Chereads / Manusia Abadi / Chapter 4 - Semangkuk Nasi Berisi Rasa Syukur

Chapter 4 - Semangkuk Nasi Berisi Rasa Syukur

Perubahan takdir sudah cukup untuk membuat seseorang merasa sedih, namun Mo Wuji tidak peduli. Meskipun ia menjadi 'pangeran yang terjatuh', Mo Wuji tidak memperdulikannya. Satu-satunya yang membuatnya tidak bersemangat adalah kenyataan bahwa ia hanyalah orang biasa yang memiliki akar mortal.

Di Bumi, semua orang sama.

Di Bumi, semua orang sama. Tidak seorang pun takut mereka tidak bisa berkultivasi, dan Mo Wuji mempunyai kelebihan di area yang lain. Namun di dunia yang baru ini, tidak mampu berkultivasi adalah tanda dari seseorang yang telah kehilangan kesempatannya.

Tidak ada yang khawatir hanya karena mereka tidak bisa berkultivasi, karena mereka bisa menjadi ahli di bidang-bidang lainnya. Namun, di dunia ini, bila seseorang tidak bisa berkultivasi menandakan bahwa ia akan kehilangan berbagai kesempatan untuk selamanya.

[Note: Kultivasi adalah istilah yang merupakan level atau tingkat kemampuan seseorang dalam bidang bela diri, tenaga dalam, tenaga luar atau apapun itu yang berhubungan dengan kekuatan. Berkultivasi berarti usaha untuk meningkatkan kekuatan tenaga dalam seseorang.]

Meskipun ia ditakdirkan untuk tidak memiliki akar spiritual, tanpa membuktikannya sendiri, ia tidak akan menyerah. Sambil terus memikirkan hal tersebut, Mo Wuji tidak tahu kapan ia akan tertidur.

Mo Wuji terbangunkan oleh aroma nasi yang baru masak, dan saat ia membuka matanya matahari sudah terbit. Saat ia membangkinkan tubuhnya untuk duduk, ia melihat semangkuk besar nasi di atas sebuah meja persegi tua dan rusak. Bahkan ada hidangan acar dan setengah batang mentimun.

"Tuan, Anda telah bangun. Cepatlah mandi dan makan." Tanpa menunggu Mo Wuji mengatakan apapun, Yan'Er, yang selalu khawatir dengan tuannya, berkata dengan wajah yang berseri-seri.

"Kau tidak bisa tidur semalam?" Mo Wuji melihat wajah Yan'Er yang pucat serta matanya yang lelah dan kantung matanya yang gelap, ia seketika tahu Yan'Er tidak tidur semalaman.

"Semalam saya pergi membantu Bibi Lu membangun kedainya, dan bisnisnya sangat bagus." Meskipun Yan'Er sangat lelah, Mo Wuji masih merasakan keceriaannya.

Mo Wuji paham alasan keceriaannya. Karena bisnis Bibi Lu bagus semalam, ia pasti memberikan upah yang lebih banyak.

Mo Wuji turun dari tempat tidur kayunya, ia menjulurkan tangannya dan menyentuh rambut berantakan Yan'Er, lalu terdiam untuk waktu yang lama.

Ia yakin ini bukan kali pertamanya Yan'Er bekerja lewat tengah malam demi memenuhi kebutuhan makanannya. Gadis itu sudah lama terbiasa seperti itu. Orang bernama Mo Xinghe ini pasti sangat pemalas, ia hanya diam saja dan menggantungkan hidupnya pada seorang gadis yang masih muda, lebih parahnya lagi, ia bermimpi menjadi seorang raja. Setelah pulang dari pekerjaannya, Yan'Er bahkan harus menghabiskan uang untuk membeli permen dan menemaninya bermain menjadi raja bersama dengan anak-anak kecil.

"Tuan tidak makan banyak kemarin, cepatlah mandi dan makan," Yan'Er merasakan bahwa setelah tuannya bangun, banyak yang berubah darinya, yang membuat gadis itu merasa senang.

"Kau boleh makan duluan, aku akan mandi dahulu," Mo Wuji merasakan kasihan sekaligus tersentuh. Di dua kehidupannya, tidak ada orang yang memperlakukannya seperti ini. Kekasihnya dahulu mempunyai sikap yang dingin. Meskipun ia memang baik hati, namun ia tidak pernah membuat Mo Wuji tersentuh seperti Yan'Er. Bahkan wanita itu juga telah mengkhianatinya.

Yan'Er buru-buru berkata, "Saya baru saja makan, Tuan Muda. Tuan…"

Yan'Er tidak melanjutkan perkataannya karena ia melihat tuannya berjalan ke arah tempat tidur kayu miliknya, lalu perlahan membungkuk dan mengambil sebuah roti berwarna hitam yang sudah setengah dimakan di samping bantalnya.

Mo Wuji terdiam; ia menggenggam erat roti hitam yang keras itu dan mulai panik. Sebelumnya, saat ia melihat Yan'Er berkata bahwa ia sudah makan; Mo Wuji melihat beberapa remah berwarna hitam di sekitar mulutnya.

Perlahan Mo Wuji mendekatkan roti itu ke hidungnya, ia mencium bau tengik dan basi dari roti itu. Terlihat kontras yang mencolok antara roti hitam ini, yang pasti terasa asam, dengan semangkuk nasi putih hangat itu. Tidak heran mengapa gadis muda yang sedang bertumbuh ini memiliki rambut kuning yang kotor.

Mungkin akibat bau tengik itu, hidung Mo Wuji terasa asam dan matanya gatal.

"Tuan, Anda jangan makan itu…" Yan'Er mengira Mo Wuji akan memakan roti hitam itu, sehingga ia mencegahnya.

Dengan lembut Mo Wuji menggenggam kedua tangan Yan'Er, yang lebih kasar dari tangannya sendiri, dan perlahan berkata, "Yan'Er, mulai sekarang, setiap kali aku makan, kau juga makan. Kau tidak boleh merasa lapar. Hari ini, jangan keluar dan bekerja di kedai itu. Ingat kata kakak: aku yang akan menjagamu sekarang."

Semangkuk nasi yang berisi rasa syukur ini, tak akan dilupakan.

"Tuan…" Yan'Er memanggilnya dengan rasa takut. Dia khawatir dengan sikap tuannya hari ini.

Mo Wuji tidak berani meneruskan kata-katanya. Ia hanya menepuk-nepuk tangan Yan'Er, lalu berjalan keluar rumah untuk menghapus jejak air mata di sudut kedua matanya, kemudian ia segera pergi mandi.

Setelah sarapan, Mo Wuji berangkat. Meskipun ia telah memaksa Yan'Er untuk makan setengah dari sarapannya, dan juga memaksanya untuk istirahat sebelum ia berangkat, ia masih merasa menyesal. Ia ingin mendapatkan pekerjaan secepat mungkin, agar hidup Yan'Er menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Di seluruh penjuru Negara Bagian Cheng Yu, Kota Rao Zhao adalah kota terluas dan termakmur. Sembari berjalan di tengah hiruk-pikuk jalanan, Mo Wuji merasakan ritme kehidupan di Kota Rao Zhao yang tidak lebih lambat dari kota-kota di Bumi.

Asosiasi Rao Zhao adalah tujuan Mo Wuji untuk mencari kerja. Tempat ini adalah tujuan semua orang untuk mencari pekerjaan atau menjadi pegawai.

Sambil berjalan ke asosiasi itu, Mo Wuji melihat banyak lowongan pekerjaan. Beberapa di antaranya adalah lowongan pekerjaan jangka panjang di perusahaan-perusahaan besar, dan yang lain adalah lowongan pekerjaan sementara. Ada banyak poster lowongan pekerjaan, beserta jenis-jenis informasi lainnya. Dalam istilah yang dipakai di Bumi, keadaan ini yang disebutkan sebagai pasar talenta multi fungsional.

Bazaar asosiasi ini sangatlah besar. Meskipun ada sekitar lebih dari 1000 orang yang berlalu-lalang di dalamnya, tempat itu masih terasa sangat luas

Mo Wuji mengitari asosiasi itu sebentar, dan melihat dua pekerjaan yang sangat ingin ia cari. Salah satunya adalah menanam tanaman obat, dan yang lainnya adalah pertambangan mineral.

Mo Wuji menggelengkan kepalanya. Meskipun dunia ini bisa dianggap sebagai dunia sains dan teknologi, namun tidak ada variasi peralatan rumah tangga canggih. Karena itu, orang-orang tidak menghargai ahli elektronik. Gaji seorang mekanik adalah sepertiga dari penanam ramuan obat, dan seperlima dari seorang yang bekerja di pertambangan mineral.

Mo Wuji tidak keberatan. Di Bumi, ia adalah seorang ahli biologi yang mahir dalam bidang botani. Mencari pekerjaan di sini terlalu mudah baginya.

Setelah sedikit membanding-bandingkan, dengan cepat Mo Wuji menemukan banyak pekerjaan yang cocok untuknya.

Lembaga Farmasi Kota Rao Zhao sedang mencari seorang petugas tanaman obat, dengan gaji bulanan 30 koin perak. Mereka juga mencari orang yang handal dalam merawat tanaman obat untuk bekerja di perkebunan mereka, gaji bulanannya 10 koin perak. Sementara itu, Pertambangan Copper Hill mencari seorang ahli mineral untuk menilai komposisi mineral-mineral mereka dengan gaji bulanan 50 koin perak.

Sebagai ahli biologi terkemuka, Mo Wuji sangat percaya diri dalam menilai mineral dan menentukan komposisi penyusunnya. Saat ini, ia sedang mencari pekerjaan, dan ia tidak peduli dengan kesesuaian pekerjaan atau kondisi perusahaannya. Baginya, pekerjaan dengan bayaran tertinggi adalah yang terbaik, lagipula ia tidak akan bekerja di situ dalam waktu lama.

Mo Wuji mendekati ke stan Pertambangan Copper Hill, saat ia hendak ikut mengantri untuk mendaftar, sebuah perusahaan lain di dekatnya tiba-tiba mengumumkan sebuah pekerjaan baru. "Perusahaan Cheng Ling Pill, sangat membutuhkan beberapa asisten pemurni obat, gaji bulanannya 10 koin emas…"

Tiba-tiba Mo Wuji berhenti berjalan. Ia tahu nilai mata uang di sini adalah emas, perak, dan tembaga. 1 koin emas bernilai 100 koin perak, dan setara dengan 10.000 koin tembaga. Gaji bulanan 10 koin emas dapat mengalahkan segala keinginannya terhadap lowongan lainnya. Jika ia tidak melamar pekerjaan ini, sama halnya dengan tidak menghormati pengalamannya sebagai ahli biologi terkemuka.

Bukankah pemurnian obat sama saja dengan farmasi? Di Bumi, karena meningkatnya resistensi terhadap virus, orang-orang kaya mulai menyerah dengan obat-obatan dari negara barat. Sebaliknya, obat-obatan Cina sangat bervariasi, dan semuanya mengandung ekstrak tumbuhan alami, sehingga obat-obatan Cina lebih populer. Sebagai ahli biologis dan farmasi, ia tahu banyak formula obat dari perusahaan-perusahaan obat di Cina. Tiap kali ia muncul di sebuah perusahaan obat, pasti ia ditugaskan sebagai mentor. Dan tiap kali ia ditugaskan, bukankah setidaknya ia memiliki bayaran sebesar 1 juta?

Mo Wuji berjalan ke arah sebuah menara air yang berada di dekat stan Perusahaan Cheng Ling Pill. Sambil memasang senyum lembut untuk memberikan aura seorang pakar, ia berkata, "Saya ingin melamar ke perusahaan Anda…ehm, untuk sebuah pekerjaan dengan bayaran tinggi."

Petugas perekrutan itu adalah seorang wanita paruh baya yang terlihat pintar dan bertalenta. Dia melihat Mo Wuji duduk di depan stan tanpa mengeluarkan apapun. Dia sedikit bingung, dan kemudian bertanya, "Boleh saya tahu pekerjaan apa yang ingin Anda lamar?"

"Saya ingin melamar sebagai asisten pemurni obat yang baru saja diumumkan…"

Mo Wuji tidak dapat menyelesaikan kalimatnya sebelum ia merasakan ada sesuatu yang salah. Saat ia mengatakan kalimat tadi, ada keheningan yang terasa jelas di sekitarnya. Saat itu juga, hampir semua mata tertuju padanya.

Wanita paruh baya itu melihat Mo Wuji dengan wajah terkejut, sebelum menenangkan dirinya kembali. Kemudian ia berkata dengan nada sopan, "Boleh saya lihat sertifikat kualifikasi Anda?..."