Sementara itu Adnan yang sudah ada di dalam kampus berjalan kearah perpustakaan yang dulu pernah ia telusuri sebelumnya. Setelah menyusuri lorong selama beberapa menit ia menemukan perpustakaan itu dan masuk kedalam. Ia melihat semua kamera yang ia letakkan di dalam perpustakaan itu masih terpasang dengan baik di atas meja dan di sudut-sudut ruangan. Saat dia pertama masuk kedalam perpustakaan ia belum sempat memperhatikan ruangan itu secara seksama dan sekarang saat dia melihatnya lagi ia sadar perpustakaan itu sangat besar dengan dua lantai yang di hubungkan dengan sebuah tangga spiral. Lantai bawah bagian kiri ruangan ada sekitar sepuluh rak besar yang di isi oleh berbagai macam buku yang di tata sesuai abjad dan perbagiannya di pisahkan lagi sesuai dengan materi yang ingin di pelajari. Di sebelah kanan ruangan terlihat empat buah sofa berbentuk setengah lingkaran yang di gunakan oleh para mahasiswa untuk membaca di tempat dan sebuah meja berbentuk L dan sebuah kursi yang tampak di tempati oleh pengawas perpustakaan. Di sebelah pengawas terlihat sebuah android berbentuk pria dewasa yang juga tampak bertugas untuk membantu para mahasiswa untuk mencari buku yang di cari atau sekedar memberikan petunjuk jika di minta. Di sana juga ada sebuah tablet yang di gunakan untuk mempermudah mencari buku dengan memperlihatkan kartu pelajar dan tablet akan menunjukkan letak buku yang berhubungan dengan jurusan si pemilik kartu. Cara ini sungguh efisien mengingat ada terlalu banyak rak di ruangan ini. Di lantai dua ada sekitar dua puluh rak buku besar dan tiga buah meja dengan dua belas kursi untuk membaca di tempat.
Saat ini perpustakaan terlihat sangat sepi jadi ia mulai berkeliling, setelah ia perhatikan hanya ada sekitar tiga orang termasuk pengawas perpustakaan di dalam perpustakaan saat ini dan tidak ada tanda-tanda keberadaan Mahesa sama sekali saat ini. Iapun pergi ke luarper pustakaan dan mulai memeriksa tempat lain.
***
Mikha yang berjalan pergi menuju kelasnya mengambil pocky stick dari dalam tasnya dan mulai memakannya sepanjang jalan tanpa peduli dengan beberapa orang yang menatapnya. Toh dia juga yang makan dan tidak ada peraturan tertulis juga yang menyebut jika ia tidak boleh makan di dalam kampus yang ada hanyalah peraturan untuk tidak buang sampah sembarangan dan dia selalu membuang sampah pada tempatnya.
Untuk sampai menuju kelas yang dia tuju saat ini Mikha harus melewati ruang UKS, kelas bahasa inggris dan ruang praktek jurusan bedah juga melewati sebuah pintu kaca yang tembus menuju taman belakang baru ia bisa sampai ke kelasnya. Namun belum juga ia sampai ke kelasnya ia mendengar seseorang memanggilnya dari belakang.
"Mikha!!"
Mendengar seseorang memanggilnya Mikha tentu langsung menoleh dan melihat seorang laki-laki berambut kuning dan memakai kacamata tampak tersenyum ke arahnya, perempuan itu tampak menatap laki-laki di depannya dengan tatapan malas.
"Ada apa senior?"
"Mikha panggil aku dengan namaku, aku udah pernah bilang kan?"
Perempuan itu memutar kedua bola matanya dengan malas mendengar perkataan laki-laki itu.
"Ada apa Mahesa?"
Mahesa yang mendapatkan jawaban ketus dari Mikha tertawa canggung, perempuan ini dan Aileen sama saja mereka berdua adalah target yang sulit. Kenapa juga dokter gila itu menginginkan pita suara Mikha? Tapi ketika melihat kedua tangan Mikha yang di perban dan wajahnya yang tampak kelelahan Mahesa memberanikan dirinya. Dia sepertinya baru berkelahi semalam, ini mungkin adalah satu-satunya kesempatan untuk memancing Mikha ke suatu tempat dan membunuhnya. Ia tidak terlalu suka pekerjaannya kali ini.
"Ah gak Aku cuma nyapa, tumben kamu gak sama Aileen dan Reyna."
Mikha menatap Mahesa dengan tatapan menyelidik, kenapa juga dia menanyakan Aileen dan Reyna?. Kalau di pikir-pikir dia juga tidak melihat Mahesa di sekitar kampus belakangan ini padahal dia di kenal sebagai salah satu mahasiswa teladan di kampus. Kenapa dia tidak muncul beberapa hari ini?
"Itu bukan urusan kamu kan? Aku harus pergi sekarang jangan ganggu aku."
Balasnya sambil berjalan cepat agar tampak terburu-buru. Entah mengapa Mikha merasa tidak tenang berada di dekat Mahesa. Ia ingin secepatnya pergi dari Mahesa sekarang.
"Eh?..., kamu emang ada kelas jam segini?"
Kedua mata Mikha langsung membulat, bagaimana bisa dia tahu kalau ia tidak ada kelas sekarang? Ia tidak pernah memberitahukan jadwalnya kepada siapapun yang tahu tentu hanya teman-teman yang satu kelas dengannya, perasaan tidak enak yang dirasakannya semakin kuat ia rasakan. Hanya ada satu kata yang keluar di dalam otaknya saat ini 'LARI!!'. Mikha yang agak panik pura-pura tidak menyadari perkataan Mahesa dan menjawab perkataannya setenang mungkin sementara diam-diam ia menelpon Daniel yang ia tahu ada di sekitar gedung atau mungkin ada di dalam gedung.
"Aku mau ketemu orang, udah di tungguin."
Sekilas Mikha mendengar suara handphonenya yang volumenya sudah sengaja ia kecilkan terdengar bunyi 'pip' tanda kalau daniel mengangkat handphonenya.
"Siapa yang nunggu kamu?"
Daniel yang di telpon oleh Mikha hanya diam saat mendengar suara laki-laki di dekat Mikha,
"Udah aku bilang aku buru-buru apaan sih?!"
Mendengar Mikha sepertinya sedang di ganggu seseorang iapun memeriksa di mana keberadaan Mikha mengingat ia memberikan kalung yang sudah di pasang pelacak padanya. Mengingat Mikha selalu menggunakan kalung pemberiannya iapun memutuskan memeriksanya lewat gps dan ia langsung berlari menuju tempat di mana Mikha berada saat ini.
Sementara itu Aileen yang memeriksa CCTV dan mini cam bersama Rei baru saja selesai mencari informasi tentang Chandra ia melihat Mikha yang terlihat kesulitan sedang bicara dengan seseorang. Sepertinya orang itu tahu ada CCTV dan mini cam di sana dan dia sudah memperkirakan sudut yang pas agar tidak ada yang bisa melihat wajahnya. Tiba-tiba Aileen kembali teringat dengan kejadian saat Mahesa menatap mini cam sekilas dan pergi begitu saja yang terekam beberapa waktu lalu.
"Ini gawat..."
"Ada apa Aileen?"
Tanya Rei yang masih tiduran di pangkuannya. Aileen memperlihatkan rekaman mini cam itu pada Rei dan laki-laki itu mendecih dengan kesal. Iapun menghubungi Daniel dengan alat komunikasi di telinganya.
"Daniel Mahesa sedang bersama Mikha sekarang."
Mendengar perkataan Rei Daniel menggertakkan giginya dan mulai berlari.
"Aku sedang ke sana secepat yang ku bisa, aku sudah hampir sampai."
Daniel memutuskan komunikasinya dengan Rei dan bergegas berlari menuju dimana Mikha berada saat ini sementara Aileen beralih menghubungi Adnan.
"Adnan target sedang mendekati korban, jika kamu cukup dekat dengannya tolong cepat ke sana dan lakukan sesuatu."
"Iya kak tolong kirim lokasinya."
Setelah Aileen mengirimkan lokasi keberadaan Mikha Adnan melangkah cepat untuk pergi ke sana.
'Semoga masih sempat.'
Pikirnya sambil pergi ke tempat di mana Mikha berada saat ini. Sementara itu Rei memperhatikan Aileen yang terlihat sedang menatap monitor di hadapannya dengan wajah yang tampak cemas.
"Kamu mau ke sana?"
Aileen menggeleng pelan.
"Tidak, lagi pula aku sudah ada tugas di sini. Dan lagi meski aku gak tahu kemampuan Daniel seperti apa aku tahu dia tidak mungkin membiarkan Mikha terluka begitu juga Adnan."
"Tentu saja, tidak boleh ada kata gagal dalam T.I.M apapun yang terjadi."
***
Mikha malas menghadapi Mahesa. Dia sudah kelelahan semalam dan laki-laki itu malah muncul di hadapannya sekarang. Jika Mahesa benar orang yang mengincarnya, Aileen dan Reyna ia tidak bisa menghadapi Mahesa saat ini. Ia memang tidak berkata apa-apa pada Daniel tapi sebenarnya saat ini Mikha sudah memaksakan diri untuk datang ke kampus sekedar mengisi absen di kelasnya dia benar-benar kelelahan karena telah menghajar lebih dari tiga puluh orang semalam belum lagi tangannya yang lecet dan sempat tergores dengan pisau. Dia tidak bisa menghadapi Mahesa dengan keadaannya yang seperti ini jadi dia hanya bisa berharap agar Daniel segera datang dan menyelamatkannya dari situasi ini. Iapun mengangkat handphone yang tadi ia sembunyikan di punggungnya dan menempelkannya di telinganya.
"Halo? kamu di mana?"
Melihat gadis itu tampak sedang menelpon seseorang Mahesa hanya diam. Ia tidak tahu siapa yang sedang Mikha telpon saat ini tapi kemungkinan besar mungkin Aileen atau Reyna tapi suara yang keluar dari handphone Mikha membantah perkiraannya.
"Iya sebentar Mikha aku ke sana sebentar lagi."
Mikha entah sengaja atau tidak menyalakan loud speakernya hingga Mahesa bisa mendengar jelas suara orang yang bicara dengan Mikha saat ini. Itu suara laki-laki dan ia tahu Mikha tidak terlalu dekat dengan laki-laki manapun mau di dalam jurusannya atau di luar jurusan. Lalu siapa laki-laki itu?
"Masih lama gak?"
"Sebentar lagi, sabar ya?"
"Iya maaf udah ngerepotin."
Setelah itu Mikha berpura-pura mematikan handphonenya dan memasukkan handphonenya kembali kedalam kantung jasnya.
"Aku baru tahu kamu lagi deket sama laki-laki."
"Aku dekat sama siapa juga bukan urusan kamu juga kan?"
"Ih sewot amat sih mbak."
"Yaiyalah aku sewot dia udah nungguin aku lama tapi jadi harus nyamperin aku yaiyalah aku kesel dasar nyebelin."
Gerutunya dengan wajah yang sudah tampak sangat kesal. Mahesa sendiri mengerti kenapa Mikha bisa sekesal itu padanya. Dia sepertinya tidak akan bisa menangkap Mikha dengan mudah kali ini. Ketika keduanya sedang ber adu argumen tiba-tiba Adnan muncul dan menghampiri Mikha.
"Kak Mikha~"
"Eh?"
'Bukannya yang tadi Mikha telpon itu laki-laki tapi kenapa perempuan ini yang muncul?'
Tanya Mahesa dalam hati dengan wajah yang bingung, apa lagi dia kenal wajah itu. Itu perempuan yang pernah dia temui di Perpustakaan beberapa waktu lalu. Waktu itu lampu perpustakaan sedang dalam perbaikan jadi ia tidak bisa melihat wajah perempuan itu dengan jelas ternyata dia lebih imut dari pada yang dia kira.
Sementara itu Mikha kebingungan dengan situasi yang terjadi saat ini. Dia memanggil Daniel tapi kenapa teman Daniel yang datang lebih dulu padanya? Apa mungkin Daniel terlalu jauh darinya jadi dia minta bantuan temannya?.
"Eh kakakmu mana? Tadi katanya lagi di jalan."
Tanyanya dengan wajah yang tampak tenang. Adnan tahu yang di maksud Mikha itu Daniel dan dia bersyukur Mikha bisa ikut berakting bersamanya dan Adnan pun tersenyum dengan polos kepadanya.
"Hehe aku lari duluan ke sini waktu ngeliat kak Mikha lewat."