Kota Qingzhou berada di kepulauan, yang terletak di Laut Timur, dikelilingi oleh perairan.
Di lautan luas, ada sebuah kapal besar sedang mengarungi laut, menuju ke arah Kota Qingzhou.
Di geladak, berdiri beberapa orang yang mengenakan baju pelindung. Mereka adalah sekelompok ksatria. Ada tiga sosok; seorang pria paruh baya, seorang pria muda, dan seorang wanita muda berdiri di tepi geladak kapal.
Pria itu tampak bermartabat dan mengesankan; pria muda di sebelahnya tampan, matanya tampak sedikit kejam; dan wanita muda di sisinya tampak dingin dan sombong. Namun, daya tarik seksualnya tidak bisa dipungkiri.
"Jadi, ini Kota Qingzhou?" pria muda itu berbicara sambil menatap lurus ke depan.
"Benar. Kota Qingzhou adalah kota kepulauan di Laut Timur, tetapi karena ada banyak kota kepulauan di Laut Timur, itu adalah hal yang biasa. Mungkin anda belum pernah mendengar nama kota ini sebelumnya," jelas pria paruh baya tersebut.
"Itu benar. Kalau bukan karena anda, saya tidak akan pernah tahu tentang kota ini. Apakah seseorang seperti dia benar-benar datang dari tempat kecil ini?" tanya pemuda itu, ia tidak bisa mempercayai ini. Meskipun pria muda itu selalu angkuh, ketika mereka berbicara tentang 'dia', pemuda itu tidak bisa menutupi rasa takutnya.
"Informasi yang kita miliki seharusnya akurat. Kita dapat menemukan beberapa jejak dari buku-buku sejarah yang ditemukan di Prefektur Laut Timur. Satu-satunya hal yang kita tidak tahu adalah apakah 'dia' telah meninggalkan sesuatu di Kota Qingzhou," kata pria paruh baya itu.
"Semoga ini bukan perjalanan yang sia-sia," kata pemuda itu, bibirnya melengkung membentuk senyum. Sulit membayangkan bahwa karakter paling legendaris di Prefektur Ilahi Timur berasal dari kota kecil ini.
Kaisar Ye Qing, legenda di Prefektur Ilahi, bersama dengan Great East Phoenix, memerintah selama lebih dari tiga ratus tahun. Dia meninggal mendadak lima belas tahun yang lalu. Kematiannya masih misteri sampai hari ini. Tidak ada yang cukup berani untuk menyelidiki penyebab kematiannya, dan sejak saat itu, namanya menjadi tabu. Namun, jejak yang ditinggalkannya di Prefektur Laut Timur menunjukkan bahwa semuanya berakhir di Kota Qingzhou.
Kapal tersebut berlayar dengan cepat, dan ketika mereka semakin dekat ke pantai, pandangan mereka atas Kota Qingzhou menjadi lebih jelas. Di pinggir pantai berdiri banyak tokoh dengan otoritas tinggi. Penguasa Kota dan tokoh otoritas dari Rumah Dagang Murong sedang menunggu dengan hormat.
....
Orang-orang Kota Qingzhou tidak menyadari bahwa ada beberapa orang yang sangat penting telah tiba. Ye Futian juga tidak menyadari hal ini.
Berjalan menyusuri jalan-jalan yang familiar, kediaman Ye mulai terlihat. Langkah Ye Futian menjadi lebih santai. Dia merindukan keluarganya.
"Ye Futian sudah kembali!" teriak seorang pedagang kaki lima yang menjual bing, sejenis kue datar.
"Halo, Bibi Dia," sapa Ye Futian. Kemudian, dia berpaling ke dua pria yang lebih tua yang sedang bermain catur tidak jauh dari sana dan berseru, "Paman Wang, Kakek Yun."
"Oh, anak laki-laki yang manis. Putri keluarga Lin ada di rumah. Setelah tahun baru, dia akan berusia lima belas tahun. Dia terlihat lebih cantik setiap hari!" goda Paman Wang.
"Paman Lin, apakah Xiao Qing ada di sini?" Ye Futian bertanya kepada penjaga toko di sebelah tempat Paman Wang dan Kakek Yun bermain catur.
"Tidak, dia tidak di sini. Kamu sudah lama tidak pulang, cepat pergi ke rumahmu!" kata Paman Lin dengan tersenyum. Dia kemudian menoleh dan menatap Paman Wang.
"Ye Futian pulang?" suara riuh terdengar di seluruh restoran.
"Kembalilah bekerja, nak," sang penjaga toko menegur pelan. Ye Futian tersenyum dan terus berjalan. Dia melambaikan tangan saat dia pergi, "Xiao Qing, aku akan datang di lain hari!"
Setelah dia pergi, Paman Wang berkata kepada Penjaga Toko Lin, "Hei Lin, Ye Futian adalah tuan muda dari keluarga Ye. Bukankah seharusnya kau senang dia ingin bergaul dengan putrimu?"
"Maaf, setan kecil itu tidak pernah menganggapi apapun dengan serius. Sudah berapa banyak gadis di sini yang jatuh cinta pada kata-katanya? Bagaimana aku bisa membiarkan anak perempuanku bergaul dengannya?" Penjaga toko Lin tampak lelah. Dia mengasihani pria yang putrinya jatuh cinta pada setan kecil itu.
Ye Futian melewati jalan berkelok-kelok dan tiba di kediaman pribadi keluarganya, terpisah dari bangunan lain. 'Ye' terukir pada plakat di atas pintu masuk utama.
Dua orang berjaga di kedua sisi pintu masuk. Di dekat pintu ada sesosok berambut putih, dengan tubuh yang bungkuk. Dia memandang ke arah jalanan dan ketika dia melihat Ye Futian, matanya bersinar.
"Ayah baptis," Ye Futian menyapa pria itu. Dia berjalan ke pintu masuk kediaman dengan berlari pelan. "Apa yang anda lakukan di sini, ayah baptis?"
Meskipun wajahnya tidak terlihat tua, rambut putih dan tubuhnya yang bungkuk membuat ayah baptis Ye Futian terlihat tua. Dia tersenyum pada Ye Futian dan berkata, "Ini sudah bulan Desember. Kupikir sudah saatnya kau datang, jadi aku menunggumu di sini. Ngomong-ngomong, kenapa aku tidak melihat Yu Sheng bersamamu?"
"Yu Sheng sedang berlatih di Gunung Tianyao," jelas Ye Futian. Dia berjalan mendekat untuk memegang lengan pria tua itu di. "Ayah baptis, rambut putih anda semakin banyak."
"Tidak apa-apa. Aku hanya senang dan merasa terhormat melihatmu telah dewasa," kata pria tua itu sambil tersenyum.
"Ayah baptis, anda berbicara tidak masuk akal lagi," Ye Futian tidak tahu harus berkata apa ketika ayah baptisnya menggunakan istilah 'terhormat'.
"Apa maksudmu tidak masuk akal?' Suatu hari akan datang, kau akan mengerti apa yang kumaksud," kata orang tua itu. Dia tersenyum dan melanjutkan, "Kemarilah, ayo pulang sekarang."
"Oke, ayo pergi!" jawab Ye Futian. Tidak lama kemudian, dia tiba di halaman rumahnya. Ayahnya, Ye Baichan, berkata, "Dasar bocah, akhirnya kamu sudah pulang? Apakah ini sudah akhir tahun? Dari mana saja kamu? Menggoda gadis-gadis?"
Ye Futian terdiam. "Ayah, aku baru saja kembali. Tidak bisakah aku setidaknya mendapatkan perhatian dan kasih dari seorang ayah?"
"Ye Futian, jangan pedulikan ayahmu. Biarkan aku yang memperhatikanmu dengan baik." Seorang wanita cantik dan elegan berjalan keluar. Itu adalah ibu Ye Futian, Ye Rou. Ye Rou bukan berasal dari Kota Qingzhou. Dia telah bertemu Ye Baichuan ketika dia melakukan perjalanan untuk mendapatkan pengalaman. Kemudian, ketika dia mengandung Ye Futian, mereka kembali ke Kota Qingzhou bersama-sama.
"Aku tidak tahu bagaimana ayah begitu beruntung dan berakhir dengan wanita yang begitu cantik dan ramah," desah Ye Futian saat dia melihat ayahnya.
"Apakah kamu ingin dipukul? Mari kita lihat apakah kamu mampu membawa pulang seorang wanita sehebat ibumu," kata Ye Baichuan saat dia berjalan dan berdiri di samping istrinya.
"Itu tugas yang cukup mudah bagiku, hanya saja aku tidak ingin melakukannya," kata Ye Futian tanpa rasa malu.
"Ye Futian, kamu membual lagi," kata seorang gadis cantik dari luar. Dia terlihat sedikit lebih muda dari Ye Futian. Dia berjalan menuju Ye Futian dan orang tuanya. Dia adalah wanita yang sama cantiknya dengan ibu Ye Futian, adik perempuan Ye Baichuan, Ye Rong, dan putrinya, Ye Xiaoqin, yang telah mengambil nama keluarga ibunya.
Di belakang kedua wanita itu ada dua orang lagi. Seorang pria paruh baya sedang memimpin seorang anak lelaki berusia sekitar tiga belas tahun. Mereka adalah adik laki-laki Ye Baichuan, Ye Dongliu, dan putranya, Ye Mo.
"Paman, bibi," sapa Ye Futian. Kemudian Ye Futian memandangi gadis yang tersenyum itu dan berkata, "Apakah kamu ingin dipukul, Ye Xiaoqin?"
Ye Xiaoqin bersembunyi di belakang ibunya, "Kau meggangguku lagi! Jangan lupa, ayahmu mengawasimu."
Semua mulai tertawa. Ye Mo melangkah dan berkata, "Ye Futian, ayahmu berkata bahwa kamu benar-benar kuat sekarang. Apakah itu benar?"
"Tentu saja itu benar! Aku telah berkultivasi dalam seni bela diri dan sihir. Aku sudah mendekati Glory Plane, dan banyak orang di akademi menghormatiku!" Ye Futian berkata sambil tersenyum.
Ye Mo memandang Ye Futian dengan jijik ketika dia berkata, "Aku hampir percaya padamu."
"Sama," Ye Xiaoqin menimpali.
"Ye Futian, cukup dengan kebohonganmu. Kapan kamu akan membawa pulang seorang gadis? Kamu sebaiknya mengawasi Feng Qingxue. Dia cantik dan berbakat, kamu bisa kehilangan dia," goda Ye Rong.
"Feng Qingxue ..." Ye Futian menggelengkan kepalanya dengan senyum pahit. Melihat reaksinya, semua orang sepertinya sudah mengerti ceritanya. Sepertinya Ye Futian tidak bisa membuatnya menjadi miliknya.
"Baiklah sekarang, jarang seluruh anggota keluarga berkumpul seperti ini, jadi mari kita berbincang-bincang sambil makan bersama," saran Ye Rou. Semua orang mengangguk setuju, dan mereka semua menuju meja makan. Mereka mengobrol dengan gembira tentang hidangan lezat malam itu.
Setelah makan malam, orang-orang kembali ke rumah masing-masing. Ye Futian meminta sebuah guqin kepada ayahnya dan kembali ke tempat dia tinggal. Tidak lama kemudian, suara instrumen memenuhi kamarnya. Di bawah sinar bulan, semuanya tampak damai.
Keesokan harinya, Yu Sheng kembali. Dia sekarang secara resmi berada di Glory Plane untuk kultivasi seni bela diri. Ye Futian sangat bahagia untuknya.
Dalam sekejap mata itu adalah hari terakhir tahun ini. Malam datang, tetapi Kota Qingzhou diterangi dengan cahaya lampu. Jalan-jalan penuh dengan keramaian, dan langit dihiasi dengan kembang api.
Di Rumah keluarga Ye, ada area yang dipenuhi dengan suara guqin. Satu orang memainkan guqin dengan elegan sementara orang lain di sisinya duduk berkultivasi di tanah. Namun, saat ini, Yu Sheng membuka matanya untuk melihat Ye Futian.
Tampaknya ada sesuatu yang tidak beres. Musik berhenti dan Ye Futian mengangkat kepalanya untuk menatap bulan, pikirannya tidak tenang.
"Ye Futian," Seorang tetua berambut putih berjalan dari luar dan menatap Ye Futian. "Lagu ini dapat menenangkan pikiran, tetapi kamu gelisah. Pikiran yang berantakan menghasilkan musik yang berantakan pula."
"Saya juga tidak tahu apa yang terjadi," kata Ye Futian dengan senyum pahit.
"Dari musikmu, aku bisa merasakan kebahagiaan, kerinduan, dan kemurungan. Kamu benar-benar telah tumbuh dewasa sekarang," kata sesepuh itu dengan ringan. "Siapa gadis itu?"
"Ayah baptis!" Ye Futian terkejut. Dia melihat ke Yu Sheng, hanya untuk melihatnya menggelengkan kepalanya. Dia belum memberitahu ayahnya tentang Ye Futian.
"Jadi, benar-benar ada kerinduan?" tanya ayah baptisnya. Ye Futian menggelengkan kepalanya dengan senyum pahit, "Ayah babtis, apakah saya mengecewakanmu dengan tidak fokus pada apa yang seharusnya kulakukan?"
"Anak bodoh, ini adalah perjalanan menuju kedewasaan. Siapa yang tidak pernah bermasalah dengan cinta dalam sejarah?" tanya pria berambut putih itu. Dia mendekati sisi Ye Futian dan melanjutkan, "Aku tidak menentang kamu berkencan tapi dia harus pantas untuk mendapatkan cintamu. Kamu harus ingat, pasanganmu akan menjadi ibu bagi sebuah bangsa di masa depan."
Ye Futian mengangkat kepalanya untuk melihat pria tua itu. Tentu saja, Ye Futian tahu bahwa ayah baptisnya sangat berharap padanya sejak kecil. Harapannya untuk Ye Futian begitu tinggi sehingga melebihi harapannya sendiri.
"Ayah baptis, saya takut mengecewakan anda," kata Ye Futian pelan.
"Percayalah pada dirimu sendiri, sama seperti aku percaya padamu," balas ayah baptisnya sambil menepuk pundak Ye Futian. "Ayo pergi, keluargamu menunggumu. Para tamu dari keluarga Feng juga telah tiba."
"Oke. Yu Sheng, ayo kita pergi bersama," kata Ye Futian kepada Yu Sheng.
"Yu Sheng, kamu tetap di sini. Ada yang ingin kubicarakan denganmu," kata pria tua itu.
"Baiklah," Ye Futian mengangguk dan meninggalkan mereka. Setelah kepergiannya, embusan angin menutup pintu tempat tinggal Ye Futian. Pria tua itu menatap Yu Sheng, "Tunjukkan Roh Kehidupanmu."
Yu Sheng berdiri dan fokus. Matanya bersinar menakutkan dengan sebuah cahaya yang terang dan sebuah energi memancar dari tubuhnya dengan kuat. Spiritual Qi di daerah sekitarnya mulai mengalir deras. Sebuah baju zirah muncul di tubuhnya dan Roh Kehidupannya muncul. Saat ini, Yu Sheng tampak seperti dewa.
"Itu cukup bagus," ayahnya mengangguk. Yu Sheng menarik kembali Roh Kehidupannya, sorot matanya kembali normal.
"Yu Sheng, kamu harus ingat, kamu akan selamanya menjadi senjata paling mematikan Ye Futian dan perisai terkuatnya. Akan datang suatu hari ketika namamu akan dituliskan dalam buku-buku sejarah," jelas ayahnya. Yu Sheng tidak yakin dia benar-benar mengerti kata-kata ayahnya. Yang dia tahu adalah bahwa dia akan selamanya melindungi Ye Futian dan itu bukan hanya karena ayahnya memintanya untuk melakukannya.