Kedua tangannya memeluk tubuh Samsi kuat-kuat. Terdengar desahan dalam erangan napas yang menyerupai rengekan orang menangis.
"Mir…! Mirah…!" panggil Samsi dalam desah, di susul dengan tubuhnya yang menjadi kaku. Kejang, dan mendekap Mirah kuat-kuat. Tangis Mirah masih berkepanjangan. Antara bahagia dan nikmat, antara takut dan cemas, semuanya berbaur menjadi satu tangis. Tangis itu sendiri seakan telah berhasil merobek malam yang sepi ini. Dan, sesuatu yang menjadi milik Mirah selama ini memang telah robek pada malam itu.
Mirah telah kehilangan mutiaranya, dan ia tak menyangka sama sekali kalau mutiara yang amat berharga bagi seorang wanita itu ternyata telah berhasil di renggut Samsi. Tak pernah terbayang oleh Mirah, bahwa akhirnya kakak iparnya sendiri yang menjadi lebah bagi bunga gadisnya.
Bunyi klakson mobil dan derunya mengagetkan Mirah dan Samsi. Mereka sama-sama terperanjat kaget, sama-sama membelalakkan mata lebar-lebar.