Chereads / Just you / Chapter 46 - Chapter 10 [Part 3]

Chapter 46 - Chapter 10 [Part 3]

Chapter 10 [Part 3]

Selama di kamar, Julio di temani oleh Herry. Herry sedari tadi hanya tertawa melihat Julio yang di tahan oleh Adiknya

"Lagian, kamu ini kenapa? Sampai membuat Bella menangis hah? Hahahaha." kata Herry yang di sertai tawanya

"Sudah kubilang, Aku tidak membuatnya menangis."

"Iya, iya… Aku kasian padamu, baru saja pulang dari rumah sakit. Eh, sudah kena masalah. Hahahaha!"

Julio yang sedikit geram pada sahabatnya itu pun langsung memukul kepalanya dengan tongkat.

"Aw! Hey sakit tau!"

Julio hanya diam sambil terus menatap dingin Herry. Herry pun meminta maaf karena sudah mengejek Julio.

"(Sialan, tatapannya itu membuatku harus minta maaf. Menyebalkan.)" ucap Herry di dalam hati.

Setelah itu, seseorang pun membuka pintu. Chelsea, ia masih masih merasa kecewa dengan Kakaknya yang membuat seorang ketua osis SMA 1 menangis. Ia pun terus menatap Kakaknya itu.

"Tolong jangan tatap aku seperti itu, aku tidak bersalah."

Chelsea pun menghela nafas, lalu berkata "Yah sudahlah, Kak Bella juga sudah memberitahuku… Kamu boleh keluar."

Julio pun berdiri dengan tongkatnya, sambil berkata "Terima kasih atas keadilannya."

Di luar, Bella sedang bersama dengan yang lain, saat mengetahui Julio turun, ia pun langsung menghampirinya dan meminta maaf.

"Julio, maaf aku sudah membuat keributan, hanya saja tadi aku mengingat almarhum Kakek ku, jadi aku merasa sedikit sedih, maaf ya." ucap Bella dengan penuh penyesalan.

Julio menggelengkan kepala, lalu berkata "Tidak apa-apa, tidak usah di pikirkan."

Bella tersenyum kepada Julio, Julio juga tersenyum tipis pada Bella. Melihat Julio yang membalas senyumnya, membuat Bella tidak bisa memalingkan pandangannya, jantungnya berdegup kencang. Dan–

"Ehem!"

Bella langsung tersadar karena mendengar suara Lily, ia pun menoleh ke belekang dan melihat Lily yang sedang menunjukan jam tangannya kepadanya. Bella pun langsung teringat sesuatu, akhirnya ia pun pamit, begitu juga dengan Lily dan Sophie.

Setelah itu, Jessica juga pamit kepada Julio. Melihat Jessica pamit, Luna langsung menghampirinya. Ia pun memberikan sejumlah uang kepadanya, lalu berkata "Ini, Persediaan dirumah sudah habis, mama bilang kamu harus belaja hari ini, Kakak."

Kakak, mendengar kata itu membuat Julio dan Herry terkejut, Herry pun bertanya "Kalian… Kakak beradik?"

Mereka berdua pun mengangguk dengan kompak, Julio pun berkata "Sungguh? Tapi, Kalian tidak mirip."

Jessica pun langsung menyanggahnya "Kamu sendiri juga tidak mirip dengan adikmu, Julio."

Herry pun langsung membalas perkataan Jessica "Siapa bilang? Mereka mirip loh."

"Darimananya?" tanya Jessica

"Ingat saat Chelsea marah saat tau Kakaknya masuk rumah sakit." kata Herry

Jessica pun terdiam sebentar, ia pun mengingat potongan-potongan kejadian saat Chelsea marah besar beberapa hari yang lalu. Tubuh Jessica pun langsung merinding, ia langsung merasa ketakutan saat mengingat itu.

"Kamu benar, mereka mirip. Dari tatapannya." ucap Jessica

Herry pun tertawa lalu berkata "Benarkan! Hahahaha!"

*Tang!*

*Bugh!*

Kepala Herry pun kena sasaran dari tongkat Julio, dan Kakinya pun di tendang oleh Chelsea dengan keras. Mereka pun berkata "Dasar tidak sopan!"

"S-Sakit… Maaf."

Jessica dan Luna pun tertawa, Luna mengingatkan kembali Kakaknya untuk belanja keperluan di rumah. Jessica pun bertanya "Kenapa tidak kamu saja?"

Luna menggelengkan kepalanya dan berkata "Tidak, Aku masih harus disini, Aku akan mengerjakan PR dengan Chelsea dan Latifa, jadi aku tidak bisa."

Mendengar kata PR, Latifa terhentak dan berkata "Tunggu, apa!? PR!?"

"Iya. Kamu tidak lupa kan kalah kemarin ada PR?"

Latifa pun tertawa, namun terpaksa. Ia pun berkata "Aku tidak membawa bukunya, aku akan ambil bukunya jadi aku pulang ya." lalu berjalan keluar. Namun, ia pun langsung di tahan tangannya oleh Luna, sembari tersenyum Luna pun berkata "Tapi, Aku sudah membawa buku mu, jadi kamu tidak perlu pulang."

Keringat dingin pun keluar dari tubuh Latifa. Latifa langsung meronta-ronta agar lepas dari genggaman Luna, tapi tetap saja tidak lepas. Luna meminta izin kepada Chelsea agar membawa Latifa ke kamar Chelsea.

"Lepaskaaaaan!"

Seketika semuanya pun tenang kembali, Jessica yang melihat sikap Adiknya itu langsung meminta maaf kepada mereka karena sudah membuat keributan. Chelsea pun menghela nafas lalu berkata "Padahal, Latifa pernah menghajar 4 siswa sekaligus, tapi tetap saja dia tidak bisa menandingi Luna."

Julio pun berkata "Oh iya, aku pernah dengar itu, saat itu beritanya langsung cepat menyebar, tapi identitasnya saat itu masih tidak di ketahui, hanya orang-orang yang melihatnya langsung yang tau identitas nya."

Dengan penasaran, Herry pun bertanya "Kenapa identitasnya tidak disebarkan?"

Julio langsung menjawab "Demi menjaga nama baik sekolah tentunya. Benarkan, Adikku?" sambil melirik ke arah Chelsea.

Chelsea mengangguk, lalu ia pun berkata "Itu cerita lama, itu terjadi saat sudah 2 bulan aku menjadi ketua osis. Saat itu pihak sekolah juga sudah meminta maaf kepada keluarga korban, akibat dari itu, Latifa terus di pantau oleh sekolah. Ia tidak di keluarkan dari sekolah, itu karena saat itu Latifa membela dirinya. Karena tersulut emosi, akhirnya korban luka parah. Dan begitulah akhirnya."

Jessica pun bertanya "Chelsea, darimana kamu tau semua itu?"

Chelsea menjawab dengan singkat "Karena aku adalah Ketua osis."

"Tapi, bagaimana bisa ketua osis sepertimu bisa tau masalah yang sekolah tutupi dari murid?" tanya Jessica lagi.

Herry pun menjawab "Jessica, sekolah kita itu… terbilang cukup unik, sebagai sekolah swasta. Sekolah kita itu sedikit ketat dan juga selalu serius dalam memilih sesuatu dan berbuat sesuatu selama itu untuk sekolah. Salah satunya organisasi osis, ketua osis itu tidak sembarang dipilih oleh murid, hanya sebagian kecil dari suara murid yang memilih. Sisanya, dipilih oleh sekolah sendiri, sekolah melihat dari kemampuan berfikir mereka, dan seberapa cerdas mereka dalam mengambil keputusan dan juga beberapa hal lain yang tidak aku ketahui. Yang pasti ketua osis itu semacam, yah berada 2 tingkat di atas kita."

Jessica pun melihat kearah Chelsea, Chelsea hanya terdiam. "(Jadi… Chelsea…)"

Setelah itu, Jessica langsung pamit pulang. Julio yang melihat Adiknya terlihat sendu langsung mengelus kepalanya dan berkata "Karena itulah, Aku bangga punya adik sepertinya."

Wajah Chelsea sedikit memerah, ia pun langsung pergi kembali ke kamarnya. Herry menghela nafas lalu berkata "Yah sudahlah, Aku pulang dulu, jika ada apa-apa panggil aku saja, oke."

"Untuk apa aku memanggilmu?" tanya Julio.

Sambil berjalan keluar, Herry berkata "Yah soalnya, setiap sesuatu terjadi di sekitarmu itu adalah sesuatu yang menarik… dan aku tidak mau melewatkannya. Daah!"

Julio terdiam, lalu perlahan berjalan menuju sofa "(Menarik ya…)" ucap Julio di dalam hati

***

Di jalan, Jessica terus memikirkan Chelsea dan juga aoa yang sudah terjadi belakangan ini. Ia mengingat dimana Chelsea sangat marah, ia ingat saat kecurigaan Chelaea kalau itu di sengaja, ia mengingat tatapannya yang dingin seperti Kakaknya.

"(Chelsea… Tidak heran jika ia dipilih untuk kedua kalinya menjadi ketua osis, kemampuan berfikirnya, analisanya, keberaniannya mengambil keputusan memang luar biasa… Tapi, bagaimana dengan Kakaknya? Julio… apakah mungkin Julio lebih dari itu… itu… itu membuatku merasa kalau…)"

***

"(…Jarak kami begitu jauh dengan mereka… meski begitu, Aku tidak mungkin meninggalkan mereka. Meskipun mereka sudah berada di atas kami, bukan berarti mereka tidak membutuhkan dorongan dari bawah… Ya, mereka sangat membutuhkannya, karena itulah… Kami harus tetap bersama mereka.)" ucap Herry di dalam hati.

To be continue

==================