Chereads / Dunia Penyihir / Chapter 28 - Misteri (1)

Chapter 28 - Misteri (1)

Chk!

Angele menembakkan anak panah yang sejak lama ditarik di atas busur panjangnya. Dengan bantuan chip-nya, terdengar suara sasarannya yang mengumpat dan terjatuh setelah terluka oleh panah Angele. Dengan ekspresi yang tetap tenang, Angele mengambil anak panah lagi dari tempat panahnya, dan menariknya di atas busur panjangnya. Saat ini, jarak posisi Angele dengan posisi para penjahat berkuda itu adalah kira-kira 200 – 300 meter, namun dengan bantuan chip-nya, akurasi dan presisi tembakannya telah mencapai 100%. Inilah keunggulan yang dimilikinya untuk melawan musuh-musuhnya.

Angele terus fokus ke arah sasarannya sembari menarik busurnya hingga berbentuk seperti bulan purnama. Dia terus menghindar dan berganti posisi sesuai informasi yang diberikan chip-nya. Tiba-tiba, rasa sakit menusuk tangan kirinya, hingga dia kehilangan keseimbangan dan menjatuhkan panah berbulu putih yang telah ditarik di atas busur panjangnya. Tangannya tertusuk oleh anak panah busur silang berwarna hitam. Tusukannya sangat dalam hingga nyaris menembus lengannya.

'Busur silang!' Menyadari keadaan saat ini, Angele menjadi terkejut dan tanpa ragu, ia berguling untuk menghindar.

CHK! CHK! CHK!

Tiga anak panah busur silang menancap ke tanah dimana Angele baru saja berdiri, bahkan tidak sampai sedetik lalu. Panah itu menancap sangat dalam, hingga hanya terlihat separuhnya dari atas tanah.

'Bagaimana mungkin… Di dunia ini, ada yang bisa menggunakan busur silang!' pikir Angele seraya berlari dan bersembunyi di balik pohon dan menekan lukanya.

'Orang yang bisa menembak dari jarak sejauh ini pastilah sangat kuat, dan mungkin adalah seorang ksatria.' Sembari menahan sakit lukanya, Angele mengambil rantai kait yang tersemat di punggungnya. Ia mematahkan mata serta separuh badan anak panah itu, sehingga sisa badan anak panah itu masih tertancap di lengannya,

'Zero, ada rencana bagus?' Angele mengeluarkan anak panah dari lengannya agar luka itu tidak terus berdarah.

'Aku beruntung panah mereka tidak diracuni. Jika mereka meracuni panahnya, pasti aku sudah mati sekarang.' Angele merasa beruntung. Kemungkinan penduduk dunia ini tidak menyukai penggunaan racun, atau Angele saja yang belum pernah bertemu orang yang menggunakan racun pada senjata mereka. Setelah anak panah itu berhasil dikeluarkan, Zero segera menganalisa luka di lengan itu dan mengirim informasinya ke otak Angele.

'Mata panah itu berbentuk wajik, sehingga membuat anda terus berdarah. Anda kehilangan darah dengan kecepatan 1% per menit. Anda dianjurkan untuk menyelesaikan pertarungan dalam sepuluh menit.' Zero memberi jawaban yang paling baik.

'Sialan, mereka menggunakan anak panah wajik!' umpat Angele dalam pikirannya sembari memeriksa lukanya. Chip-nya telah memprediksi kedatangan panah itu, namun panah itu terbang dengan sangat cepatnya, hingga Angele tidak sempat membaca peringatan itu. Saat sadar, peringatan itu telah terhapus dan menjadi data tentang luka di tangannya.

'Chip-ku tidak akan membantu jika kecepatan serangan terlalu tinggi.' Setelah berpikir sesaat, Angele mengambil lagi anak panahnya dan menarik anak panah itu di busurnya. Luka di lengannya sangat perih, namun dia masih bisa menarik busur itu secara maksimal. Wajahnya bermandikan keringat, karena menahan sakit yang terus-menerus terasa di lengan yang terluka itu. Karena rasa sakit yang tak tertahankan itu, Angele harus dua kali lebih konsentrasi untuk menjaga agar tembakan panahnya tetap akurat.

Suara tapak sepatu kuda terdengar semakin keras seiring mendekatnya para penjahat itu ke lokasi Angele. Tiba-tiba, Angele melompat keluar dan melepaskan panahnya saat ia masih ada di udara. Panah itu terbang melewati sasarannya dan menancap ke pohon di samping seorang bandit. Situasi yang asing dan luka yang terus mengucurkan darah di tangannya mengurangi ketepatan tembakannya. Ditambah lagi, Angele tidak pernah mencoba gerakan itu sebelumnya, jadi ia hanya berhasil menakut-nakuti kedua kuda terdepan. Kedua kuda itu berhenti dan menaikkan kaki depannya, namun penunggang kuda itu menarik tali kekangnya dengan kuat dan menghentikan ketakutan kuda itu.

"Dia tidak bisa lari dari kita! Anker, ayo!" teriak salah satu penjahat berkuda itu.

"Oke!" Dua orang penjahat berkuda lainnya menambah kecepatan dan melesat ke arah Angele sembari menarik pedang lebar mereka. Mendengar suara 'shing' khas tarikan pedang, Angele melemparkan busur panjangnya dan mengambil rantai berkait miliknya.

Dengan seksama, Angele mendengarkan suara kaki kuda yang semakin mendekat. Ia menutup matanya sejenak dan mengikat salah satu ujung rantai ke pohon tempatnya bersembunyi. Setelah suara kaki kuda itu terdengar sangat dekat dengan posisinya, Angele melempar ujung rantai itu ke arah suara tersebut, sehingga menjadi sebuah jebakan untuk membuat kuda mereka terpeleset.

Kedua kuda itu tidak sempat mengurangi kecepatan sama sekali, dan melesat tepat ke arah jebakan itu.

BRAK!

Cabang pohon tempat mengaitkan rantai itu hancur berkeping-keping, dan beberapa kuda roboh secara bersamaan karena terantuk rantai. Kuda-kuda yang jatuh tersebut meringkik kesakitan karena kaki depannya patah.

"Sial!" Salah satu penjahat terjatuh dari kudanya dan kepalanya membentur batu. Angele merasa senang sekali melihat keberhasilan jebakannya. Ia melepaskan rantai itu, menarik pedangnya, dan mengayunkan pedang tersebut ke salah satu penjahat yang berguling ke arah Angele.

TANG!

Penjahat itu menangkis pedang Angele dan berusaha membalasnya dengan tendangan. Angele mundur selangkah, namun tiba-tiba ia merasa merinding sebelum sempat menyerang lagi. Angele memiringkan tubuhnya ke samping dan berhasil menghindari serangan dari belakang.

"Anak keparat!" umpat penjahat yang menyerang dari belakang itu, dengan logat khas penduduk Saladin. Bahasa yang digunakan Kerajaan Saladin sangat mirip dengan bahasa Kerajaan Rudin, sehingga mudah bagi Angele untuk memahami apa yang dikatakannya, walaupun ada sedikit perbedaan dialek. Penjahat yang nyaris terkena serangan Angele itu mengambil kesempatan ini untuk berdiri dan mengayunkan pedangnya ke arah Angele. Kedua penjahat itu menyerang Angele bersama-sama dengan serangan yang saling melengkapi satu sama lain, sehingga Angele tidak bisa melawan dan terpaksa mundur.

Kedua penjahat itu terus menyerang Angele dengan gerakan kombinasi yang sangat kompak dan semakin cepat. Walaupun Angele dapat menangkis hampir semua serangan mereka, kekuatan mereka mulai menjadi masalah bagi Angele.

'Gerakan kedua orang ini sangat kompak, dan kekuatan mereka masing-masing hampir setara dengan ksatria tingkat atas. Bahkan Audis pun akan kesulitan menghadapi mereka.' Ekspresi Angele terlihat tenang, namun seiring waktu berjalan, sebenarnya ia menjadi semakin letih.

BUAK!

Angele gagal menghindari serangan mereka, dan terlempar karena kekuatan tendangan itu. Ia menyadari bahwa ia tidak boleh berhenti bergerak, lalu ia berguling ke samping. Kecepatan yang tinggi membantunya untuk menghindari empat anak panah, namun lukanya semakin parah, sehingga darahnya meninggalkan jejak di tanah. Dia bersembunyi di balik semak-semak, dan berlari ke belakang pohon untuk mengatur pernafasannya. Dia mulai terengah-engah, dan keringat menetes jatuh melalui dagunya.

'Apa yang harus kulakukan dalam situasi seperti ini…?!' Angele sangatlah gugup dan gelisah, bahkan ia berpikir bahwa hidupnya sudah di ujung tanduk.

Dua orang ksatria itu kekuatannya nyaris mencapai tingkat atas dan bergerak dengan sangat kompak. Mereka menembakkan sekitar empat busur silang dari samping. Semua faktor itu membuat Angele ragu untuk mencoba lari dengan mengandalkan kecepatannya. Ditambah lagi, tidak mungkin bagi Angele untuk menang jika melawan kedua ksatria itu secara langsung. Angele berusaha keras menyusun rencana, tapi usahanya tidak juga berhasil. Situasi ini membuatnya mati kutu. Keadaan sekarang jauh lebih parah ketimbang saat pertama kali Angele bertemu Dice. Pisau Dice jauh lebih lamban, sementara tembakan dari busur silang ini cukup cepat, hingga membuat Angele tidak sempat membaca informasi yang diberikan chip-nya. Anak panah yang tadi menusuknya memberinya pelajaran berharga.

'Zero, berikan aku rencana.' perintah Angele.

'Tenaga semakin cepat berkurang. Segera bunuh musuh yang memiliki senjata jarak jauh dan pergilah secepat mungkin.' lapor Zero.

'Kalau aku bisa melawan para pemanah busur silang itu, aku tidak akan bertanya padamu!' Angele menjadi marah.

'Sisi kiri kepala Anda akan tertembak dalam satu detik.' Zero memperingatkannya. Angele merunduk sedikit sebelum menyerang balik dengan pedangnya. Anak panah itu berhasil ditangkisnya, namun lawannya juga berhasil menangkis pedangnya dengan mudah. Kedua penjahat itu melakukan teknik serangan menjepit yang sangat kompak, hingga Angele terus terkepung dan tidak dapat melakukan apa-apa. Ia pun tak bisa menunjukkan kemampuan berpedang yang ia banggakan. Ditambah lagi, mereka berdua memiliki teknik berpedang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Tidak ada kesempatan bagi Angele untuk menyerang balik, karena saat salah satu serangan mereka tertangkis, yang satunya akan menyerang dan menutupi kesalahan itu.

Mereka berdua terus menyerang Angele, mengadu pedang mereka berkali-kali dalam waktu singkat demi memaksanya untuk keluar dari persembunyiannya di balik semak-semak. Kekuatan mereka perlahan-lahan mendesak Angele keluar dari tempat perlindungannya.

'Jika aku sampai keluar dari semak-semak ini, serangan busur silang mereka akan membunuhku dengan mudah tanpa harus mendekat.' Kesimpulan Angele benar, namun kedua lawannya tidak akan membiarkannya bergerak bebas. Mereka terus mendesak Angele ke belakang. Dari efek kekuatan pukulan kedua lawannya, sangat jelas jika tingkat kekuatan ketiga orang tersebut hampir sama.

Tanpa bantuan teknik berpedang spesial buatan Zero, Angele pasti sudah lama mati. Dalam teknik itu, nyaris tidak ada gerakan yang tidak perlu, sehingga mudah baginya untuk menangkis semua serangan-serangan itu. Namun, gerakan yang intensif itu perlahan tapi pasti membuka lukanya. Luka-luka yang didapatkannya dari pertarungan ini dan cedera pada tangan kirinya dari tendangan beberapa saat lalu membuatnya kehilangan tenaga dan darah dengan sangat cepat. Kekuatan tangkisannya semakin lemah, dan penglihatannya menjadi buram, bahkan keringat mulai menetes ke dalam matanya.

"Kau sangat kuat untuk ukuran seorang remaja. Apakah kau anak keluarga bangsawan besar?" tanya salah satu penjahat sambil tertawa.

"Hanya anak-anak bangsawan yang punya kesempatan untuk mempelajari teknik berpedang tingkat grand knight, dan kekuatanmu tergolong sangat tinggi untuk usiamu. Pasti nyaman hidup sebagai anak bangsawan di keluarga besar." lanjutnya.

"Kalau Master Ceylon ada disini, anak ini pasti sudah mati." jawab penjahat kedua,tanpa memelankan serangannya sedikit pun. Pedang mereka terlihat seperti kilat perak saat mereka melanjutkan serangan dan terus menyerang Angele dari kedua sisi. Satu serangan akan langsung diikuti oleh serangan lain tanpa cela. Angele terus mencoba mencari kesempatan, namun ia tetap tak bisa menemukan satupun. Bahkan, tidak ada waktu bagi Angele untuk mengambil pisaunya.

SRAT!

Salah satu pedang mereka melukai dada Angele, meninggalkan luka sepanjang sepuluh sentimeter.

"Selesai sudah!" teriak salah seorang penjahat sembari mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh.

Angele berusaha keras untuk menangkis serangan itu, namun ia masih terlempar ke tanah dan tidak lagi mampu berdiri. Rencananya telah gagal, dan kekuatan busur silang itu jauh lebih kuat dari perkiraannya. Angele sudah pernah mati satu kali, dan saat kematian dekat dengannya seperti ini, ia menjadi sangat tenang. Namun, Angele telah terluka parah, dan kehilangan banyak darah dan energi.

Tidak mungkin baginya untuk melawan dua orang penjahat yang masing-masing memiliki kekuatan ksatria tingkat atas. Penglihatan Angele sudah terlalu buram, namun ia masih dapat melihat kedua lawannya mendekatinya sembari membersihkan darah dari pedang mereka.

'Zero, apakah masih ada rencana untukku?' tanya Angele.