Kata-kata itulah yang membuat Bozas segera bangkit dari posisi terpuruknya. Semangat dan keberaniannya terbakar oleh sanjungan Deardin, sehingga matanya memandang ke sana-sini mencari dua orang lagi yang harus di temukannya.
"Bo, bensin habis nih." ujar Deardin.
Bozas pun melirik kea rah jarum petunjuk bahan bakar.
"Wah, celaka! Bagaimana kalau begini, Dear?! Ada pmpa bensin nggak di tempat beginian?" tanya Bozas.
"Ada sih." jawab Deardin kalem. "Tapi yang mengalir dari slang bukan bensin."
"Kalau bukan bensin, lalu apa?" tanya Bozas heran.
"Darah." jawab Deardin.
"Hahh…?!" Bozas terkejut dengan mata terbelalak. "Apa bisa jalan mobil ini kalau di sini bahan bakar darah?" tanya Bozas.
"Bisa. Tapi untuk seterusnya harus menggunakan bahan bakar darah. Nggak bisa pakai bensin atau premium lagi." jawab Deardin.
"Jadi… jadi nanti di dunia kalau akau mau ke mana-mana harus cari pom bensin darah?" tanya Bozas.