Melihat halaman terbuka di Kediaman Tetap, Lin Huang tahu bahwa pemilik hotel adalah seorang pria penuh gaya, sama seperti Li Lang. Ketika ia bertemu dengannya, ia baru menyadari bahwa pemiliknya jauh dari apa yang dibayangkan.
Pemiliknya adalah pria paruh baya biasa, yang pendek dan gemuk. Ia botak dan terlihat seperti orang bodoh. Sulit untuk menebak usianya karena ia tampak seperti berusia 40-an atau bahkan 60-an. Ia memiliki kulit yang cerah dengan sedikit kerutan akibat stres dan usia.
Ia berpakaian sangat santai, dengan kemeja lengan pendek kuning cerah yang terlalu besar untuknya. Ia terlihat seperti mengenakan gaun pendek dengan celana biru besar menggantung sedikit di bawah lutut. Tampaknya satu ukuran lebih besar dari seharusnya.
"Halo, apakah kamu tamu yang menempati Kamar 302 hari ini?" Pria botak yang berdiri di belakang konter menyapa Lin Huang dengan senyum yang menyenangkan. Giginya sedikit terlihat, bersih dan rapi.
"Ya, Anda pasti pemilik hotel ini, kan?" Lin Huang mengeluarkan kartu kunci untuk pendaftaran dan memuji, "Halaman Anda luar biasa!"
"Terima kasih. Ini hanya hobi saya. Saya hanya bermain-main dengan desainnya," kata pemilik hotel dengan rendah hati.
Lin Huang terkejut mendengarnya. Ia pikir, mereka menyewa seorang desainer untuk menghias halaman tersebut, tetapi sebaliknya, itu dilakukan dengan sangat baik oleh orang yang terlihat berantakan ini.
"Tuan, kamar Anda ada di sebelah kanan, di lantai tiga. Jalan lurus dan Anda akan tiba di kamar Anda." Pria itu mengembalikan kunci kartu ke Lin Huang dan menunjuk ke arah tangga di sisi kanan lobi.
"Oh ya, tamu di Ruang 301, pria di seberang kamar anda memiliki kebiasaan buruk. Ia berlatih dengan pedangnya di halaman saat fajar. Aku meminta maaf jika ia membuat banyak suara."
"Baiklah, mengerti." Lin Huang tidak memikirkannya lebih jauh dan berjalan ke lantai atas.
Tangganya terbuat dari kayu mahoni, berbentuk spiral dimana pegangan dan pagar diukir dengan pola yang sangat rinci. Pola utamanya adalah rotan dengan daun dan bunga berbagai ukuran. Semuanya terlihat sangat nyata dari kejauhan.
Tangga berdenyit ketika Lin Huang melangkah. Ia naik ke lantai tiga, mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pemilik hotel. Ia berbelok ke kanan dan berjalan lurus ke kamarnya.
Tak lama, ia tiba di luar Kamar 302. Ia tidak tahan untuk tidak melihat ke Kamar 301 karena ia ingin mengetahui seperti apa orang yang menempatinya. Tetapi kemudian, ia tersenyum sendiri dan menggelengkan kepalanya, "Mengapa aku peduli apa yang dilakukan orang lain? Prioritasku seharusnya adalah mempersiapkan diri untuk penilaian Pemburu Cadangan!
Kemudian ia menempelkan kunci ke pintu Kamar 302 dan membuka pintu. Ia tercengang melihat kamarnya. "Persatuan Pemerintah pasti luar biasa sejahtera." pikirnya.
Kamar tersebut adalah kamar suite yang mewah. Ruang tamunya saja berukuran sekitar 100 meter persegi. Ada sebuah lampu gantung di tengah ruangan. Selain bola lampu, semuanya terbuat dari emas murni. Terlihat sangat cantik dan juga sangat mahal.
Gaya ruangan itu mewah, namun sederhana. Selain lampu gantung, dekorasi lainnya terlihat biasa saja. Bahkan tepian karpet dijahit dengan benang emas. Jika dilihat sekilas, orang akan berpikir bahwa itu terbuat dari tali emas yang kuat.
"Pemiliknya sangat kaya, bahkan karpet pun memiliki pinggiran emas ..." Lin Huang berseru sambil berjongkok untuk melihat lebih dekat. "Sial, itu emas asli!" ucapnya setelah memeriksa lebih dekat.
Saat ini, emas merupakan logam langka yang digunakan untuk dekorasi mewah. Harganya mahal dan biayanya 300 poin kredit per gram. Karpet tersebut terbuat dari kulit monster yang tidak diketahui dan pinggiran emas karpetnya sendiri mungkin seharga 100.000 poin kredit.
Kemudian Lin Huang melihat lampu gantung di atasnya, "Apakah lampu ini juga terbuat dari emas asli? Jika iya, mungkin harganya lebih dari 10 juta poin kredit ...." ia menyimpulkan.
Ia melihat dengan cermat ke seluruh ruangan dan menghela napas sambil terkagum-kagum. Sekarang ia bisa menikmati hotel mewah ini. "Tidak heran jika harganya lebih dari 1.000 poin kredit untuk menginap semalam di kamar termurah di hotel ini," pikirnya.
Kamar Suite terdiri dari dua ruang tidur dan satu ruang tamu. Tidak hanya ruang tamu yang memiliki ukuran luas, ruangan lainnya pun tidak kecil. Ada dua kamar mandi di setiap kamar.
Lin Huang memilih untuk tidur di ruangan yang lebih besar di sebelah kiri yang memiliki pemandangan menakjubkan ke arah halaman tepat di bawah balkon luar.
Ia menarik tirai ke samping dan membuka jendela. Ada satu set meja dan kursi yang terbuat dari rotan dengan tempat tidur rotan gantung di samping.
Lin Huang berjalan ke sudut balkon dan melihat dari balik pagar. Ia bisa melihat keseluruhan halaman. Dari sudut ini, taman itu bahkan terlihat lebih memukau.
"Jika aku kaya, aku akan membeli sebuah rumah dengan halaman dan pasti aku akan meminta pemilik hotel ini untuk mendesainnya untukku," pikir Lin Huang sambil tersenyum.
Sementara Lin Huang beristirahat di tempat tidur gantung di sore hari, Lin Xin yang baru saja pulang sekolah, langsung menuju ke Kediaman Tetap. Ia tidak sabar untuk melihat bagaimana situasi kamar hotel tersebut. Akan tetapi, ketika ia sampai di pintu masuk, ia tidak berani untuk memasuki hotel tersebut.
Kemudian ia menggunakan cincin Hati Kaisar miliknya untuk memanggil Lin Huang. Lin Huang langsung mengangkatnya dan bertanya, "kamu sudah pulang sekolah?"
"Iya, aku berada di pintu masuk hotel ..." kata Lin Xin lembut.
"Masuklah, Kamar 302." Lin Huang turun dari tempat tidur gantung, berdiri di balkon dan melambai kepada Lin Xin.
Melihat Lin Huang melambai padanya, Lin Xin akhirnya percaya bahwa kakaknya tidak sedang mengerjainya. Ia melambai padanya dan melangkah masuk melalui gerbang hotel.
Melewati halaman, Lin Xin tiba di resepsi hotel. Melihat pemiliknya menatapnya, ia segera menjelaskan, "Aku di sini bersama kakakku. namanya Lin Huang."
"Oh, anak laki-laki yang baru kutemui tadi. Ia ada di Kamar 302, kamarnya ada di sebelah kanan lantai tiga," pemilik hotel itu mengangguk padanya.
"Terima kasih," kata Lin Xin, menjulurkan lidahnya dan naik tangga.
Ketika ia sampai, pintu kamar sudah terbuka. Lin Xin melihat nomor kamar untuk memastikan ia tidak salah kamar.
"302, harusnya ini."
Setelah memastikannya, ia masuk ke kamar.
"Wow!" Ia terkesan dengan dekorasi ruangan.
"Indah, kan?" Lin Huang berjalan ke kearah Lin Xin dengan segelas jus.
"Iya!" Lin Xin mengangguk keras dan melihat jusnya dengan rasa ragu.
"Apakah kita harus membayar jusnya?" Lin Xin bertanya.
"Tidak, semuanya sudah termasuk. Bahkan makanan dan minuman di kamar ini gratis, aku baru saja bertanya pada pemilik hotel," senyum Lin Huang menjelaskan.
Lin Xin lalu mengambil jus dengan lega. Matanya bersinar setelah ia meneguknya. Kemudian ia menghabiskan jus dalam beberapa tegukan dan berkata, "Enak, Kak, apa ini?"
"Aku tidak tahu, pemilik hotel mengatakan ia membuat minuman ini sendiri. Ini disebut teh penenang. Bahan utamanya berasal dari akar tanaman monster. Aku juga pikir teh ini enak." Lin Huang sudah minum jus beberapa kali hari itu. Ia tidak pernah menyukai hal-hal manis, tetapi minuman itu menggoda.
"Makanan di sini juga lezat. Apa kamu lapar? Kalau iya, ayo makan malam sekarang." sebelumnya Lin Huang sudah makan siang di hotel, itulah kenapa ia tahu bahwa makanan di Kediaman Tetap sangat lezat.
Lin Xin tidak merasa lapar sebelum Lin Huang bertanya, tapi sekarang ia sangat bersemangat mendengar penjelasan Lin Huang mengenai makanan enak yang mereka sajikan.
Kemudian mereka pergi ke restoran di lantai dua.
Sudah ada beberapa tamu di restoran ketika mereka tiba. Sebagian besar dari mereka tampak seperti pemburu. Mereka pasti merupakan bagian dari tim yang bergabung dengan perburuan monster kemarin.
Makan malamnya prasmanan. Semua hidangan disajikan di piring-piring kecil. Mereka berdua tidak benar-benar yakin bagaimana cara menggunakan peralatan-peralatan makannya, tetapi mereka senang karena hidangannya terlihat hangat seperti baru saja keluar dari oven.
Mereka berdua duduk di sebuah meja kecil dan mengambil piring berisi makanan ke meja. Kemudian mereka mulai makan.
Tidak banyak orang di restoran. Sebagian besar dari mereka mengobrol di antara sesama mereka, sementara Lin Xin dan Lin Huang asyik dengan makanan.
Tiba-tiba, semua obrolan berhenti dan suasana restoran berubah menjadi tenang.
Melihat semua orang melihat ke arah pintu, Lin Huang dan Lin Xiang pun melihat ke arah yang sama.