Chereads / school girl / Chapter 7 - Makan malam

Chapter 7 - Makan malam

"Oke siap"emilia tersenyum kecil.

"Kakak, gendong dong"elika mengangkat tangannya dengan wajah imutnya.

"Oke"emilia mengendong elika di pelukannya, "nyamankan"emilia tersenyum kecil.

"hihihi, iya pelukan kaka sama seperti mama"elika memeluk sangat erat.

"Begitu ya, (maaf mama, papa aku dan kakak belum memberitahukan kabar sebenarnya) "emilia dengan tatapan kosong biasanya.

"Ting-ting"bunyi bell rumah.

"Pasti itu Kakak"elika senang melihat emilia.

"Hemm"emilia mengangguk dengan tatapan kosongnya.

Emilia mengendong elika menuju pintu depan, "ceklek"bunyi kunci terbuka.

"Aku pulang"aku tersenyum senang.

"Selamat datang"emilia tersenyum kecil.

Mendadak aku merasa aura yang aneh dari belakang, aku melihat ke belakang ternyata ran, dan ricka dengan tatapan aneh.

"(Kenapa dengan wajah mereka) Kalian tidak masuk"aku meneteskan sedikit keringat.

"Apa ren itu siapamu? Istrimu ya... Mana mungkin kau seburuk itu ren! "Ran menggaruk-garuk kepalanya seperti gatal dengan reaksi terkejut.

"Parah"ricka menutup mulutnya.

"Huh, kenapa kalian ini? "Aku dengan tatapan bodoh.

"Kakak emilia siapa mereka, wajahnya serem"elika menutup wajahnya di dada rata emilia.

"Kakak mereka siapa? "Emilia dengan tatapan kosongnya namun aura amarahnya terlihat.

"Mereka teman sekolahku emilia"aku agak ketakutan.

"Kakak!"ran berteriak kecuali ricka.

"Ya dia, adikku tahu"aku menujuk emilia, dan elika.

"Untunglah"ran menyentuh dadanya.

Emilia menatap ran dan ricka dengan tatapan kosongnya, namun aku merasa aura mengerikan di sekitarnya, emilia masuk kedalam dengan elika meninggalakan kami.

"(Aduh di merajuk) "kataku dalam hati, "baik cepat kalian masuk? "Aku berjalan mendahului ran, dan ricka.

"Permisi"kata mereka.

Kami masuk dan aku melihat makan yang sudah siap, di meja makan dengan emilia dan elika, emilia masih menatapku agak kesal sedangkan elika bingung.

"Cepat duduk"emilia menyilangkan lengannya.

Kami bertiga duduk di meja makan, dan emilia menatap ran dan ricka dengan tatapan polosnya namun menindas mereka.

"(Kenapa bulu kudukku agak naik) "ran menyentuh lehernya.

"(Kok dingin) "ricka mengosok kedua tangannya.

"Jadi kakak, apa hubungan kakak dengan mereka? "Kata Emilia dengan tatapan kosongnya.

"Kan sudah aku bilang mereka temanku"aku meyakinkan emilia.

"Oh begitu jadi bisa, kalain memperkenalkan diri? "Emilia dengan nada sopannya.

"Namaku Ran kenji"dengan nada semangatnya.

"Dan namaku ricka Melina"ricka menatap emilia dengan tatapan yang sama.

"(Imut) "emilia dalam hati dengan pipi agak memerah melihat ricka.

Mendadak ricka agak canggung melihat emilia, "(kenapa dengan dia kok tatapannya berbeda kepadaku?) "ricka menelan ludahnya.

"Baik kalau begitu silahkan makan"emilia dengan pipi agak memerah.

"Baik selamat makan"kata kami semua.

Kami mulai makan malam, dari emilia yang memberikan makanan terlalu banyak kepada, ricka, sampai ran yang makan terlalu banyak, aku hanya makan bersama elkia dan sekali-kali aku menyuapi dia, tapi entah kenapa aku merasa agak senang walaupun makan malam hari agak kacau tidak seperti biasanya.

Selesai makan malam kami menuju ruang tamu, untuk nonton TV, aku melihat ran yang menonton film dengan elkia, sedangkan emilia memberikan peremen bauatanku kepada ricka,"huh hari yang melelahkan"aku berbaring diri di ruang tamu dan entah kenapa aku merasa ingin tidur.

Tak beberapa lama aku terbangun dan tidak melihat ran, ricka di ruang tamu termasuk emilia, dan elika, "kemana mereka, huhhh mandi ah habis itu langsung tidur"aku meregangkan badanku dan pergi menuju kamar mandi.

Aku melepaskan semua pakaianku dan menyisaakan celana pendekku, aku mendengar suara cipratan air, "(apa ada orang di dalam) "aku menyentuh pegangan pintu dan mencoba membukanya, ternyata tidak di kunci, "(mungkin tidak ada orang) "aku membuka pintu, dan melihat banyak kabut air panas.

"E... "Aku terdiam melihat ran,ricka dan emilia sedang telanjang bulat, "(kenapa mereka ada di kamar mandi sial!,kalau begini aku harus biasa saja) maaf mengangu...."aku menutup pintu namun.

"Brukkk"lemparan ember tepat di wajahku,aku melihat sekilas yang melempar ran dengan pipi memerah.

"Mesum, dasar ren pa

...padahal ayahaku saja belum lebih melihat tubuh telanjangku"ran gerogi dengan pipi memerah.

Ricka menutup tubuhnya dengan tangan, "mesum"suara pelan ricka.

"Huh"emilia menatap dengan tatapan kosong dan polosnya.

"Aduh maaf soalnya kalau emilia aku sudah biasa dengan dia"aku menggaruk kepalaku.

"Su...su.. Sudah biasa jangan-jangan ren kau? "Ran menutup mulutnya dengan wajah syok.

"Mustahil"ricka dengan tatapan kosong.

"(Biasa maksud kakak apa?)"emilia berpikir.

"Yang paling utama cepat  keluar"ran,ricka meneriakiku.

Aku keluar, karena teriakkan ricka, dan ran.

"Astaga ada apa dengan mereka? "Aku dengan nada suara agak malas.

Tak beberapa aku malah di sidang di ruang tamu, dengan ricka dan ran sedangkan emilia diam saja dengan tatapan bingung.

"Baik terdakwa ren, apa kau tahu apa kesalahan anda"ran dengan pipi merahnya,nada suara seperti hakim.

"E... Ada apa dengan kalian"aku bingung.

"Baik bagaimana terdakwa dinyatakan? "Ran menujukan pipi makin merah.

"Bersalah"ricka dengan nada semangat.

"E..... (Apa salahku?) "aku berteriak dalam hati.

"Ren bersalah atas tuduhan mengintip? "Ran menujukan wajah seperti iblis.

"Hemm"ricka mengangguk.

"Anu,tapi biasanya aku dengan emilia mandi telanjang biasa aja"aku menunjuk tangan.

"Apa!!"ran, ricka berteriak.

"Apakah benar nona emilia? "Ran dengan wajah syoknya.

"Hem"emilia mengangguk, "benar malah sering lagi"emilia dengan tatapan polosnya.

Mendadak ricka syok namun, ran berdiri dan"brukkk"dua melempar meja kearahku.

Aku terbaring karena lemparan telak tepat di wajahku.

"Mesum, ren bodoh, bodoh ,bodoh! "Ran berteriak.

"Aduh maaf aku tidak akan mengintip lagi aku janji"aku menundukan kepalaku.

"E..... Ehm baiklah kami maafkan, dan juga besok kamu tidak boleh mandi lagi denga emilia"ran memeluk emilia.

Emilia hanya diam saja dengan tatapan kosongnya,"baik aku tidak akan mandi dengan kakak lagi"emilia tersenyum.

"Dan juga ren kau harus bertanggung jawab karena sudah melihat tubuhku, aku tidak bisa menikah lagi, wahhhh"ran menangis sangat kencang.

"Aku juga tidak bisa menikah lagi"ricka dengan nada suara agak kesal namun biasa saja.

"E... Aduh kalau begini aku harus bertanggung jawab, apakah kalian mau menikah denganku?"aku memegang tangan ran, dan ricka.

Mendadak wajah ran dan ricka memerah, "kecepetan tahu"ran dan ricka memukulku tepat di pipi, ricka di kanan, sedangakan ran di kiri.

"Astaga kaka bodoh ya"emilia menatap aneh kearahku yang terbaring karena pukulan ran, dan ricka.

Tak beberapa lama ran, dan ricka pun pamit pulang, aku mencoba mengantar mereka ke depan setasiun namun mereka menolaknya.

"Hehehe, ren kau pikir penculik bisa menculik kami"ran dengan nada sombongnya.

"Mana mungkin mereka bisa menculik kami"ricka dengan suara bosan, "kalau mau tahu orang yang di sampingku ini telah mengabiskan semua preman di jalan sendirian tanpa luka sedikitpun"ricka menujuk kearah ran.

"Hem"ran mengelus hidungnya, "biasa saja tahu, tenang saja ren jangan khawatir kan kami "ran tersenyum.

"Baiklah(tapi maaf aku tidak bisa membiarkan gadis berjalan sendirian di gelap malam) "aku tersenyum.

"Kami pamit pulang ren, dan juga makan malam enak"ran senang.

"Permisi "ricka menunduk kepala dan berajalan bersama ran.

Aku melihat mereka yang sudah agak menjauh, tidak masalah aku mengkunci pintu rumah, soalnya emilia dan elika sudah tertidur, aku berjalan dan mengikuti mereka diam-diam.

Tak beberapa lama aku mengikuti mereka dan melihat ada laki-laki yang mungkin lebih tua dariku dia, dan teman-temannya mengepung ricka dan ran, "baru saja aku khawatir ternyata benar perkiranku"aku dengan wajah agak kesal.

"Hai nona mau main dengan kami, hihihi"laki-laki tersebut megepung ran dan ricka.

"Lebih baik kalian menyingkir dasar sampah"ran tersenyum.

"Huh apa katamu"laki-laki tersebut marah.

"Berani sekali mereka dengan bos"salah satu orang menatap kesal ran.

"Baik senpai duluan aja, aku harus membersihkan sampah"ran membunyikan jarinya dengan mata mengerikan.

"Baik aku duluan"ricka begerak sangat cepat dan melewati preman.

"Sejak kapan dia, namun dia meningalkan temannya, hihihi"laki-laki tersebut tertawa melihat ran yang tersenyum, "kalau begitu ayo "dia memegang tangan ran namun.

"Bukkk"pukulan tepat di wajah preman tersebut.

"Huh sampah seperti, kalian akan aku perlihatkan mimpi buruk"Ran tersenyum mengerikan.

Ran memukul semua preman dan hanya satu yang masih berdiri, "maafkan aku"pereman tersebut terjatuh dan melihat wajah ran.

"Hihihihi, maaf sudah terlambat "ran tersenyum dan memukulnya dengan tenaganya.

"Bukk-bukkk"ran menginjak semua tubuh preman tersebut dengan tatapan mengerikan, "bagaiamana huh rasanya di pukul wanita, hahaha"ran tertawa mengerikan, mendadak mata ran tertuju ke tempat persembunyianku, "woi kau yang disana keluar"ran dengan naga suara mengerikan.

"(Astaga ran benar-benar monster) "aku meneteskan keringat dan keluar.

Mendadak wajah ran memerah melihatku, "ren kenapa kau ada disini"ran dengan suara pelan.

"Maaf soalnya aku agak khawatir"aku mengelus kepalaku.

"Aduh, (kenapa ada ren segala padahal aku dalam mode bertarung sial)"ran meneteskan keringat.

"Aku khawtir tahu"kataku.

"(Khawatir apa maksudnya jangan-jangan ren mau menembakku) "ran membayangkan ren dengan suara yang berbeda.

"Sial ambi ini"preman tersebut mengeluarkan pisau dan mencoba menusuk kaki ran.

"Bukkk"aku menendang dia sampai menghantam tembok.

"(Cepat) "ran meneteskan keringat.

"Apa kau baik-baik saja"aku mengecek tubuh ran.

"Hem"ran mengangguk, "terima kasih"suara pelan ran.

"Sama-sama, hihihi"aku tersenyum lebar sambil mengelus kepal ran.

Ran tersenyum senang, tak beberapa lama aku menelpon kepolisian,untuk membawa preman tersebut, kami meningalkan preman Tersebut karena polisi sudah datang, dengan cepat aku berajalan dengan ran menuju stasiun dia hanya menujukan pipi memerahnya,"(aku tidak menyangka ran ternyata saat bertarung mengerikan namun dia ternyata manis juga) "aku tersenyum melihat ran.

Ran diam saja dan memegang tanganku, aku bingung dan memegang tangannya juga, mendadak wajah ran makin merah,"(aduh malunya kenapa aku menyentuh tangan ren dan juga, kenapa dia membalas memegang tanganku jangan-jangan dia suka aku)"ran dengan pipi memerahnya.

"(Ternyata ran, tidak biasa berajalan sendiri ya,seperti anak kecil aja) "aku tersenyum melihat ran.

Tak beberapa lama kami sampai di rumah ran, ulang tepat disamping mini market rumahnya terlihat seperti gaya bangunan zaman dulu.

"Ren terima kasih"ran menutup mulutnya.

"Sama-sama"aku tersenyum.

Mendadak ran menijit kerahaku karena kau lebih tinggi darinya, dia memajukan sedikit bibirnya.

"(Kenapa dia memajukan bibirnya,oh aku tahu)"aku merogo kantung celanaku dan.

Aku menaruh permen di mulutnya,"hihihi,enak kan"aku tersrnyum senang.

Aku melihat wajah ran yang bingung karena permen yang ada di mulutnya,"ini aku kasih lagi"aku menaruh permen di tanganya,"aku pulang ran"aku melambaikan tanganku dan pergi meningalakn ran.

"Dasar peka"ran dengan pipi memerah dan masuk ke dalam rumah.

Bersambung

Behind the scane

"Aku pulang"ran membuka pintu rumahnya.

"Stare"ran melihat ayahnya yang melotot seperti hantu di samping pintu.

"Ada, apa ayah"ran bingung.

"Tidak ada apa-apa kok"ayah ran dengan nada mengejek.

"(Ada apa dengannya, e.... Tunggu dulu) wahhhhh"ran berteriak, "(jangan-jangan ayah melihat tadi aku mau mencium bibir ren) "ran mendadak pusing dengan pipi memerah sambil melihat ayahnya.

"Pfttt"ayahnya menahan tawa.

"Ayah melihatnya"ran mendadak di depan ayahnya.

"Enggak kok"ayah ran menahan tawa.

"(Dia lihat) lupakan, yang tadi ayah atau, ayah akan mendapatkan masalahya"ran tersenyum mengerikan dengan membunyikan jarinya.

"Baik nona ran"suara pelan ayah ran.