Patrick tertawa semakin geli melihat Willy menepuk dada, berlagak angkuh walau sebenarnya Willy bukan orang angkuh. Willy berpenampilan sederhana, ramah dan supel. Jarang sekali ia bicara muluk-muluk dan mengeluarkan teori kalau lawan bicaanya tidak lebih dulu menghamburkan omong besarnya. Kepedulian Willy kepada seorang sahabat sangat tinggi. Itulah yang membuat Patrick sering berkonsultasi dengan pria kelahiran Jawa Tengah yang di anggap sebagai sahabat sejati itu.
"Kamu harus sudah mulai mengurangi jiwa petualangan mu, Rick." kata Willy ketika mengantar kepergian Patrick sampai ke tempat parkir.
Patrick hanya nyengir sambil masuk ke dalam BMW hitam dengan lis kuning emas itu.
"Tentukan sikap sebagai seorang lelaki sejati. Kawin, punya keturunan, dan punya warisan! Begitu. Kayak almarhum papa mu." kecam Willy.
"Aku dan Papa cuma beda pribadi kok." ujar Patrick.