Chereads / Singgasana Magis Arcana / Chapter 43 - Profesor Sejati

Chapter 43 - Profesor Sejati

Setelah dia membaca singkat beberapa formula di artikel, Lucien menyadari jika formula di dunia ini pada dasarnya hampir sama dengan apa yang dia sudah pelajari di sekolah. Jika tak ada kesalahan hitung, penyihir seharusnya bisa menemukan planet itu. Namun, tak ada yang berhasil sampai di planet yang dimaksud, termasuk si penulis.

"Aneh sekali ..." Lucien berpikir dalam hati dan merasa bingung. Kemudian, dia melihat kata pengantar sang penulis:

Oliver Constantine – Arcanis agung; Archmage legendaris; Tingkat tiga di profesi 'Hand of Annihilation'.

"Tampaknya gelar arcanis agung ini bahkan lebih unggul dari archmage legendaris. Kedua gelar itu juga tak sama. Mereka harusnya termasuk pada sistem penilaian atau sistem peringkat yang berbeda. Archmage legendaris ditentukan berdasarkan seberapa kuat seorang penyihir, sementara arcanis agung tergantung pada kontribusi seseorang dalam kajian Arcana ..." Lucien menebak. Lalu, saat dia melihat gelar-gelar penulis lain di jurnal, pemikirannya terbukti benar. Semuanya punya dua gelar berbeda. Misalnya, 'Arcanis tingkat 8, penyihir Astrologi lingkaran ke-9', 'Arcanis tingkat 6, penyihir Elemen lingkaran ke-8". Lucien juga menyadari kalau peringkat arcana kebanyakan penulis ini lebih rendah dibanding peringkat kekuatan sihir mereka. Karena itu, pencapaian di bidang akademik tampaknya lebih sulit.

Beberapa artikel lainnya yaitu:

'Kajian tentang Getaran Senar pada Beberapa Sihir'

'Pengantar Singkat Metode Diferensial dan Seri Infinite'

'Gagasan tentang Masalah Tujuh Jembatan'

'Transformasi Timbal Balik Antara Listrik dan Daya Magnet dalam Sihir'

...

'Elemen Baru yang Terdeteksi oleh Metode Baru'

'Perdebatan Abadi: Apakah Kekuatan Spiritual Ada dalam Bentuk Gelombang atau Partikel – Kajian tentang 'Badai Jiwa''

...

Sementara Lucien sedang membaca buku, murid penyihir lain diam-diam mengamatinya.

Setengah jam kemudian, Lucien sudah punya gambaran jurnal itu secara garis besar.

Kajian arcana di dunia ini dapat dipahami dengan ilmu pengetahuan di bumi. Perkembangan matematika dan fisika di sini hampir sama dengan perkembangan di pertengahan abad ke-18 di bumi. Kalkulus pada dasarnya telah dikembangkan, saat terjadi perkembangan pesat pada geometri. Perkembangan di Mekanika dan elektromagnetisme juga dikembangkan lebih jauh di dunia ini. Pada saat yang sama, beberapa mantra di sini sulit dipahami dengan ilmu pengetahuan bumi. Contohnya, Space Jump.

Sedangkan, perkembangan Elemen Sihir hampir sama dengan tingkat perkembangan kimia pada awal abad ke-19 di bumi. Para peneliti atau arcanis ini telah menentukan partikel apa yang bisa disebut sebagai elemen dan menyadari jika tanah, api, angin, dan air sebenarnya bukan elemen. Selain itu, mereka juga sudah mulai mengukur berat atom.

Tapi, jurnal ini diterbitkan 20 tahun lalu. Lucien berspekulasi kalau tingkat perkembangan di arcana saat ini harusnya sudah lebih maju.

Setelah menutup jurnal tersebut, Lucien menyadari jika semua murid yang hadir sedang memandangnya. Dia tersenyum dan bertanya, "Ini buku yang sangat menarik. Boleh aku pinjam ini untuk sekitar dua minggu?"

"Asalkan kau bisa menjawab pertanyaanku, Pak Professor." Suara Philosopher terdengar sangat tua.

"Tentu, Philosopher. Kau bisa tanya sekarang." Lucien tahu murid yang lebih tua itu sedang mencoba mengujinya, tapi Lucien cukup percaya diri. Dia yakin pengetahuan yang dia miliki harusnya cukup untuk menjawab beberapa pertanyaan penyihir tingkat murid.

Philosopher mengeluarkan setumpuk kertas berisi kata-kata dan angka, "Professor, karena spesialisasimu di Elemen dan Astrologi, aku punya beberapa pertanyaan mengenai artikel pertama di jurnal ... Saat aku pertama melihat formula-formula yang dapat memprediksi orbit bintang, aku sangat tertarik. Tapi, aku tidak paham bagaimana mereka mendapatkan formula itu dan kenapa mereka sungguhan berguna. Bisakah kau menerangkannya pada kami, Pak?"

Tampaknya semua murid penyihir yang hadir punya pertanyaan yang sama. Semuanya berbalik dan menunggu penjelasan Lucien.

Sesuai dugaan Lucien, apa yang ditanyakan Philosopher berkaitan dengan cara kerja benda langit. Dia menjawab dengan tenang, "Pertanyaanmu terlalu besar untuk dijelaskan dalam sekali penjelasan, karena itu menyangkut terlalu banyak aspek yang berbeda. Malam ini aku akan menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dasar formula itu dan bagaimana menggunakannya. Apa kau tidak keberatan?"

"Tentu, Pak Professor." Philosopher menjawab dengan sopan.

"Simbol ini melambangkan konstanta gravitasi. Beberapa dari kalian mungkin bertanya apa itu gravitasi. Nah, gravitasi adalah kekuatan yang membuatmu jatuh kembali ke tanah saat kau melompat tanpa menggunakan sihir apapun. Kekuatan yang membuat apel jatuh. Fenomena-fenomena ini bukan kehendak Tuhan. Mereka seharusnya tidak dipercaya begitu saja ..."

Luncien coba membuat penjelasannya sederhana. Saat murid lain menyela untuk bertanya kenapa, dia hanya menjawab seperti ini, "Untuk menjelaskan pertanyaan ini, banyak konsep dan prinsip lain yang terlibat. Mereka tidak bisa dipahami saat kau masih merupakan penyihir tingkat murid. Setelah kau jadi penyihir sejati, pertanyaan-pertanyaan ini akan lebih mudah dipelajari."

Lucien menjawab demikian karena Lucien sendiri sebenarnya juga tak betul-betul paham dengan prinsip-prinsip yang mendasari formula tersebut.

Philosopher menghela napas pasrah, "Belajar di dunia sihir tidak ada habisnya. Sebelumnya aku pikir aku sudah membuat kemajuan di bidang ini, tapi aku baru menyadari aku masih sangat jauh untuk itu."

Murid lain juga mengangguk. Mengenai formula-formula ini, meski 'Professor' misterius itu tak menjelaskan 'kenapa', dia memang menjelaskan 'bagaimana'. Dengan hal ini, mereka diberikan gagasan baru tentang bagaimana menganalisis dan menyusun banyak struktur sihir baru.

Setelah Lucien menyelesaikan 'kuliah'nya, Philosopher terdiam. Setelah beberapa detik, dia meraih pena bulu dan mulai menulis angka di selembar kertas dengan penuh semangat. Murid lain juga fokus berpikir.

"Pak Profesor, aku mau minta maaf karena sempat menyangka kau pembohong ..." White Honey adalah wanita yang tak bicara banyak sebelumnya, "Kau adalah penyihir paling elegan dan terpelajar yang pernah kutemui." Meski dia coba membuat suaranya terdengar seperti wanita tua, dia terlalu gembira untuk menyembunyikan suara aslinya yang menawan.

Dari komentarnya, Lucien, Smile, dan Oak segera menarik kesimpulan penting: White Honey adalah anggota lebih dari satu kelompok murid.

Lucien menjawab dengan suara paraunya yang dibuat-buat, "Aku memaafkanmu. Aku sebenarnya tak terlalu peduli dengan apa yang orang lain pikir tentangku. Pengetahuan dan kekuatanku selalu menjadi milikku."

...

Kemudian, saat White Honey, Smile, dan Oak bertukar bahan sihir, Lucien juga ikut membeli beberapa.

Philosopher meletakkan tangan kanan di dahinya dan membungkuk dalam-dalam ke arah Lucien. Itu adalah gaya para penyihir kuno.

"Aku mau menyampaikan rasa terima kasihku yang tulus padamu, Pak Guru." Philosopher berkata dengan gembira, "Penjelasanmu menjawab banyak pertanyaanku. Aku harap dengan bantuanmu aku bisa mengetahui bagaimana menganalisis kunci lingkaran pertama sihir Astrologi, agar aku bisa jadi penyihir sejati. Pak Profesor, sebagai rasa terima kasih, aku harap kau mau menerima satu set peralatan laboratorium ini. Selain itu, kau juga bisa memilih salah satu barangku di sini."

"Pak Profesor, aku dengar kau butuh Jamur Mayat. Aku sudah membawanya ke sini. Aku tidak yakin apa kau bersedia menjawab pertanyaanku ..." Mercury adalah wanita lain di kelompok ini. Dia terdengar gugup tapi juga bersemangat.

Murid lain juga sedang menatap Lucien dengan hormat, berharap dapat belajar lebih darinya.

Lucien mulai merasa seperti 'Profesor' sejati sekarang.