Mo Wuji tidak membantu Yan'Er berdiri. Ia bisa merasakan bahwa setelah Mo Xinghe menjadi gila, Yan'Er memikul tekanan dan penderitaan yang berat. Saat ini, Mo Wuji hanya memperhatikan bayang-bayang gedung-gedung tinggi di kejauhan sambil diam-diam mengepalkan tangannya. "Bahkan bila aku harus memulai dari awal, apa yang salah dengan hal itu?"
Meskipun sepertinya ada kerajaan di dunia ini, tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi mirip dengan yang ada di Bumi. Ada kendaraan umum serta perlengkapan dan alat elektronik. Bagaimana bisa ia masih takut untuk bertahan hidup?
"Yan'Er, ayo pulang dulu," kata Mo Wuji, sambil menatap gedung-gedung tinggi itu saat ia mengangkat Yan'Er yang masih tidak sanggup berdiri.
Meskipun ia terlahir dari Bumi, mungkin ia tidak bisa mendapatkan kembali Prefektur Qin Utara.
Mungkin pula mustahil untuknya menjadi seorang raja, tapi Mo Wuji masih percaya diri bahwa ia bisa mendirikan sebuah pijakan di sini. Lagipula, dulu ia adalah seorang ahli biologi dan botani yang hebat. Hal tersebut karena dia mampu mengekstrak esensi dari sejumlah tanaman dan mengolahnya menjadi sebuah larutan yang dapat membuka meridian, dan membuat kekasihnya sendiri membunuhnya. Akhirnya, itulah mengapa ia terlahir kembali di tempat ini.
Ia masih tidak yakin dengan kegunaan dan nilai dari larutannya itu. Keberadaan meridian masih belum jelas meskipun meridian sering disebutkan dalam obat tradisional Cina. Kenyataannya, ada berapa orang yang mampu membuktikan bahwa meridian itu ada dan menulis jurnal penelitian tentangnya?
Tapi, bisakah seseorang membayangkannya? Bagaimana jika meridian-meridian seseorang dapat diperluas hingga mereka bisa benar-benar dapat dirasakan? Seberapa kuat orang itu nantinya? Orang bisa berpartisipasi di lomba lari jarak jauh di Olimpiade atau lomba angkat berat dan masih punya kesempatan menang.
Satu-satunya hal yang tidak pernah ia bayangkan adalah kekasihnya, yang ingin ia temani sepanjang hayat hingga ajalnya, akan berkhianat melawannya. Sampai sekarang ia tidak habis pikir mengapa kekasihnya, justru di saat keberhasilannya, telah menusuknya dari belakang menggunakan sebilah pisau.
"Ya, Tuan…" Yan'Er akhirnya menenangkan dirinya, kedua matanya masih berkaca-kaca.
Mo Wuji dengan pasrah berkata, "Yan'Er, apa aku terlihat seperti seorang Tuan Muda? Mulai sekarang, panggil aku menggunakan namaku. Yang sudah lalu biarlah berlalu. Hari ini adalah awal yang baru. Namaku bukan lagi Mo Xinghe, melainkan Mo Wuji."
"Ya, Tuan." Jawab Yan'Er cepat.
Mo Wuji memutuskan tidak lagi membujuknya; beberapa kebiasaan memang terlalu susah untuk diganti. "Sebentar lagi langit akan gelap, mari pulang. Besok, aku akan pergi mencari kerja."
Meskipun Mo Wuji tidak pulang ke rumahnya, ia punya beberapa ide. Kematian orang tuanya dan kekayaannya yang telah habis membuat keluarga Mo bangkrut sejak lama. Setelah itu, Mo Xinghe menjadi gila. Sebagai salah satu dari tugasnya, Yan'Er harus bermain permainan bodoh ini dengan Mo Wuji. Namun, kenyataan bahwa mereka masih bisa bertahan hidup sudah bagus.
"Tuan tidak harus mencari kerja. Mulai sekarang, tidak usah keluar setiap hari. Aku bisa mencari pekerjaan lain. Hal itu sudah cukup." Setelah mendengar Mo Wuji berkata bahwa ia ingin mencari kerja, Yan'Er buru-buru mencegahnya.
Mo Wuji hanya menatap pada gaun sederhana Yan'Er yang sudah pudar warnanya, dan hiasan rambut biasa yang terpasang rambut kuningnya. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Beberapa hal memang tidak bisa hanya diungkapkan dengan kata-kata. Hingga kematiannya, Mo Xinghe tidak mengerti kesulitan yang dihadapi Yan'Er bersamanya.
…
Meskipun ada gerbang-gerbang kastil dan dinding-dinding tinggi di Kota Rao Zhou, namun tidak ada penjaga satupun. Siang atau malam, semua orang bebas untuk datang dan pergi.
Dalam kata lain, gerbang kota dan dinding-dinding kota Rao Zhao hanya sekedar simbol status dibandingkan dengan fungsinya sebagai bentuk pertahanan dari serangan.
Mo Xinghe berniat untuk mengembalikan negaranya dan tidak peduli dengan apa yang dikerjakan Kota Rao Zhao. Mo Wuji hanya bisa menemukan ingatan Mo Xinghe yang samar, bahwa Kota Rao Zhou adalah kota yang sangat sibuk.
Setelah mengikuti Yan'Er ke dalam kota, Mo Wuji seketika merasakan kesibukan dan keriuhan yang liar di Kota Rao Zhao. Jalanannya yang luas dipenuhi oleh orang-orang, toko-toko yang menyala terang berjejer di kedua sisi jalan. Mo Wuji bahkan menduga bahwa tempat ini adalah kota modern dari Bumi.
Area yang riuh ini bukanlah tempat di mana Mo Wuji bisa mencukupi kebutuhannya untuk tinggal. Setelah kedua orang itu melewati jalan yang sibuk dan berjalan kaki hampir satu jam, mereka tiba di sebuah area pemukiman yang berantakan. Di sini, bahkan lampu-lampu pun terlihat redup.
Mo Wuji dapat melihat di kejauhan sebuah tempat berantakan yang merupakan tempat tinggal mereka. Meskipun biaya sewanya hampir gratis, mereka masih belum mampu membayar uang sewa tempat itu. Jika bukan berkat rasa simpati pemilik rumah sewa itu, mungkin mereka tidak punya tempat untuk tidur.
"Aiyo, sang Raja telah kembali. Kita harus memberi jalan padanya," Mendadak muncul sebuah suara mengganggu serangkaian pikiran Mo Wuji.
"Hu Fei, minggirlah," Yan'Er, yang awalnya berada setengah langkah di belakang Mo Wuji, tiba-tiba melangkah maju, layaknya seekor macan tutul kecil yang marah, mendorong Mo Wuji ke belakangnya.
Di bawah cahaya lampu yang redup, Mo Wuji melihat seorang pemuda dengan rambut yang kaku oleh gel tebal. Meskipun tadi ia berkata akan memberi jalan untuk Mo Wuji, ia berdiri di tengah jalan tanpa menunjukkan niat untuk melakukannya.
"Adik Yan'Er, Kakak Hu secara khusus telah membawakan setengah kati daging babi untukmu. Kau malah melakukan ini padaku, membuatku sedih," kata Hu Fei
Perut Mo Wuji bergemuruh keras. Yan'Er, yang tadinya menyuruh Hu Fei untuk minggir, mulai ragu saat melihat bungkusan daun teratai itu.
"Bukankan ini lebih baik? Kau dan Kakak Hu sudah kenal lama…" kata Hu Fei, menghampiri dan menggerakkan satu tangannya untuk melingkari pundak Yan'Er. Meskipun ada bekas luka di wajah Yan'Er dan tubuhnya yang tidak berkembang dengan baik karena malnutrisi, dia masih memiliki fitur wajah yang cantik.
Mata Yan'Er menunjukkan tanda-tanda keraguan. Jika ia sendirian, dia tidak akan terganggu dengan Hu Fei. Tapi hari ini, Tuan Muda belum makan sepanjang hari dan perutnya berbunyi. Selain itu, tidak ada sebutir beraspun di rumahnya. Apa yang bisa ia berikan jika ia pulang?
Mo Wuji tidak tahu apa yang dipikirkan Yan'Er. Ia bahkan tidak menunggu hingga tangan Hu Fei sampai ke pundak Yan'Er, ia langsung menendangnya.
Hu Fei tidak menyangka Mo Wuji akan bereaksi seperti ini. Mo Wuji menendangnya tepat di dadanya.
Mo Wuji merasa seperti menendang sebongkah besi, dan harus mundur beberapa langkah dari pantulan yang kuat itu.
"Tuan, apakah anda tidak apa-apa?" Yan'Er berlari ke arah Mo Wuji dan membantunya berdiri.
Mo Wuji melihat Hu Fei yang hanya terpaksa mundur satu langkah dan terkejut. Tubuhnya saat ini memang sangat lemah dan bahkan tidak mampu menendang Hu Fei. Apakah Hu Fei seorang seniman bela diri?
"Kau sedang mencari mati ..." Hu Fei tidak menyangka Mo Xinghe yang lemah itu, yang hanya bermimpi menjadi raja, tiba-tiba melawannya. Dia menjadi marah, dan mengeluarkan pisau sepanjang sekitar 30cm dari pinggangnya dan bergegas ke arah Mo Wuji.
Beberapa orang yang lewat di depan mereka melihat Hu Fei berjalan cepat menuju Mo Wuji, tetapi tidak ada yang maju untuk membantunya. Mereka bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun.
"Hu Fei, cepat berhenti! Ini masih siang terik dan kau berani membunuh seseorang?" Wajah Yan' Er berubah pucat, tampaknya dia tidak menyadari bahwa hari itu sudah malam.
"Ha ha, aku sudah lama ingin menyingkirkan orang idiot ini. Hari ini, orang idiot ini berlagak melawanku lebih dulu, bahkan jika aku membunuhnya, paling parah aku hanya akan didenda. Yan' Er, aku melakukan ini untukmu. Jika kau mengikutiku, kau akan punya makanan untuk dimakan dan pakaian untuk dikenakan... " Hu Fei nampaknya tidak berniat untuk berhenti.
Yan'Er menjadi khawatir. Tidak ada cara lain, dia terpaksa menggunakan tubuhnya untuk melindungi Mo Wuji.
Saat ini, Mo Wuji masih terlihat tenang. Dari ingatannya, Negara Bagian Cheng Yu memang memiliki hukum seperti itu. Tidak peduli seseorang benar atau salah, jika orang itu bertindak terlebih dahulu melawan orang lain, dan dia membunuhnya, orang itu hanya akan menerima sejumlah denda kecil.
Tahu bahwa sudah terlambat baginya untuk menyesal, Mo Wuji dengan cepat menarik Yan'Er ke sampingnya. Masih dengan tenang, ia menatap Hu Fei dan berkata, "Hu Fei, jika kau berani menyentuh bahkan sehelai rambutku, kau akan mati mengenaskan."