Mamanya Lala sampai terbangun, ke luar dari kamar, sedangkan Lala sendiri segera lari pula ke kamar mandi. Tapi, di kamar mandi taka da Poppi. Suara jeritan kedua datang dari arah dapur.
Astaga, rupanya Poppi telah menyiram wajahnya itu dengan spiritus yang ia peroleh dari kolong dapur. Mungkin karena ia tak tahan menderita gatal yang amat menyiksa itu, maka ia sram wajahnya yang luka-luka itu dengan spiritus. Tentu saja wajahnya tersebut jadi berasap. Dagingnya semakin matang, dan ketika Poppi menggaruknya lagi, beberapa dagingnya terbawa dalam kuku jarinya.
Poppi jadi sangat kebingungan, sementara Lala dan mamanya tak berani mendekat, sebab keadaan wajah Poppi telah menjadi rusak, tak berbentuk lagi. Lala dan mamanya sama-sama panik, tak mengerti apa yang harus dilakukan. Sisca, adik Lala yang sekolah di SMA itu juga terbangun dari tidurnya. Melihat keadaan Poppi yang sedemikian rupa, ia segera punya insiatif untuk menelepon seorang dokter.