Chereads / Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam / Chapter 109 - Badai Menerjang (5)

Chapter 109 - Badai Menerjang (5)

"Penyusup Istana Lin, akan MATI!" Bertahun-tahun tekanan di dalam diri Jun Qing meledak keluar saat itu ke dalam tarian yang memukau dengan pedangnya, cahaya rembulan yang terpantul dari pedang itu bagaikan perak cair, bergerak meliuk di antara sosok bayangan gelap itu dalam sekejap.

Berdiri tegak seakan mengakar ke tanah, bayangan itu tak memiliki waktu untuk bereaksi!

Mereka berdiri tertegun, menatap Jun Qing.

Apakah orang cacat yang duduk di kursi roda, baru saja membunuh puluhan musuh dalam sekejap? Permainan pedang yang mengayun begitu cepat dan tepat sasaran membuat mereka merinding sampai ke tulang.

Jun Qing tidak lumpuh! Ia bahkan lebih cekatan dari sebelumnya!

Mereka hanya dapat melihatnya dalam kecemasan, ketika rekan mereka terbunuh satu per satu, rasa takut merayapi hati mereka.

"Burung Hantu Putih!" Jun Qing memanggilnya dengan berbisik, dan kilau sinar yang membutakan terpancar keluar dari cincin di jarinya. Seekor burung hantu putih yang besar keluar dari cahaya itu, dan memekik, menukik ke arah para musuh!

Burung Hantu Putih Pengikis Tulang! Itu adalah roh kontraktual Jun Qing, memiliki kekuatan spiritual tertinggi di tingkat ketujuh, menyebarkan rasa takut di seluruh negeri!

Selama sepuluh tahun …. Jun Qing menyembunyikan roh kontraktualnya dari orang, dan banyak yang melupakan keberadaan Burung Hantu Putih Pengikis Tulang!

Dengan lebar sayapnya mencapai lebih dari tiga meter, binatang itu bagaikan angin puyuh yang dahsyat di tengah musuh, seperti pusat badai!

"Sial! Kaki Jun Qing! Bagaimana mungkin Jun Qing bergerak seperti ini? Apa yang terjadi!?" Sosok dalam bayangan itu berseru ketika mereka dipaksa mundur dengan permainan pedang Jun Qing yang mengayun dengan penuh kekuatan dan disertai keganasan burung hantu yang buas. Dengan hanya separuh jumlah pasukan tersisa, mereka serentak mundur.

"Ahhhhh!!" Musuh yang pertama kali mundur berteriak, dan kelompok pria berjubah hitam itu berubah menjadi suara yang mengerikan.

Binatang buas hitam yang gagah berdiri menerkam leher sebuah sosok berjubah hitam dan meletakkannya di antara taringnya yang tajam, darah segar menyembur, terpercik ke tanah.

Krak.

Binatang buas itu mematahkan tulang lehernya.

"Tak ada yang keluar hidup-hidup malam ini." Menunggang di punggung binatang buas itu, seorang gadis muda yang cantik berseru dingin pada kelompok pria berjubah hitam yang merasa panik, memandang mereka semua dengan tatapan dingin tanpa ampun.

Binatang hitam itu merasakan Nonanya yang haus darah, dan menerkam musuhnya.

Dengan Jun Qing yang begitu cekatan di belakang mereka, Burung Hantu Putih Pengikis Tulang di atas, dan binatang buas hitam yang garang menghadang jalan keluar mereka, kelompok pria berpakaian hitam berjatuhan diiringi simfoni teriakan yang nyaring. Bahkan di saat kematian mereka, mereka tak tahu apa yang membunuh mereka.

Istana Lin mengalami kemerosotan, bagaimana mungkin mereka masih begitu kuat?

Hampir seratus pria berjubah hitam dibantai dalam satu kedipan mata, bau darah yang begitu menusuk menyerbak di udara, mayat berjatuhan di tanah, mengubah halaman istana yang tenang dan sunyi menjadi sebuah pemandangan yang menyerupai neraka, begitu mengerikan untuk dilihat.

"Wu Xie! Apakah kau baik-baik saja?!" Setelah membunuh semua musuhnya, Jun Qing bertanya pada keponakannya di atas binatang buas itu, dengan mata penuh pertanyaan.

Burung hantu putih itu mengepakkan sayapnya mendarat, menancapkan cakarnya pada sesosok mayat, dan memiringkan kepalanya, mengamati Jun Wu Xie di ketinggian.

"Aku baik-baik saja, Paman. Apakah kau terluka?" Jun Wu Xie bertanya.

"Perlu lebih dari sekedar sampah seperti ini untuk melukaiku, harus kukatakan aku merasa diremehkan." Jun Qing menatap binatang buas di bawah Jun Wu Xie, matanya menyala dengan pesona yang begitu memikat, dan bertanya, "Dan, ini adalah …?"

Binatang buas hitam itu terlihat sangat mirip dengan seekor macan tutul, tetapi setelah diamati lebih teliti, binatang itu lebih besar, lebih gagah dan kekar, dan telinganya runcing, tidak membulat seperti seekor macan tutul.

"Miauw." Suara kucing lembut terdengar dari binatang hitam yang gagah dengan taring tajam.

Jun Qing terkejut bagaikan disambar petir.

"Ini adalah Kucing hitam kecil, kau telah melihatnya." Jun Wu Xie menjelaskan.

"…." Melihat kembali ke masa-masa ketika Jun Wu Xie menggendong kucing ini di tangannya, Jun Qing tak dapat percaya binatang buas yang kekar di hadapannya dan kucing mungil itu adalah binatang yang sama.