Seluruh proses itu tampak sangat mudah, karena Mo Wuji hanya butuh beberapa menit untuk meluncur sejauh tiga meter dari puncak tebing. Setelah tiba di jarak sejauh itu, dengan bantuan cahaya bulan yang samar-samar dan redup, Mo Wuji dapat melihat pedang yang patah itu dengan sangat jelas.
Gagang pedang yang patah itu tampak terkunci ke dinding tebing oleh sebuah kunci dengan bercak-bercak karat. Mungkin karena bertahun-tahun diterpa angin dan hujan, kualitas dari setengah bagian pedang yang patah ini tidak sebagus setengah bagian pedang yang ia temukan di Gunung Formless Blade.
Mo Wuji tidak peduli tentang kualitas hulu pedang yang patah itu. Lagipula, yang ia inginkan bukanlah pedangnya, melainkan apa yang ada di dalam pedang itu. Selain itu, ia tidak berniat untuk mengambil pedang itu.
Mo Wuji tidak panik atau terburu-buru, bahkan jika gagang pedang itu sudah tepat di depannya. Sebaliknya, ia memilih untuk memperlambat lajunya dan menenangkan dirinya. Ini adalah kebiasaan yang ia kembangkan selama bertahun-tahun dalam penelitian botani: Semakin penting sesuatu yang ia hadapi, semakin ia berhati-hati.
Ketika Mo Wuji berada pada jarak kurang dari satu meter di atas pedang yang patah itu, tiba-tiba sebuah kekuatan besar menerpa Mo Wuji, hingga ia terlempar kembali ke atas tebing dan terjatuh ke tanah. Mo Wuji merasa seolah-olah ada angin aneh yang menyebabkannya jatuh ke tanah dengan keras di atas tebing. Meskipun berada di Tahap Channel Opening Level 4, posisi jatuhnya ini menyebabkan Mo Wuji memuntahkan darah, dan sekaligus salah satu tulang rusuknya patah.
Mo Wuji tergesa-gesa mengambil pisau tajamnya dan mengarahkannya ke arah tebing jurang. Untung saja kekuatan yang besar itu datang dan pergi dengan sangat cepat. Tampaknya kekuatan itu hanya bermain-main dengan Mo Wuji kemudian menghilang tanpa jejak.
Mo Wuji sedikit takut dengan apa yang baru saja terjadi, maka ia dengan cepat mengambil sebutir pil dari sakunya dan menelannya. Jelas-jelas malam ini tidak berangin, namun ia begitu saja disapu oleh kekuatan itu.
Setelah memikirkan legenda gaya tarik gravitasi di Tebing Hanging Sword ini, Mo Wuji tidak berani untuk bertindak sembrono. Akhirnya ia menenangkan dirinya sekali lagi setelah memeriksa tebing itu dengan hati-hati selama beberapa saat. Ia yakin bahwa kali ini angin kencang itu tidak akan datang lagi.
Dua menit kemudian, Mo Wuji sudah berdiri di sebuah dataran rata di sisi tebing, di situlah tempat pedang itu berada. Di bawah Mo Wuji, ada jurang yang gelap gulita, Mo Wuji bahkan bisa merasakan aura yang sangat besar dan perasaan merinding dari bawah hingga ke tempatnya berada. Seolah-olah berbagai macam monster sedang memanggil-manggil namanya dari dalam kegelapan di bawah jurang itu. Mo Wuji hanya bisa merinding.
Mo Wuji sangat amat yakin bahwa ini bukan sekadar ilusinya saja. Ia mungkin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan para Ahli Pil lainnya, tapi seharusnya ia bisa dianggap sebagai seorang kultivator yang kuat di mata para manusia biasa.
Setelah menyaksikan betapa anehnya Tebing Hanging Sword ini, Mo Wuji menjadi sangat berhati-hati saat perlahan-lahan ia naik ke tebing. Alih-alih segera meraih pedang yang patah itu, Mo Wuji menggunakan pisaunya untuk mulai menggali lubang untuk berlindung jika ada kekuatan besar menerpanya lagi.
Gaya tarik gravitasi yang diceritakan dalam legenda-legenda itu belum muncul. Begitu gravitasi itu muncul, siapa yang tahu apakah talinya sudah cukup untuk membuatnya aman? Bagaimana kalau ia tiba-tiba memicu serentetan reaksi saat ia menyentuh pedang patah itu? Masih ada banyak waktu sebelum fajar menyingsing, sehingga tidak ada salahnya untuk melakukan lebih banyak tindakan pencegahan.
Karena ia sudah berada di Tahap Channel Opening Level 4, Mo Wuji hanya membutuhkan sedikit energi dalam menggali lubang untuk tempat berlindung dirinya sendiri.
Dalam melakukan hal-hal seperti ini, satu hal yang tidak pernah kurang dari diri Mo Wuji adalah kesabaran. Dahulu saat ia berada di Bumi, seorang guru pemurnian obat pernah berkata kepadanya bahwa: Jika seseorang memiliki ketekunan dan kesabaran, maka pekerjaannya sudah selesai separuh, dan separuhnya lagi bergantung pada keterampilan. Jika seseorang hanya bersikap cemas dan tidak sabar, ia telah gagal 90% dari pekerjaannya, dan 10% sisanya bergantung pada keberuntungan.
Nasihat ini tertanam dalam-dalam di hati Mo Wuji, maka dari itu ia telah berhasil berkali-kali dalam semua pekerjaannya.
Setelah Mo Wuji selesai menggali lubang tempat berlindungnya, barulah ia mengulurkan tangan untuk meraih gagang pedang itu dengan hati-hati.
Segala sesuatunya tampak tenang. Tidak ada tarikan gravitasi atau kekuatan yang besar seperti sebelumnya yang menyapu Mo Wuji hingga melayang.
Mo Wuji menghela nafas lega. Ia menggunakan satu tangan untuk berpegangan pada lubang tempat berlindung yang dibuatnya, satu tangan lainnya meraih dan membalikkan gagang pedang yang patah itu, lalu mendekatkannya ke dirinya.
Ada dua kata yang diukir dengan tidak jelas ke gagang pedang: Luo qu. Yan Qianyin ternyata tidak berbohong tentang asal usul pedang ini. Pedang ini memang milik Mo Luoqu. Karena ia terbiasa meneliti sesuatu, hanya butuh beberapa saat bagi Mo Wuji untuk menyadari bahwa kedua kata ini diukir di gagang itu jauh-jauh hari setelah pedang itu dibuat. Kata-kata asli di atas gagang itu tampaknya seperti telah ditutup-tutupi oleh ukiran nama Mo Luoqu. Sepertinya awalnya ini bukan pedang Mo Luoqu, dan ia hanya mengukir namanya setelah ia menyadari ia menyukai pedang ini.
Meskipun ada beberapa lumut di pedang itu, namun pedang itu masih terlihat sangat mulus. Saat Mo Wuji dengan hati-hati menggunakan pisau di tangan satunya untuk membersihkan lumut di atas pedang, kekuatan yang besar itu datang lagi.
Meskipun Mo Wuji hanya menggali sebuah lubang kecil untuk dirinya sendiri, kekuatan yang menerpanya begitu besar sehingga ia menghantam keras ke dinding lubang yang ia gali. Ia hampir mematahkan lengannya karena hantaman ini.
Setelah kekuatan ini mereda, tiba-tiba kekuatan yang bahkan lebih hebat langsung datang menyusul. Kali ini, energi kekuatan ini berasal dari bawah. Tarikan gravitasi yang kuat langsung mempengaruhi Mo Wuji, dan menariknya ke bawah.
Mo Wuji menggunakan semua kekuatannya untuk mempertahankan posisinya. Untung saja kekuatan tarikan gravitasi ini hanya menerpanya secara vertikal ke bawah. Jika kekuatan itu menariknya ke arah lain, ia pasti sudah terlempar dengan mudah, tak peduli seberapa kuat ia berpegangan untuk mempertahankan posisinya di dalam lubang.
*Krak...* Mo Wuji mendengar suara tulang yang retak di kaki kirinya. Mo Wuji mengertakkan giginya dan berpegangan lebih erat lagi demi menyelamatkan nyawanya.
Diam-diam ia merasa lega bahwa ia sudah berhati-hati dan membuat lubang sebagai tempat persembunyiannya jika ada keadaan darurat. Tarikan gravitasi itu begitu mengerikan, tongkat baja tempat ia mengikat talinya bisa saja akan ikut tertarik dan jatuh ke jurang Tebing Hanging Sword. Bahkan jika tongkat baja itu tidak terlepas dari atas tebing, tubuh Mo Wuji masih akan tercabik-cabik.
Setelah setengah jam penuh, kekuatan gravitasi itu menghilang. Mo Wuji cepat-cepat menelan sebutir pil. Setelah itu, ia bergegas untuk menyingkirkan lumut di permukaan pedang itu.
Setelah membersihkannya dari lumut, pedang yang patah itu kini terlihat lebih rata. Mo Wuji menggunakan pisau pendeknya untuk menusuk retakan yang ada di pedang itu. Seperti yang sudah ia harapkan, pisaunya menusuk dan membuka sebuah lubang kecil. Mo Wuji tidak melebarkan lubang itu, tetapi ia menggunakan sebuah kait untuk meraih sesuatu di dalam lubangnya. Hanya dengan satu kali percobaan, ia berhasil mengait sutra tipis dari dalam lubang itu. Sutra itu sama seperti yang ia miliki.
Merasa gembira, Mo Wuji menyimpan sutra tipis itu di sakunya sebelum mengembalikan keadaan pedang itu seperti semula. Ia berusaha membuat retakan itu menjadi tidak terlihat begitu jelas, lalu dengan hati-hati ia menaruh lumut-lumutnya kembali ke tempat sebelumnya.
Mungkin tindakan ini berlebihan, tapi Mo Wuji tidak keberatan sama sekali. Apa pun pekerjaannya, seseorang harus menyelesaikannya dengan cermat. Terkadang, insiden yang kita pikir tidak akan pernah terjadi malah benar-benar terjadi.
Tidak ada yang tahu berapa lama pedang itu ada di sini, dan mungkin tidak ada akan yang memperhatikannya dalam waktu yang lama. Namun, Mo Wuji tidak berpikir seperti itu. Ia percaya bahwa jika ia sendiri bisa menemukan sesuatu yang mencurigakan tentang pedang ini, maka kemungkinan ada orang lain yang juga bisa menemukannya.
Setelah menyelesaikan semuanya dengan benar, Mo Wuji dengan hati-hati meletakkan pedang yang patah itu kembali ke tempatnya. Saat ia melepaskan pedangnya, kekuatan aneh itu menyerang lagi. Mo Wuji bertahan di lubangnya, dan dengan sabar menunggu kekuatan itu menghilang secara bertahap.
Setengah jam berlalu sebelum kekuatan itu betul-betul mereda. Mo Wuji akhirnya bernafas lega, ia menunggu beberapa menit sebelum melepaskan talinya untuk bersiap pergi dari situ.
Sayang sekali ia tidak bisa mengisi lubang yang ia gali. Jika ia bisa, ia akan mengisinya lagi sebelum pergi.
Dengan menggunakan kemampuannya di Tahap Channel Opening Level 4 tanpa campur tangan orang lain, Mo Wuji sampai ke atas dengan bantuan talinya hanya dalam beberapa menit. Setelah menyimpan talinya, Mo Wuji kemudian menyimpan pisau pendeknya.
Dulu ia mengambil pisau pendek itu dari Hu Fei, dan pisau itu sudah menyelamatkan hidupnya berkali-kali. Sekarang Mo Wuji berada di Tahap Channel Opening Level 4, ia mengerti betapa luar biasanya pisau ini. Meskipun pisau itu bukanlah sebuah harta karun, seorang pandai besi mortal pasti tidak akan bisa membuat pisau seperti itu.