"Arghhh!!!!"
Segera setelah suara lonceng berhenti, terdengar suara raungan bergema di seluruh desa. Suara raungan tersebut terdengar penuh dengan kebencian, kesedihan, dan kegilaan. Semua orang yang mendengarnya gemetar ketakutan.
Di pusat Desa Spring Leaf, di kafetaria, Balha duduk di atas lantai, menangis keras menghadap langit dengan istrinya dalam pelukan.
"Ahhhhhh, ahhhhh!" Suaranya pecah, matanya merah dan terbuka lebar. Kedua matanya dibanjiri dengan air mata yang berubah menjadi cairan merah muda yang menetes di wajahnya.
Wajah istrinya sendiri berwarna hijau dan bibirnya menghitam. Dia sudah tidak punya kekuatan lagi di dalam dirinya. Di sisi Balha berserakan mayat para peri. Tidak, itu tidak benar. Lebih tepat jika dikatakan bahwa terdapat potongan-potongan tubuh para peri di sekitar Balha karena tidak ada satu pun mayat peri yang masih utuh.
Semua peri di aula itu telah tewas terbunuh. Tidak ada seorang pun yang dibiarkan hidup.