Chereads / Just you / Chapter 22 - Chapter 5 [Part 2]

Chapter 22 - Chapter 5 [Part 2]

Chapter5 [part 2]

Julio dengan cepat memukul wajah Rio, namun Rio masih bisa menahan serangan Julio.

"Wah wah, sepertinya kau kesal sekali dengan ku." kata Rio

Rio mundur beberapa langkah lalu menyerang Julio dengan cepat, Julio yang tidak sempat menghindar akhirnya terkena pukulan Rio tepat di perutnya. Julio mundur dan membungkuk sambil memegangi perutnya, namun itu hanya perangkap. Rio mendekati Julio dan Julio pun langsung memukul rahang Rio dengan kuat dan membuat Rio mundur beberapa langkah.

"Sial, sakit sekali. Sepertinya kau tidak segan kepada ku." kata Rio sambil mengusap rahangnya.

"Aku tidak akan pernah segan melakukan apapun kepada orang yang melukai teman-teman ku."

"Hee... Menarik."

Rio langsung berlari dengan cepat dan langsung mengarahkan pukulannya ke wajah Julio, Julio menghindar dan mencoba menyerangnya kembali. Bella hanya bisa diam dan melihat mereka bertarung, tidak ada yang bisa ia perbuat karena jika ia berbuat sesuatu semua rencana Julio terancam gagal. Pertarungan mereka kali ini terlihat tiada ampun, mereka sudah siap bila harus mematahkan satu atau dua tulang satu sama lain. Julio dan Rio saling pukul, Julio pun melompat mundur dan memberi jarak, begitupun dengan Rio.

"Sebenarnya, kenapa… kenapa kau melakukan itu pada Bella?"

"Huahahaha… kau tanya kenapa!? Tentu saja untuk balas dendam."

"Huh?"

"Apa kau tau, Jika gadis sialan itu nyaris saja membuatku masuk kedalam penjara."

Bella terkejut mengetahui apa yang membuatnya mengalami hal ini. Bella merasa sedikit tidak enak meskipun ia tidak merasa bersalah melakukan hal itu, karena apa yang telah ia lakukan itu adalah hal benar.

"Jadi, kau membuat tuduhan palsu kepada Bella dan itu merupakan bentuk balas dendam mu."

"Tepat sekali."

"Mau sampai kapan kau melakukan ini?"

"Mungkin sampai dia mengalami depresi berat dan akhirnya bunuh diri. Tapi, karena kau sudah menghalangi rencanaku, mungkin tidak masalah bila aku harus membunuh kalian berdua disini!"

Rio langsung berlari dengan cepat dan mengarahkan pukulannya kepada Julio, Julio dapat menghindarinya dan mencoba memberi jarak lagi.

"Hey, apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?"

"Tentu saja! Aku aka— Huh!?"

Rio terkejut ketika menatap ke atas ada seseorang yang merekam pertarungan mereka dan itu membuat Rio panik.

"Sialan! Apa itu teman mu?"

"Hmm…. Entahlah, menurutmu bagaimana?"

Perkataan Julio membuat Rio sangat jengkel, ia pun menyuruh dua temannya untuk pergi dan menangkap orang yang merekam pertarungannya.

"Sialan, ternyata kau cerdas juga. Aku terkena perangkap mu. Tapi, tidak lama lagi perangkapmu akan hancur!"

"Kenapa kau tidak lari?"

"Untuk apa? Lagipula, dia sudah merekam pembicaraan ku, aku tidak bisa mengelak lagi.Tapi, setidaknya aku harus mematahkan satu atau lebih tulang-tulang mu itu!"

"Tch… sepertinya sudah saatnya untuk berhenti bermain-main."

"(Aku mengandalkan kalian, Sophie, Harry, Jessica!)"

***

"Mengantuk sekali…" kata Chelsea lalu menguap.

Di kelasnya sangat sepi karena para murid sedang beristirahat di luar. Di kelas hanya ada Chelsea,Luna dan Latifa.

"Hey Chelsea, bagaimana kalau kita menemui orang yang di gosipkan dengan mu itu?" tanya Latifa.

"Sekarang?"

"Ya ayo!" kata Latifa lalu berjalan keluar.

"Memangnya kau tau dimana dia?" tanya Chelsea.

Latifa pun menghentikan langkahnya lalu tertawa malu sambil menoleh kebelakang. Chelsea dan Luna pun tertawa lalu berjalan keluar bersama. Saat menuruni tangga, Chelsea sekilas mendengar percekapan dua orang murid.

"Hey, barusan aku dari belakang sekolah dan ada yang sedang berkelahi loh." kata Siswa 1

"Hee yang bener? Siapa yang berkelahi?"

"Mana aku tahu, aku hanya melihat sebentar, tapi sepertinya itu dari kakak-kakak di SMA 1."

Chelsea yang mendengar itu pun langsung mendekati mereka. Jiwa sebagai ketua Osisnya pun keluar, ketika ia mendengar ada yang berkelahi di area sekolah, ia pasti langsung bertindak meskipun itu urusan pribadi.

"Chelsea kau mau kemana!?" tanya Luna sambil sedikit menaikan suaranya.

"Aku ada urusan sebentar."

Chelsea pun kembali ke lantai 2 dan mencari kedua orang itu. Ia pun menemukan mereka dan langsung menghampiri mereka, mereka berdua pun terkejut karena di datangi oleh ketua Osis. Bagi siswa biasa, didatangi oleh ketua Osis itu bisa berarti 2 hal, yang pertama mereka terjerat masalah. Yang kedua ketua Osis tertarik dengan mereka.

"Ke-Ketua Osis!? A-Ada apa? Apa ada yang bisa kami bantu?"

"Bisa kau ceritakan padaku tentang perkelahian dua pelajar yang kalian bicarakan tadi?"

"A-Ah itu, maaf kami tidak mau terkena masalah. Kami tidak biaa memberiratahu anda." kata salah satu siswa yang mulai ketakutan.

"Tenang saja, aku tidak akan melibatkan kalian tentang ini."

"B-Baiklah kalau begitu."

Kedua Siswa itu pun memberitahu Chelsea tentang apa yang terjadi di belakang sekolah siang ini. Chelsea menyimak semua pembicaraan mereka, bagaiamana perkelahian itu dimulai dan ciri fisik yang terlibat dalam perkelahian tersebut. Ketika menyebutkan ciri fisik, Chelsea sedikit merasa tidak asing dengan ciri fisik siswa yang terlibat.

"Tunggu… Kau bilang, salah satu siswa memiliki tubuh yang tinggi dan rambut yang berantakan?"

"Iya dan sepertinya siswa itu yang memulai perkelahian terlebih dahulu."

"Dan kau bilang dia memiliki raut wajah orang pemalas?"

"Yah sepertinya begitu. Tapi kelihatannya ia bukan orang yang senang bertarung."

"Lalu kenapa dia bertarung?" tanya teman siswa itu.

"Mana aku tau."

"(Postur tubuh tinggi, rambut berantakan, wajah pemalas. Apa mungkin… itu… Kak Julio!)" kata Chelsea di dalam hati.

Ia pun teringat kembali dengan percakapan dirinya dan Julio beberapa hari yang lalu di malam hari.

*FLASHBACK*

"Oh iya, Kakak. Memangnya kenapa Kakak ingin tahu tentang itu?" tanya Chelsea

"Tentang apa?" tanya Balik Julio

"Masalah ketua osis SMA 1."

"Yah, secara tidak langsung Kakak terlibat dengan masalah itu, karena permintaan dari seorang guru."

"Oh begitu."

*FLASHBACK END*

"(T-Tidak mungkin..)"

"Hey, apa disana ada seorang siswi?"

"Ah iya, aku lupa memberitahu itu, disana ada seorang siswi berambut panjang pirang. Ia terlihat seperti ketua Osis SMA 1. Tapi, aku rasa itu tidak mungkin, karena... ya kalian tahu lah Kak Bella tidak mungkin berbuat seperti itu."

"(Tidak… tidak mungkin… Tapi, bagaimana kalau itu…)"

"Kalian, terima kasih ya."

Chelsea langsung bergegas menemui Luna dan Latifa yang sedang menunggunya. Chelsea berlari, pikirannya tidak tenang memikirkan Kakaknya, sampai-sampai ia menabrak beberapa murid.

"(Tidak mungkin Kakak sampai berbuat seperti itu!)"

Ia pun melihat Latifa dan Luna yang berada di depan pintu sekolah.

"Chelsea!" panggil mereka.

"Kalian! Cepat ikur aku!" kata Chelsea lalu menarik mereka.

"He-Hey! Tunggu. Kita mau kemana?" tanya Luna.

"Chelsea, kita mau kemana?" tanya Latifa.

"Belakang sekolah!"

"Hah!?"

"Hah!?"

***

*beberapa menit sebelumnya*

Jessica,Herry dan Sophie kini berada di lantai 2, mereka bersiap untuk melaksanakan renacana untuk "membebaskan" Bella

"Apa Bella sudah pergi?" tanya Herry

"Ya sepertinya begitu," jawab Jessica.

"Kenapa, Julio ingin kita merekam pertarungan mereka? Bukannya kita bisa dengan mudah melaporkan kepada guru?" tanya Herry dengan nada kesal.

"Itu tidak mungkin," kata Sophie dengan nada datar.

"Hmm?"

"Apa kau lupa? Julio sudah memberitahukan kalau orang itu adalah orang yang bisa membalikan keadaan."

"Ah benar juga, jika kita memberitahu pada guru yang ada guru membela orang itu dan semua rencana gagal. Membayangkan setelahnya membuat aku merinding."

"Ya, rencana ini memiliki tingkat resiko tinggi, jadi kita harus berhati-hati melaksanakannya." kata Jessica yang sedang memeriksa kamera.

Herry menghela nafas lalu melirik ke arah Sophie, Herry sedikit merasa takut dengan ekspresi Sophie yang sudah siap untuk membunuh orang.

"S-Sophie kau tidak apa-apa?"

"Tidak, aku tidak apa-apa," kata Sophie dengan nada datar.

"(Bagaimana kau bisa mengucapkan itu dengan datar!)"

Jessica pun selesai memeriksa kameranya dan menghela nafas.

"Baiklah, aku akan mulai. Kalian, aku mohon bantuannya." kata Jessica lalu masuk ke ruang ganti.

"Tenang saja."

"Biar kami yang menjaga di luar, kau fokus lah merekamnya."

Jessica pun masuk kedalam dan mulai merekam pertarungan mereka, sementara Herry dan Sophie berjaga di luar agar tidak ada yang mengganggu Jessica yang sedang merekam. Sementara diluar, Julio sedang bertarung melawan Rio sampai tujuan terakhirnya selesai. Tanpa di sangka oleh yang lain, Chelsea, Luna dan Latifa ikut terlibat dalam rencana berbahaya ini.

"(Apa yang kau pikirkan sebenarnya… Kakak?)"

Dan tujuan mereka semua sama, yaitu untuk melindungi… orang yang berharga bagi mereka.

"Huaaa… Chelsea, sebenarnya mau apa kita kebelakang sekolah?" tanya Luna yang sedang di tarik oleh Chelsea.

"Diamlah! Nanti kau juga tahu sendiri."

"Haaa… tangan ku sakit, bisa tidak aku berlari sendiri saja?" tanya Latifa yang merasa sakit karena tangannya di tarik oleh Chelsea.

"Oke! Tapi kau harus mengikutiku!"

Chelsea pun langsung melepaskan genggamannya pada tangan Latifa.

"Hey… boleh tidak aku juga lari sendiri?" tanya Luna.

"Tidak! Lari mu lambat!"

"Heeeee!?"

Chelsea dan lainnya pun bergegas menuju belakang sekolah, Selvia yang sedang berjalan bersama temannya tidak sengaja melihat Chelsea dan temannya berlari menuju belakang sekolah SMA 1, Selvia merasa penasaran dengan apa yang dilakukan Chelsea di belakang sekolah SMA 1.

"(Chelsea?)"

"Hey, Selvia. Bukannya itu ketua osis dari SMP 1?" tanya teman Selvia.

"Um, yah seperitnya begitu."

"Mau kemana ya dia?"

"Mana aku tau, mau mengikutinya?"

"Eh!? Memangnya tidak masalah?"

"Tidak, jika di tanya mau apa, kita jawab saja hanya kebetulan lewat."

"Wah, pintar."

"Sekalian panggil yang lain."

"Memangnya kenapa?"

"Karena… aku merasa telah terjadi sesuatu dibelakang sekolah kita."

Selvia menyuruh temannya untuk memanggil teman-teman yang lain, ia merasakan sesuatu yang buruk sedang terjadi dibelakang sekolah SMA 1.

To be continue

=======================