Cukup lama juga Riko berada di kamar itu. Seluruh kamar telah di periksanya, bahkan sampai ke bawah kasur, tapi batu kristal biru itu tidak di temukan. Hanya ada satu tempat yang belum di geledah Riko, yaitu sebuah almari pakaian. Almari itu di kunci, dan kuncinya di cari-cari tidak ketemu. Maka, Riko pun gunakan obeng kecil untuk membandrek kunci almari tersebut.
"Pasti di simpan dalam almari ini! Pasti deh…!" gumamnya dalam hati sambil berusaha membandrek pintu almari itu. Keringat dinginnya mengucur, tangannya selalu gemetaran. Napasnya terendat-sendat menahan rasa cemas. Ternyata, alamri itu belum berhasil di bukanya waalau sudah memakan waktu kurang lebih satu jam.
Riko mengambil sebuah penjepit kertas. Clips itu di renggangkan hingga menjadi kawat yang lurus. Ujungnya di bengkokkan, lalu digunkan untuk membuka kunci almari. Klek, klek, klek…! Oh, ujung kawatnya kurang membengkok panjang.