuk dan malu-malu.
"Duduklah di sini." sambil Holly menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.
Wingga pun duduk di sofa itu dengan sikap patuh dan senyum tipis menghiasi bibirnya yang tak pernah terkena nikotin tembakau itu.
Aroma wangi semakin terserap lebih tajam lagi. Holly terpaksa meredakan debar-debar hatinya yang di dera oleh kobaran api gairah cinta akibat wewangian tersebut. Tapi karena pandangan mata Holly menyelusuri tubuh Wingga yang hanya mengenakan sehelai kain sutera biru penutup bagian bawahnya, maka debar-debar gairah yang meletup-letup itu sulit di redakan olehnya.