Chereads / T.I.M (treasure in murder) / Chapter 40 - Chapter 39; Case 2: Perdagangan organ bagian 27

Chapter 40 - Chapter 39; Case 2: Perdagangan organ bagian 27

Sesampainya di tujuan Daniel memarkirkan motornya di parkiran dan masuk ke dalam kampus begitu saja tanpa di sadari oleh semua orang yang ia lewati di sepanjang jalan. Ia melirik sekitarnya mencari keberadaan Mikha dan Reyna, iapun memakai alat komunikasi khususnya dan berjalan menysuri lorong.

"Sekarang mereka lagi ada di gedung B."

"Kayak gimana ciri-ciri temen kamu yang satunya lagi?"

Tanya daniel sambil berjalan menuju gedung B yang letaknya sekitar dua aratus meter dari gedung A.

"Rambutnya putih panjang dan matanya biru, dia mencolok banget penampilannya jadi kamu pasti bakal langsung tahu yang mana orangnya."

Sesampainya di gedung B Daniel langsung mencari mereka, tidak perlu waktu yang terlalu lama ia langsung menemukan mereka. Keduanya tampak sedang mengobrol dengan murid lain di lorong. Seperti yang Aileen bilang Mikha yang memiliki rambut berwarna ungu gelap dan Reyna yang memiliki rambut putih benar-benar mencolok di tengah para mahasiswa dan mahasiswi lain yang kebanyakan memiliki rambut hitam. Aileen mungkin tidak mau tampak mencolok namun keberadan kedua temannya sudah cukup membuat mereka jadi pusat perhatian kalau berjalan bersama-sama apa lagi warna rambut Reyna yang tampaknya memang sudah berwarna putih dari lahir seperti Haruou.

"Aku udah nemuin mereka."

"Bagus, kalau gitu aku bakal ngawasin kamu dari sini. Tolong jaga mereka."

"Aku mengerti, sampai nanti."

Keduanya berjalan sambil bicara dan ia melihat Mikha sesekali tertawa karena perkataan Reyna. Diapun berjalan mendekati mereka tanpa suara namun tetap menjaga jarak agar keduanya tidak menyadari kehadirannya. Mereka bersama saima pergi menuju ruang kelas begitu pula Daniel yang duduk di pojok belakang kelas menjaga jarak dari keduanya. Ia menatap punggung Mikha yang sedang duduk sekitar lima bangku di depannya. Wajahnya tampak sangat serius menatap dosen yang sedang memberikan materi di depan kelas dengan papan tulis elektrik besar dengan materi yang berasal dari flash disk. Guru menjelaskan materi sambil memindah mindahkan per bagian dengan jari yang di pasang micro mouse.

Daniel yang kebosanan pada akhirnya ikut mendengarkan perkataan dosen yang cukup menarik baginya dan berakhir melihat vidio oprasi yang terlihat di layar. Semua orang tampak memperhatikan vidio itu tapi Daniel lebih memilih mengawasi Mikha dari pada melihat vidio itu. Lagipula vidio itu terlalu menjijikan untuk di lihat olehnya.

Sementara itu Mikha merasa agak risih karena ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Namun karena ia merasa orang yang memperhatikannya tidak punya niat buruk dia membiarkannya. Mikha mencoba menghiraukannya dan fokus mendengarkan penjelasan dosen yang ada di depannya. Setelah pelajaran selesai Mikha pergi kembali bersama Reyna ke cafe untuk makan bersama. Daniel kembali mengawasi keduanya dan mengikuti mereka dari belakang tanpa di ketahui keduanya.

Daniel menunggu keduanya masuk kedalam cafe terlebih dahulu sebelum kemudian ia ikut masuk agar tidak tampak mencurigakan untuk Mikha. Mikha dan Reyna duduk bersama untuk makan siang di sebuah kursi yang berada di pinggir kanan cafe. Mikha baru saja meletakkan tasnya sebelum kemudian tanpa sengaja ia melihat Daniel masuk ke dalam cafe. Laki-laki itu terlihat memakai jaket hitam, celana jeans abu-abu dan combat boots berwarna hitam juga. Tapi anehya semua orang tampak tidak menyadari keberadaannya laki-laki itu seperti dirinya meski pakaian serba hitam yang di gunakan Daniel membuatnya terlihat 'kepanasan' karena cuaca hari ini yang cukup panas meski masih bulan maret yang harusnya cukup dingin karena masih musim hujan. Ia masih mengingat wajah laki-laki itu. Dia adalah orang yang ia temui sekitar dua hari lalu saat ia berniat mengumpulkan tugasnya namun gurunya tidak datang. Ia penasaran dngan laki-laki itu dan ingin tahu apa sebenarnya tujuan laki-laki itu kemari. Apa mungkin orang ini yang memperhatikan dan mengikuti mereka dari tadi. Iapun memundurkan kursinya dan berdiri dari posisinya.

"Eh Mikha mau ke mana?"

Tanya Reyna yang di balas senyuman miring oleh Mikha.

"Aku mau menyapa seseorang."

Ujarnya sambil berjalan ke arah Daniel yang tampak celingukan mencari tempat duduk, melihat laki-laki itu tampak kebingungan Mikhapun menepuk pundaknya. Merasakan tangan seseorang di bahunya Daniel berbalik, ia menatap Mikha yang sekarang sudah berada di depannya. Ia dapat dengan jelas melihat rambut ungunya yang terlihat di kuncir kuda, dia memakai kemeja berwarna cream dengan rok berwarna coklat. Mikha juga tampak memakai sepatu high heels berwarna hitam sama seperti warna tas yang dibawanya.

"Kita ketemu lagi."

"Ah... iya..."

Daniel tampak canggung, dia tidak memperkirakan kalau Mikha akan menghampirinya dan karena hal itu semua orang menyadari keberadaan Daniel. Mereka semua terheran-heran melihat Mikha menyapa Daniel seperti teman pada umumnya. Tidak ada satu orangpun yang menyadari keberadaan Daniel di cafe itu bahkan Reyna yang dari tadi bersama Mikha juga tidak menyadarinya. Melihat interaksi keduanya Reyna menatap keduanya secara begantian dengan wajah yang tampak penasaran. Ia belum pernah melihat ada laki-laki yang di sapa duluan oleh Mikha sebelumnya, siapa laki-laki itu?

"Kamu kenapadiem aja? Bukannya kamu mau makan? Apa kamu lagi nunggu seseorang?"

Tanya Mikha sambil celingukan mencari seseorang yang mungkin sedang menunggu Daniel.

"Aku gak nunggu siapapun. Aku kesini sendirian."

Jawabnya dengan tampang datar dan suara datar pula mengingatkan Mikha pada Aileen. Sahabatnya semenjak SMA itu dulu juga sendirian, dia dulu pemalu dan menutup diri dari orang lain. Semenjak kematian Rendi dia tidak jadi pemalu lagi. Matanya berubah menjadi sangat dingin dan selalu menatap semua orang seakan mencoba membaca niat sebenarnya orang yang menjadi lawan bicaranya. Bukan hanya matanya yang dingin perkataannya pun makin hari makin menusuk saja. Ia jadi khawatir dengan laki-laki di depannya ini. Apa mungkin dia mengalami sesuatu juga sebelumnya seperti Aileen? Ia mungkin hanya sekedar parno dan tidak ada yang harus ia khawtirkan.

"Mau duduk sama aku dan temenku?"

Daniel terdiam sebentar menatap perempuan di depannya ini. Dia memangnya tidak takut? Mikha bahkan tidak tahu namanya dan dia dengan santainya mengajaknya untuk duduk satu meja dengannya? Bukankah itu aneh?. Mereka bahkan belum berkenalan satu sama lain dan dengan santainya Perempuan ini mengajaknya duduk bersamanya seakan ia sudah sangat akrab dengannya.

"Kamu... bener-bener aneh."

"Hah?"

"Kamu sadar kalau kita bahkan gak pernah kenalan kan?"

Pertanyaan laki laki di depannya ini membuat Mikha sadar kalau yang di katakannya memang benar. Ia bahkan tidak tahu siapa nama orang di depannya dan dia malah bersikap akrab dengannya begitu saja, Mikha tertawa canggung dan tersenyum padanya.

"Ah lupakan-lupakan. Kita kenalan sekalian bareng temenku ya?"

Daniel mengangguk setuju, dia memang di minta menjaga keduanya jadi dia setuju saja dengan begitu akan tampak wajar ia memperhatikan keduanya. Terlebih, akan ada orang yang ngamuk kalau terjadi sesuatu pada mereka apalagi perempuan berambut putih yang sedang duduk menunggu Mikha sambil menatap mereka dengan wajah penasarannya. Kalau 'orang itu' tahu perempuan itu dalam bahaya di mungkin akan langsung kembali ke Indonesia. Daniel mengikuti Mikha yang tampak sudah berjalan ke mejanya. Di meja itu Reyna tampak menatap keduanya sambil tersenyum simpul kepada mereka.

"Mikha ini siapa?"

Tanyanya dengan wajah polos, Danielpun memutuskan untuk memperkenalkan dirinya erlebih dahulu mengingat Mikha juga belum tahu namanya.

"Namaku Daniel Ash, maaf mengganggu."

Ujarnya sambil menunduk sopan seperti orang Jepang. Reyna dan Mikha saling bertatapan melihat apa yang di lakukan Daniel namun dengan santainya Reyna menanggapi hal itu dengan senyuman.

"Gak ganggu kok~, aku Reyna. Dan seperti yang aku bilang tadi dia Mikha meski kamu mungkin sudah tahu namanya."

Dalam hati Mikha merasa bersyukur Reyna bicara duluan kalau tidak dia mungkin sudah malu sekarang.

"Salam kenal."

"Sama-sama, ayo duduk."

Ujar Reyna kepada mereka. Mikha memilih duduk di sebelah Reyna sementara Daniel duduk di depan mereka dengan satu kursi kosong di sebelahnya.

"Ngomong-ngomong aku gak pernah liat kamu sebelumnya. Emang kamu jurusan mana?"

Tanya Reyna tanpa menoleh sambil memesan makanan di tablet yang ada di atas meja begitu pula dengan Mikha.

"Teknik informatika, aku bukan berasal dari sini."

Jawabnya sambil menekan gambar makanan yang diinginkannya. Ini membuat Mikha merasa aneh. Saat pertama kali bertemu dengannya Daniel memang berkata kalau dia dari jurusan teknik informatika tapi bukankah dia bilang dia berasal dari kampus ini? Mikha menatap Daniel dengan wajah yang tampak bingung sementara Daniel tampak sangat tenang seakan dia tidak mengatakan hal yang salah.

"Oh... gimana cara kalian bisa saling kenal?"

Tanya Reyna sambil kembali beralih menatapnya. Mikha baru saja mau membuka mulutnya namun dia keduluan oleh Daniel yang menjawabnya dengan cepat.

"Aku pernah ketemu sama dia sekali, waktu itu aku lagi ada urusan di sini."

Urusan apa yang dia lakukan di kampus mereka? Terlebih bukankah dia sendiri yang bilang kalau ia bukan mahasiswa dari kampus mereka? Tapi apa hal yang sangat penting dan membuatnya sampai datang ke kampus mereka di malam hari seperti itu?

"Semalem itu? Ribet banget."

"Eh malam hari? Jadi kalian gak sengaja ketemu di malam saat kamu terus ngomel di telpon karena dosen gak dateng beberapa hari lalu?"

Tanya Reyna yang di balas anggukan oleh Mikha.

"Iya, aku nyapa dia duluan waktu itu. Dia natap aku kayak yang aneh gitu waktu tahu aku liat dia."

"Yah, hawa keberadaanku ini bener-bener tipis jadi aku udah biasa gak di anggap ada. Makannya aku agak kaget waktu dia tiba-tiba nyapa aku."

Jawabnya dengan santai yang membuat Reyna dan Mikha tertegun mendengar perkataannya. Daniel pun beralih menatap Reyna.

"Kamu juga, baru sadar aku ada waktu Mikha menyapa aku kan?"

Reyna mengangguk membenarkan perkataan Daniel. Mikha tidak percaya dengan apa yang baru di dengarnya. Pantas saja malam itu tidak ada yang menatapnya dengan tatapan curiga saat dia datang ke kampus malam hari padahal dia tampak tidak membawa kartu siswa, tadi juga tidak ada satupun pegawai yang menyapanya saat masuk. Ternyata itu alasannya.

'Apa gara-gara ini sikapnya jadi mirip sama Aileen?'

Fikir Mikha sambil menatap Daniel yang ada di hadapannya.

"Kalau gitu aku ngerti sekarang."

Ujar Mikha sambil menatap Daniel, sekarang ia sadar kalau Daniel yang sudah mengikutinya.