"Dari mana kau berasal?" Duan Ling Tian bertanya lagi.
Ia tidak melewatkan tatapan hati-hati yang dipancarkan oleh pria paruh baya berpakaian hitam itu untuk melihat jimat di tangannya. Dia tidak bisa menahan merasa terkejut.
Jimat di tangannya sebelumnya diberikan kepadanya oleh ayahnya yang tak pernah mempedulikannya itu.
Tidak terlintas dalam benaknya bahwa tokoh digdaya ini, yang ia curigai datang dari luar Benua Awan, akan takut pada jimat yang ada di tangannya.