Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 45 - Chapter 44; Case 2: Perdagangan organ bagian 32

Chapter 45 - Chapter 44; Case 2: Perdagangan organ bagian 32

"Rei mana? Tadi aku udah nyari-nyari Aksa. Dimana Rei?"

Tanyanya dengan suara yang terdengar putus asa. Aileen mengerutkan keningnya penasaran dengan apa yang telah terjadi hingga membuat Angga tampak seperti ini.

"Dia lagi tiduran di ruang kerjaku. Dia lagi sakit. Kamu mau nemuin dia?"

Angga mengangguk dengan cepat, melihat hal ini sepertinya sangat penting Aileenpun mengantar Angga menuju ruang kerjanya. Saat Aileen membuka pintu Rei tampak bersandar di tempat tidur sambil menatap mereka berdua tidak lama kemudian ia beralih menatap Angga.

"Apa terjadi sesuatu?"

"Iya."

Rei yang melihat gelagat Angga tahu jika ini sebertinya berhubungan dengan 'Bunga', Angga masih menyembunyikan hal ini dari anggota lain kecuali ia dan Aksa juga Adara. Mengetahui kalau ia tidak ingin Aileen tahu dulu iapun beralih menatap Aileen.

"Aileen, bisa kamu biarin aku sama Angga bicara berdua?"

Mendengar perkataan Rei ia langsung tahu kalau Angga mungkin mau membicarakan hal privasi dengan Rei. Ia tidak keberatan dan mengangguk kepada mereka.

"Oke, lagian aku emang mau cuci piring dan nyiapin air anget. Oh Aku juga harus ngambil baju ganti Rei. Aku bakal kembali nanti."

Aileen kembali keluar dari ruang kerjanya yang kedap suara itu dan kembali ke area dapur ruang apartemennya. Aileen memasukkan air ke dalam panci dan memanaskannya kemudian iapun mencuci piring sambil menunggu air yang ia panaskan mendidih.

'Apa yang mereka bicarakan ya? Dan lagi...'

Aileen mengingat wajah Angga yang tampak sangat panik dan begitu pucat seakan dia baru saja melihat mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Iapun kembali mengingat-ingat kejadian tadi pagi kembali.

***

Pagi itu Aileen sedang memasak di dapur utama membuat sarapan untuk semua penghuni apartemen seperti biasanya. Adnan tampak sudah duduk di meja makan sambil memperhatikannya dari meja makan sementara Aksa menunggu sambil membaca berita di internet lewat tabletnya. Daniel juga tampak duduk di kursinya dengan wajah yang tampak mengantuk. Tapi Angga dan Haruou tidak muncul sama sekali. Ia tidak aneh kalau Haruou tidak ada karena dia mungkin sedang bersama dengan nomor 10 tapi dia merasa aneh dengan Angga yang belum datang ke ruang makan seperti yang lain. Biasanya dia tepat waktu karena dia yang paling banyak makan bukankah ini sangat aneh?

Beberapa menit kemudian ketika Aileen sudah meletakkan semua makanan dan yang lain sudah mulai makan Angga baru datang. Dia memakai pakaian yang cukup rapi rambutnya juga tidak terlihat acak-acakan. Dia melepas kedua anting yang dipakainya meski head bandnya masih dia pakai. Saat ini dia memakai kemeja warna putih dan jaket warna Oranye, ia memakai celana panjang warna hitam tapi ia tampak masih memakai sandal rumah. Dan yang membuatnya lebih kaget dia membawa sebuket bunga Lily. Yang ia tahu dari Aksa meski Angga di sebut play boy dia tidak pernah membelikan barang untuk semua teman kencannya. Itu artinya bunga ini bukan untuk salah satu dari mereka tapi untuk siapa?

"Wah pasti mau ke dia lagi nih, tiap ketemu dia pasti rapi mulu nih Angga."

Ujar Adnan sambil menatap Angga yang tampak meletakkan buket bunga itu kedalam vas kosong di atas meja kecil yang berada di sebelah pintu sementara ia menghampiri meja makan dan duduk di kursinya.

"Oh iya dong, aku mau ketemu gadis paling cantik di dunia masa gak dandan, ntar dia illfeel lagi sama aku~"

Ujarnya sambil tersenyum lembut. Senyuman yang tidak biasa di tunjukkan oleh Angga. Biasanya dia akan tersenyum jahil, tersenyum palsu, atau tersenyum menggoda tapi tidak pernah tersenyum seperti ini. Aileen yang melihat senyuman itu sadar siapapun yang di pikirkan oleh Angga saat ini pasti benar-benar penting untuknya. Gadis yang ia bicarakan benar-benar penting untuknya. Tapi kalau dia punya seorang gadis yang sepenting itu dalam hidupnya kenapa dia jalan dengan banyak perempuan?

"Tuh bener kan? Tapi kok tumben ngunjungin kak 'bunga' lagi. Waktu itu kan udah."

Tanya Adnan dengan heran, Angga tampak menggaruk belakang lehernya sambil menatap ke arah lain dengan wajah yang tampak agak memerah.

"Ya gak apa-apa kan? Aku kan cuma kangen."

"Hm... jujur banget... ya..., tapi sampai sekarang aku heran kok mau ya dia sama kamu."

Ujar Daniel yang membuat Angga kembali duduk di pojokan dengan aura hitam yang keluar dari tubuhnya sambil menggambar lingkaran tak terlihat dengan jarinya.

"Aku makin penasaran wajah kak bunga gimana sih? Pingin tau yang mana orangnya."

"Kalau ke kamu aku gak mau ngasih liat, ntar ikut suka lagi kamu sama dia. Tapi kalau Aileen mau liat aku ada fotonya."

Ujar angga sambil berdiri dan memperlihatkan foto seorang perempuan berambut coklat dengan mata coklat yang tampak tersenyum ke arah kamera bersama Angga yang ada di sampingnya. Seperti yang Angga bilang perempuan yang di sebut 'bunga' ini memang cantik, tidak aneh Angga sangat menyukai perempuan ini lagipula dia juga terlihat seperti perempuan baik-baik. Kalau ia bertemu dengannya ia akan memintanya tinggal di apartemen. Ia butuh seseorang yang bisa mengendalikan Angga.

"Ah curaaaannnggg!! Kak Aileen kan gak minta buat liat!!"

"Gak apa-apa dong suka-suka aku~"

"Udah-udah ayo cepetan makan. Jangan ngobrol terus nanti makanannya keburu dingin."

Adnan dan Angga pun berhenti bicara dan memakan memakan makanan mereka masing-masing. Setelah selesai makan Adnan mengambil bekal makan siang yang sudah Aileen siapkan untuknya dan pergi ke sekolah sementara Daniel pergi ke kampusnya untuk mengawasi Mikha dan Reyna. Angga tampak berjalan ke arah vas dan mengambil buket bunga lily itu kembali.

"Sampaikan salam dari aku sama dia Angga."

Perkataan Aileen malah di balas senyuman pedih, Aileen yang melihat hal itu langsung menyadari sesuatu. Gadis yang di bicarakan Angga mungkin tidak baik-baik saja.

"Iya, nanti aku bilangin."

Iapun pergi dan menghilang di balik pintu.

"Mas Aksa, separah apa kondisinya?"

Perkataan Aileen membuat Aksa yang masih duduk menikmati kopinya menjawabnya dengan jelas.

"Dia koma selama dua tahun, cerita lengkapnya tanyain aja sama Angga. Yang tahu hal ini cuma aku, Rei, sama Adara. Sekarang kamu juga tahu. Semua biaya rumah sakitnya juga Angga yang tanggung selama ini."

Sekarang Aileen mengerti kenapa ia bersikap seperti itu. Angga sangat menyayangi perempuan itu tapi tidak bisa melakukan apa-apa untuk menolongnya selain membayar perawatannya di rumah sakit.

"Jadi selama ini dia jalan sama perempuan lain buat lari dari kenyataan?"

"Bisa di bilang begitu, makannya aku mau dia berhenti. Yang dia lakuin cuma bakal nyakitin dirinya sendiri dan semua perempuan yang dia kencani. Nama perempuan itu Lily sama seperti nama bunga yang Angga bawa"

***

Apa mungkin sesuatu terjadi pada perempuan itu? Apa mungkin dia... tidak... Sepertinya dia tidak meninggal. Kalau dia meninggal Angga pasti sudah menangis di depannya tapi lalu apa? Apa yang terjadi padanya? Apa mungkin dia... di culik?!! Tidak itu tidak mungkin rumah sakit kan penjagaannya cukup ketat atau jangan-jangan... apa mungkin seseorang membelinya? Tapi rumah sakit macam apa yang mau menjual pasien? Kalau begitu apa mungkin anggota keluarganya yang 'menghilangkan' Lily?

"Iya kayaknya kemungkinan itu gak kecil, tapi buat apa?"

Aileen mulai memikirkan segala kemungkinan di kepalanya sampai ia mendengar Air yang ia rebus sebelumnya sudah mendidih. Iapun membuka panci dan memasukkan sebagian Air panas kedalam sebuah baskom berukuran sedang dan kemudian memasukkan sebagian Air dingin kedalamnya setelah ia rasa suhunya pas, baru saja ia mau menghampiri ruang kerjanya Angga keluar dengan terburu-buru. Aileen yang melihat hal itu mengambil baskom dari rak dan masuk ke dalam ruang kerjanya.

Rei tampak duduk di tempat tidur sambil memikirkan sesuatu ketika Aileen duduk di sisi tempat tidur pasien dan mulai membuka kancing kemeja yang Rei gunakan. Seketika konsentrasi Rei langsung buyar dan wajahnya tampak memerah karena malu.

"Aileen apa yang kamu lakukan?!!"

"Mengelap tubuhmu bodoh. Kamu kira apa lagi? Emangnya enak gak mandi?"

Tanyanya sambil melepaskan kemeja itu dari tubuh Rei juga melepaskan jarum infus dari lengannya. Ia melihat Aileen menutup luka yang di sebabkan jarum itu dengan perban kemudian melepaskan kemejanya. Aileen memasukkan anti septik kedalam air hangat itu dan memasukkan tangan kanannya kedalam sarung tangan handuk. Ia memasukkan tangannya yang sudah terbungkus sarung tangan itu kedalam air dan memerasnya hingga setengah kering setelahnya iapun mulai membersihkan tubuh Rei yang lengket oleh keringat. Rei sudah malu setengah mati tapi dia berusaha bersikap biasa saja dan membiarkan Aileen membersihkan tubuhnya, tentu saja kecuali area privatenya.

"Lily menghilang ya?"

Pertanyaan tiba-tiba Aileen membuatnya terkejut, tapi kemudian ia merasa tidak aneh Aileen tahu. Kekasihnya ini pintar tidak mungkin dia tidak menyadari sesuatu dari gelagat Angga. Soal nama sudah pasti Aksa yang menceritakannya kepada Aileen karena tadi Angga tidak membiarkan Aileen mendengarkan perkataannya sedikitpun. Yang berarti Angga tidak menceritakannya kepada Aileen. Iapun tersenyum miring pada gadis itu.

"Aku benci mengakuinya tapi kamu benar-benar cocok menjadi detektif "

"Aku rasa bukan pihak rumah sakit. Terlalu beresiko dan akan jadi sebuah skandal besar kalau rumah sakit yang bertanggung jawab atas menghilangnya Lily"

Rei mengangguk setuju mendengar pendapat Aileen.

"Iya kamu benar, Angga bilang begini sama aku "waktu aku sampai di meja resepsionis suster bilang salah satu keluarganya membawa Lily pulang buat di rawat di rumah. Tapi waktu aku pergi ke kediaman orang tua Lily dia gak ada. Orang tuanya juga sama sekali gak tahu, aku curiga ini pekerjaan pamannya" dia emang pernah bilang kalau orang itu emang suka uang meski dia gak kerja dan di keluarga Lily gak ada satupun yang pekerjaannya dokter, mereka juga gak mampu buat nyewa perawat sendiri di rumah jadi rasanya gak mungkin orang itu bisa rawat Lily sendiri."

Aileen memutar kedua bola matanya malas mendengar hal ini. Dia sudah sering mendengar kasus seperti ini sebelumnya tapi hal ini benar-benar terdengar bodoh.

"Biar ku tebak, di pakai judi? Mabuk?"

"Tepat sekali."

Bagus, bagus sekali!!! Orang itu benar-benar bodoh!! Bertambah lagi satu orang yang ingin ia hancurkan!! Kelakuan pak tua itu benar-benar menjijikan!! Bukannya banyak ibadah malah jual keponakan untuk pesta miras dan judi!!. Aileen pun tersenyum dan berkata.

"Jadi, apa rencananya?"

Melihat senyuman dingin Aileen Rei sadar kalau seseorang sepertinya akan berada dalam masalah besar.